Laman

Jumat, 27 Desember 2019

Bagaimana cara mengatasi insecure berlebihan di dalam diri?



Sebelum menjawab atas pertanyaan tersebut, aku akan memberikan disclaimer terlebih dahulu jika “Aku adalah orang yang sangat insecure terhadap segala sesuatu di hidupku”. So, aku mencoba menjawab bukan karena sok pintar dengan mengajari orang lain, tapi ini untuk kebutuhanku sendiri (self improvement).

Menurutku pribadi, orang dapat insecure bukan tanpa sebab. Ada sesuatu yang mendasarinya. Mereka hanya ingin membuat benteng pertahanan diri agar jika sesuatu yang tidak mereka harapkan terjadi, semua akan baik-baik saja (walaupun sebenarnya tidak demikian). Aku tidak akan membahas mengenai hal itu lebih dalam karena bukan ahlinya, tapi sekali lagi tulisan ini hanya untuk mengekspresikan pendapat saja.

Secara tidak sadar manusia pasti pernah mengalami perasaaan was-was. Tapi, setiap orang memiliki level yang berbeda. Semakin tinggi tingkatannya, menurutku orang tersebut lebih butuh perhatian khusus oleh orang-orang di sekelilingnya terutama orang yang dicintainya. Karena apa? Terlalu insecure bisa bikin gila man !!!

Sejak kecil (entah sadar atau tidak), aku mengalami hal tersebut. Contoh simplenya, ketika pembagian raport sekolah, aku selalu mengatakan hal ini kepada Ibuku, “Bu, gapapa ya misalkan ngga ranking 1.” Dan Ibu dengan baik hatinya selalu mengatakan, “Gapapa nak, yang penting sudah usaha.” Selalu dan selalu seperti itu. Meskipun hal yang kutakutkan tidak terjadi, tapi disitulah letak insecurenya. Contoh lainnya adalah, ketika aku pergi main dengan teman. Aku selalu takut pulang telat dan dimarahi orang tua, padahal setelat-telatnya pulang juga tidak pernah sampai habis maghrib dan orang tuaku juga biasa saja.

Hal-hal semacam ini muncul di pikiranku begitu saja. Mengapa aku selalu merasakan hal tersebut? Aku hanya tidak ingin mengecewakan orang lain. Itu.

Aku tidak bisa memungkiri jika ada memori yang membuatku bertambah insecure. Kejadian pahit yang menimpa orang-orang di sekitarku membuatku trauma. Kebohongan dan pengkhianatan yang secara langsung tidak menimpaku tapi berdampak padaku, membuatku semakin insecure ketika aku mulai mengenal lelaki.

Tidak banyak laki-laki yang hinggap di hidupku, tapi hampir 80% kami putus dikarenakan ulah mereka. Hal tersebut tidak membuatku “kapok” untuk berpacaran. Akan tetapi…. Perasaan insecure dari pengalaman sebelumnya semakin menjadi-jadi.

Dampaknya apa buatku? Hal-hal kecil yang tidak sesuai dengan semestinya terlalu mudah membuatku merasa kecewa. Aku bisa menghabiskan waktu seharian untuk memikirkan hal yang tidak terlalu penting itu, pada akhirnya muncul negative thinking. Otak serasa tidak berhenti bekerja untuk memikirkan hal itu, membuatku banyak berimajinasi aneh yang berujung tangis. Aku hanya takut, takut akan sesuatu yang belum pasti terjadi akan terjadi di hidupku. Aku terlalu takut kecewa, terjatuh, dan mengulang lagi peristiwa-peristiwa tidak mengenakan. Aku tidak ingin itu.

Lalu, apa yang aku lakukan ketika pikiran aneh itu datang?
1.         Sebisa mungkin cari teman dekat / sahabat untuk diajak cerita. Orang seperti aku tidak boleh dibiarkan sendirian, harus ada seseorang yang siap mendengarkan ceritaku. Setidaknya mendengarkan saja. Tidak lebih.
2.         Cari kegiatan lain yang lebih positif. Klise sih, tapi hal ini pasti aku lakukan. Main the sims (atau apapun itu), nonton kdrama marathon, atau beres-beres kosan menjadi salah satu alternatifku. Memangnya bisa hilang pikirang tersebut? Tentu tidak. Parasit itu masih menempel di otak, tapi setidaknya fokusku tidak boleh hanya terpaku pada masalah.
3.         Jalan-jalan ke tempat yang disukai walaupun sendirian. Contohnya, gramedia atau muterin mall aja.
4.         Banyak baca buku yang bisa memberikan referensi untuk self improvement.
5.         Coba terus komunikasi dengan si dia dan respon darinya akan membuatku jauh lebih baik. Dengan catatan, dia juga memberikan perhatian lebih walaupun sedang tidak bersama.
6.         Sholat. Baca Qur’an. Do’a dan nangis jika diperlukan.


Aku bukannya tidak bahagia. No. Aku bahagia. Aku bersyukur dengan apa yang aku punya sekarang. Aku hanya ingin bahagiaku lengkap, tidak ada lagi toxic yang hinggap agar semuanya bisa tulus dan murni. Itu saja.

Insecure itu boleh agar kita sebagai manusia tidak takabur, tapi harus tau waktu dan tempat. Itu saja sih. Jangan sampai insecure yang berlebihan itu akan membuat penyakit dalam diri kita dan pastinya, misi kita untuk membuat orang-orang yang kita cintai bahagia akan gagal.

Senin, 23 Desember 2019

Semua akan baik-baik saja


Ketika tidak ada orang yang bisa diajak untuk bercerita, kemanakah lagi  kuharus mengadu? Aku hanya ingin didengar tanpa perlu diberikan solusi apapun. Aku hanya perlu dipeluk dan dihibur dengan kata-kata “Tenang, semuanya akan baik-baik saja. Menangislah, menangis di pelukanku. Luapkan semua kekecewaan dan kesedihanmu. Keluarkanlah itu semua dan tenang, ada aku disini. Semua akan baik-baik saja. Kamu sudah melakukan yang terbaik”. Itu saja. Tidak lebih. Cukup.