Laman

Senin, 26 September 2022

New Chapter

 15 Januari 2021

Babak baru di dalam hidupku dimulai. Akhirnya petualanganku berhenti pada orang ini. Aku memberanikan diri untuk mengikuti sunnah Rasul, yaitu menikah. Bismillah.. dengan menyebut nama Allah SWT, aku siap melangkah membangun kehidupan rumah tangga bersamanya.

Siapakah dia? Ya dia adalah orang yang pernah kusebut namanya dalam doaku 9 tahun silam. Orang yang pernah singgah dalam hidupku dan sempat menjadi inspiratorku ketika menulis cerpen. Kini, dia menjadi partner hidupku, sebagai suami.

 

Kembali ke tahun 2013.

Aku masuk ke salah satu universitas di Malang sebagai mahasiswa baru yang wajib mengikuti serangkaian acara ospek. Disitulah kami bertemu. Dia sebagai panitia ospek dan aku mabanya. Kesan pertamaku ketika bertemu dengannya adalah, “Sumpah, ini kakak songong banget ya. Udah songong, rambutnya aneh pula. Polem, si poni lempar”. Semenjak saat itu, aku dan temanku sering gibahin doi, tapi hal itu yang justru membuatku semakin memikirkannya. Sialnya, dia juga terus mencari gara-gara padaku. Setiap ospek, dia selalu mencari cara agar bisa memarahiku. Kan kampr*t ya.

Singkatnya, ketika acara ospek selesai, kami justru sempat dekat. Kami saling membalas pesan di twitter, bahkan mention-mention di twitter. Dan tak sedikit orang yang ingin mengkonfirmasi hubunganku dengannya. Tapi waktu tidak berpihak pada kita. Saat itu dia memiliki pacar dan aku masih di ambang kegalauan antara balikan dengan sang mantan atau menjomblo. Tapi bodohnya, aku memilih balikan dengan mantan yang ujungnya justru membuatku sakit.

Ketika aku coba mengingat kembali masa-masa itu, aku tersadar satu hal. Aku memiliki perasaan yang tulus padanya. Aku pernah berdoa pada Allah agar dijodohkan dengannya. Dan, Allah itu baiknya masya allah, Dia mengabulkan doaku waktu itu. Ketika aku sudah tidak berkomunikasi dengan kakak ospekku, pelan-pelan aku menjalani hidupku sendiri. Aku menemukan tambatan hati lain dan kami menjalaninya dengan baik. Terkadang, ada satu dua momen yang membuatku bertemu dengannya lagi, tapi kami tidak pernah bertegur sapa atau pun mengobrol. Aku cuma melihat dia dari kejauhan dan tidak pernah mencari tahu lagi tentang dirinya.

 

Maret 2019.

Di Jakarta, aku beberapa kali meet up dengan kakak-kakak tingkat yang kerja atau tinggal di Jakarta dan waktu itu ada sebuah undangan pernikahan dari salah satu kakak tingkat di luar kota. Kami berencana untuk menghadirinya dengan menyewa mobil dari Jakarta. Karena personilnya kurang, salah satu teman memiliki usul untuk mengajak doi. Ups, artinya aku bertemu lagi dengannya dong? Sejujurnya aku biasa saja waktu itu, karena aku memiliki pacar yang notabenenya aku sudah hampir 5 tahun menjalin hubungan dengannya. Karena aku dan pacarku waktu itu menjalin LDR, dan inilah kesempatanku untuk bertemu dengannya dan memperbaiki hubungan. Aku mau disclaimer disini, sebelum bertemu dengan doi lagi, aku dengan mantan pacarku waktu itu memang sedang di tahap memperbaiki hubungan yang mulai hambar karena LDR. Banyak sekali konflik dan masalah yang mengendap sehingga akhirnya membumbui rasa hambar ini menjadi semakin hambar.

Back to doi. Awalnya doi menolak untuk ikut, karena ada aku. Tapi setelah dibujuk, akhirnya dia setuju untuk ikut. Doi pernah berucap, kalo dia akan bertemu denganku, dimana masalalunya yang akan bertemu masa depannya disana.

22 Maret 2019. Kami memutuskan berangkat berempat, tiga laki-laki dan satu perempuan, yaitu aku. Awalnya agak canggung terutama mantan pacar sempat tidak mengizinkan aku untuk pergi, tapi setelah kuyakinkan akhirnya dia mengizinkan. Entah alasannya karena aku perempuan sendirian dan perjalanan jauh, ataukah karena aku harus bertemu dan menghabiskan perjalanan dengan doi? Aku tidak tahu, entahlah. Mungkin dia sudah memiliki perasaan akan hal itu.

Alhasil, perjalanan pulang pergi berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun. Satu hal yang menarik, aku lebih menikmati proses perjalanan selama di mobil ketimbang ketemu dengan pacar pada saat itu. No, jangan berpikir semua murni karena doi ya. Memang hubunganku dengan pacar saat itu sudah tidak sehat, semua sudah hambar.

Setelah perjalanan itu, entah angin apa yang membuat semua situasi berubah 180 derajat. Aku dan pacarku saat itu memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang sudah terjalin 5 tahun lamanya. Sedih? Jelas. Itu bukan waktu yang singkat. Tapi bahan bakar untuk membakar semangat LDR tidak sekuat dulu. Harus kuakui, setelah perjalanan kondangan itu, aku merasakan ada getaran yang dahulu kurasakan dengan orang lain. Ya, hati ini sudah berpaling kembali ke masalalu, yang aku belum tahu akhir dari semua ini seperti apa.

Setelah aku mengakhiri hubungan itu, aku berniat bercerita dengan sahabat laki-lakiku. Tapi, hal yang tidak terduga terjadi. Sahabatku justru menyatakan perasaan yang selama ini terpendam. Perasaan yang sedari jaman sekolah dipendamnya. Aku tahu, sahabatku adalah sosok manusia yang sempurna di mata wanita mana pun. Belum ada celah jelek yang aku temukan di dalam dirinya. Tapi sekali lagi, aku tidak bisa memaksakan perasaan ini. Dia adalah sahabatku. Aku menyayanginya sebagai sahabat, bukan yang lain.

Singkat cerita. Seperti yang bisa ditebak, aku kembali dekat dengan masalalu. Kakak ospekku. Tidak sedikit yang mencelah kami, sampai sekarang. Rumor kedekatan kami yang menjadi alasan aku dan mantan pacar putus menjadi penyebab kami tidak disukai oleh teman-teman kuliah. Mereka yang berekspektasi aku dan mantan pacar sebagai couple goals menjadi rusak karena adanya orang ketiga. Ya, aku tahu itu pasti terjadi. Aku tidak membantah, tapi mereka juga harus tahu kalo dari awal hubunganku dengan mantan pacar memang sudah tidak sehat. Andaikata kondangan itu tidak terjadi, aku dan kakak ospekku tidak bertemu lagi. Andaikata hal itu terjadi. Apakah kalian menjamin hubunganku dan mantan pacar akan sehat? Apakah kalian menjamin aku dengannya akan menikah dan berakhir dengan bahagia? Belum tentu.

[to be continued]

Jumat, 27 Desember 2019

Bagaimana cara mengatasi insecure berlebihan di dalam diri?



Sebelum menjawab atas pertanyaan tersebut, aku akan memberikan disclaimer terlebih dahulu jika “Aku adalah orang yang sangat insecure terhadap segala sesuatu di hidupku”. So, aku mencoba menjawab bukan karena sok pintar dengan mengajari orang lain, tapi ini untuk kebutuhanku sendiri (self improvement).

Menurutku pribadi, orang dapat insecure bukan tanpa sebab. Ada sesuatu yang mendasarinya. Mereka hanya ingin membuat benteng pertahanan diri agar jika sesuatu yang tidak mereka harapkan terjadi, semua akan baik-baik saja (walaupun sebenarnya tidak demikian). Aku tidak akan membahas mengenai hal itu lebih dalam karena bukan ahlinya, tapi sekali lagi tulisan ini hanya untuk mengekspresikan pendapat saja.

Secara tidak sadar manusia pasti pernah mengalami perasaaan was-was. Tapi, setiap orang memiliki level yang berbeda. Semakin tinggi tingkatannya, menurutku orang tersebut lebih butuh perhatian khusus oleh orang-orang di sekelilingnya terutama orang yang dicintainya. Karena apa? Terlalu insecure bisa bikin gila man !!!

Sejak kecil (entah sadar atau tidak), aku mengalami hal tersebut. Contoh simplenya, ketika pembagian raport sekolah, aku selalu mengatakan hal ini kepada Ibuku, “Bu, gapapa ya misalkan ngga ranking 1.” Dan Ibu dengan baik hatinya selalu mengatakan, “Gapapa nak, yang penting sudah usaha.” Selalu dan selalu seperti itu. Meskipun hal yang kutakutkan tidak terjadi, tapi disitulah letak insecurenya. Contoh lainnya adalah, ketika aku pergi main dengan teman. Aku selalu takut pulang telat dan dimarahi orang tua, padahal setelat-telatnya pulang juga tidak pernah sampai habis maghrib dan orang tuaku juga biasa saja.

Hal-hal semacam ini muncul di pikiranku begitu saja. Mengapa aku selalu merasakan hal tersebut? Aku hanya tidak ingin mengecewakan orang lain. Itu.

Aku tidak bisa memungkiri jika ada memori yang membuatku bertambah insecure. Kejadian pahit yang menimpa orang-orang di sekitarku membuatku trauma. Kebohongan dan pengkhianatan yang secara langsung tidak menimpaku tapi berdampak padaku, membuatku semakin insecure ketika aku mulai mengenal lelaki.

Tidak banyak laki-laki yang hinggap di hidupku, tapi hampir 80% kami putus dikarenakan ulah mereka. Hal tersebut tidak membuatku “kapok” untuk berpacaran. Akan tetapi…. Perasaan insecure dari pengalaman sebelumnya semakin menjadi-jadi.

Dampaknya apa buatku? Hal-hal kecil yang tidak sesuai dengan semestinya terlalu mudah membuatku merasa kecewa. Aku bisa menghabiskan waktu seharian untuk memikirkan hal yang tidak terlalu penting itu, pada akhirnya muncul negative thinking. Otak serasa tidak berhenti bekerja untuk memikirkan hal itu, membuatku banyak berimajinasi aneh yang berujung tangis. Aku hanya takut, takut akan sesuatu yang belum pasti terjadi akan terjadi di hidupku. Aku terlalu takut kecewa, terjatuh, dan mengulang lagi peristiwa-peristiwa tidak mengenakan. Aku tidak ingin itu.

Lalu, apa yang aku lakukan ketika pikiran aneh itu datang?
1.         Sebisa mungkin cari teman dekat / sahabat untuk diajak cerita. Orang seperti aku tidak boleh dibiarkan sendirian, harus ada seseorang yang siap mendengarkan ceritaku. Setidaknya mendengarkan saja. Tidak lebih.
2.         Cari kegiatan lain yang lebih positif. Klise sih, tapi hal ini pasti aku lakukan. Main the sims (atau apapun itu), nonton kdrama marathon, atau beres-beres kosan menjadi salah satu alternatifku. Memangnya bisa hilang pikirang tersebut? Tentu tidak. Parasit itu masih menempel di otak, tapi setidaknya fokusku tidak boleh hanya terpaku pada masalah.
3.         Jalan-jalan ke tempat yang disukai walaupun sendirian. Contohnya, gramedia atau muterin mall aja.
4.         Banyak baca buku yang bisa memberikan referensi untuk self improvement.
5.         Coba terus komunikasi dengan si dia dan respon darinya akan membuatku jauh lebih baik. Dengan catatan, dia juga memberikan perhatian lebih walaupun sedang tidak bersama.
6.         Sholat. Baca Qur’an. Do’a dan nangis jika diperlukan.


Aku bukannya tidak bahagia. No. Aku bahagia. Aku bersyukur dengan apa yang aku punya sekarang. Aku hanya ingin bahagiaku lengkap, tidak ada lagi toxic yang hinggap agar semuanya bisa tulus dan murni. Itu saja.

Insecure itu boleh agar kita sebagai manusia tidak takabur, tapi harus tau waktu dan tempat. Itu saja sih. Jangan sampai insecure yang berlebihan itu akan membuat penyakit dalam diri kita dan pastinya, misi kita untuk membuat orang-orang yang kita cintai bahagia akan gagal.

Senin, 23 Desember 2019

Semua akan baik-baik saja


Ketika tidak ada orang yang bisa diajak untuk bercerita, kemanakah lagi  kuharus mengadu? Aku hanya ingin didengar tanpa perlu diberikan solusi apapun. Aku hanya perlu dipeluk dan dihibur dengan kata-kata “Tenang, semuanya akan baik-baik saja. Menangislah, menangis di pelukanku. Luapkan semua kekecewaan dan kesedihanmu. Keluarkanlah itu semua dan tenang, ada aku disini. Semua akan baik-baik saja. Kamu sudah melakukan yang terbaik”. Itu saja. Tidak lebih. Cukup.

Minggu, 28 Juli 2019

Kembalinya Pemeran Utama


Dia, yang kukenal 6 tahun yang lalu.
Dia, yang pernah mencoba menjadi lakon utama namun menghilang tak tau rimbanya.
Dia, yang pernah kusebut dalam doa.
Dia, yang kukira sudah terlupakan.
Dia, yang kucinta..

5 tahun yang lalu, tangan ini menari menceritakan kisahku dengannya dalam sebuah cerpen [salah satu cerpen di blog ini] dengan akhir yang kuciptakan berakhir bahagia. Cerpen yang dikemas dengan sedikit imajinasi menggambarkan bagaimana kami bisa bertemu. Namun, realita memang tidak semanis itu. Aku dan dia mengembara satu sama lain, saling berpetualang dengan tokoh-tokoh lain hingga pada akhirnya kami bertemu kembali.

Pertemuan yang menyadarkanku jika cinta yang dulu pernah ada untuknya, ternyata masih ada. Memori yang kuciptakan sendiri [entah dia pun begitu atau tidak] selalu berputar bak telenovela lama di pikiranku. Sampai akhirnya aku sadar, jika aku belum melupakannya. Aku tidak peduli masa lalunya, aku tidak peduli berapa orang yang pernah singgah di hatinya. Aku mencintainya sama seperti dulu, bahkan jauh lebih kuat daripada dulu.

Sosok pengganti ayah yang siap menggantikan beliau untuk bertanggung jawab akan diriku sudah kutemukan dalam dirinya. Aku melihat sosok pemimpin dalam dirinya, mampu mengarahkanku, dan melindungiku. Tapi dia tidak sekaku itu. Aku melihat dirinya yang lain. Banyak hal yang belum aku tahu dari semenjak aku mengenalnya, dan semua hal itu [baik buruknya dia] aku terima dengan bahagia.

Mungkin dia bosan mendengar kata-kata “I love you” dari bibirku, tapi itulah adanya. Bahkan jauh lebih besar. Lillahi ta’ala, semoga Allah [Sang penulis skenario hidupku] dapat memberikan akhir yang baik untukku dan dia. Dimulai dengan awal yang baik, dijalani dan berproses dengan baik, semoga berakhir dengan baik pula. Aamiin


Aku akan menceritakan detailnya, tapi bukan saat ini.. ^^

Jumat, 21 September 2018

Kecewa


Hati berbicara tuk sepatah kata
Melukiskan perasaan tak menentu
Bercampur baur dalam kalbu
Rasa yang disebut  kecewa

Ketika sahabat tak kunjung datang
Menanti tuk seorang sobat lama
Detik, menit , jam berlalu tak pasti
Amarah dan kecewa menyelimuti hati
Kemana angin membawamu pergi?

Hati ini bertanya-tanya dimana dikau
Berharap kehadiran saat ini
Berharap melepas rindu bertuan ini
Ingatkah kau sahabat ?
Bertahan melawan waktu tuk bersatu

Tapi semua sia jua karena kau
Hanya menganggap angin lalu saja
Hampa.. sungguh sangat hampa
Tak sedikitpun kau dengar
Tak sedikitpun kau rasa

AKU KECEWA
Akankah perubahan terjadi ?
Untuk tali persahabatan suci
Tertorehkan oleh luka kecewa
Karenamu .. Karenamu ..


*Puisi ini ditulis tanggal 15 Februari 2013 pada saat SMA kelas 3.  Ketika buka folder lama di laptop, eh tanpa sengaja ada file berisikan puisi ini. Tentang kita, Efarezdava.

Sabtu, 21 Juli 2018

Kuliah Kerja Nyata (KKN)


Malam mingguku dihabiskan dengan bernostalgia kenangan KKN. Kenapa aku ingin menceritakan masa KKNku? Karena aku susah Move On dari kisah ini yang dipenuhi oleh orang-orang hebat dan cerita yang anti mainstream tentunya.

Cerita KKN ku dimulai dari bulan Juli 2016 dan berakhir satu bulan berikutnya. Jadi, aku menghabiskan kira-kira 26 hari bersama 24 orang yang terdiri dari beberapa program studi di fakultas MIPA. Jujur, awalnya aku lumayan minder berada di tim ini, karena apa? Isinya orang-orang penting di kampus. Mulai dari anggota DPM UB, Ketua BEM MIPA, Ketua LOF MIPA, dan cewe-cewenya juga cetar badai begitu. Kesan pertama adalah AKU GAK BAKAL BETAH.

Pertemuan pertama beragendakan pemilihan Koordinator Desa, Ketua Divisi, dan anggotanya. Dari saling adu tunjuk sampai pasrah, akhirnya terbentuklah organisasi KKN di Desa X. Sialnya, aku menjadi Ketua Divisi Kesling ( Kesehatan Lingkungan) dengan alasan karena aku pernah menjadi CO Divisi Kesehatan –“
Next, setelah diadakan beberapa kali survei dan rapat mengenai program kerja akhirnya tibalah saat kami semua memulai program KKN.

Intermezzo, salah satu alasanku suka KKN adalah karena aku akan memakai almamater kampus setiap hari. Jangan tanya kenapa, cukup lihat film saja pasti tau alasannya apa hahaha

Kami ber-24 menyewa satu rumah besar tiga lantai untuk ditempati selama KKN. Lantai 1 untuk kaum cowo dan sisanya untuk kami para cewe. Sebenarnya, niat kami semua adalah menyewa 2 rumah. Satu untuk cewe dan satu untuk cowo. Tapi ada sebuah kisah yang mengharuskan kami semua tinggal satu rumah.

Malam pertama kami disugukan dengan horror moment. Sekitar pukul 19.30 WIB, saat kami duduk santai ngobrol kesana kemari, tiba-tiba tercium aroma kemenyan. Entah darimana asalnya, tapi aroma tersebut jelas-jelas sangat jelas tercium *hehh dan akhirnya kami sepakat menyewa satu rumah saja.

Tujuan kegiatan secara teoritis adalah menyelesaikan program kerja yang diagendakan dan menyusun laporan akhir sebagai bahan ujian. Dari divisi Kesling sendiri, ada beberapa program kerja yang dibentuk,mulai dari penyuluhan mengenai bahaya narkoba dan HIV&AIDS, posyandu anak, penyuluhan mengenai kesehatan dan cara gosok gigi yang benar untuk anak SD, sampai lomba bayi sehat.

Alasanku menyukai divisi ini adalah karena aku menyukai anak kecil sehingga ketika melaksanakan program kerja ini, aku dapat bertemu dan bermain dengan banyak anak kecil.

Oke back to the point.
Hari-hari kosong kami ketika tidak ada program kerja yang dilaksanakan adalah diisi dengan main dan bermain. Mulai dari masak bareng, belanja bareng ke pasar, main UNO, truth or dare sampai Werewolf. Nah, yang paling mengesankan adalah werewolf. Kami rata-rata adalah anak organisasi, jadi permainan ini semakin seru dikarenakan debat segala isinya keluar semua. Sampai jam 3 pagi MAN!!

Oh iya, aku mau cerita tentang anak SD di desa itu. Sayangnya aku lupa namanya. Niko? Riko? Atau siapa ya? Ah anggap saja Niko CS lah. Jadi, setiap malam divisi Pendidikan mengadakan belajar bareng di kontrakan kami. Nah, rata-rata anak SD-SMP yang datang dan termasuk Niko CS. Mereka lumayan bandel lah untuk ukuran anak SD. Jujur, aku jarang sekali membantu divisi pendidikan mengajari anak-anak tersebut belajar tapi justru aku yang sering dicari oleh Niko CS.
“Tante Yuva mana? Tante Yuva manaaa...”
Selalu itu yang diucapkan. Tenang aja guys, aku juga dicariin omnya sama mereka. Argh suka-suka mereka aja lah. Pernah suatu waktu mereka kesana dan aku membuatkan pudding untuk mereka, kemudian ngobrol becanda bareng. Tapi sialnya, itu dimanfaatkan oleh mereka.
“Tante Yuva minta pangku dongg... Tante Yuva cium donggg...”
KAN KETERLALUAN. Walaupun aku suka ciumin anak kecil, tapi bukan macam mereka gitu lah. Untungnya salah satu teman cowokku menghentikan permintaan gila tersebut. Hahaha
Sejujurnya sekarang aku kangen sama mereka. Apalagi yang namanya ....... (arghhh lupaaaaaaa), aku inget banget dia menangis sewaktu aku selesai KKN disana. Sekarang mereka mungkin udah lupa sama aku kali ya. Sedihhh..

Aku juga mau cerita nih. Jadi divisi Kesling sebelum melakukan agenda Posyandu selalu meminta ijin kepada setiap Ketua Posyandu masing-masing RT. Nah pernah nih, suatu malam aku dan beberapa temanku pergi ke dusun sebelah untuk menemui ketua posyandunya. Horror moment again! Rumahnya berada di lingkungan yang sepi dan gelap. Rumah sekelilingnya rata-rata kosong dan GELAP! GELAP!! Tidak ada orang lalu lalang disana. Kami memencet bel gerbang rumahnya dengan perasaan was-was. Ibu Posyandu itu pun bercerita jika sehabis sholat maghrib juga dia jarang keluar rumah. Entah karena takut atau karena apa aku juga nggak tau.
               
Oh ya, tim Kesling terdiri dari 3 cowo 4 cewe. Jika ada jadwal program kerja, hampir setiap pagi aku membangunkan para cowo itu. Suatu pagi, ada program kerja posyandu yang harus kami lakukan. Oke, pagi-pagi setelah bersiap diri aku turun menuju lantai 1 untuk membangunkan para cowo. Lantai 1 sepi. Argh semua masih molorrr kecuali ada satu cowo duduk nonton film di ruang tamu. Namanya Sam. Aku duduk sebelah Sam dan mengobrol dengannya. Apa yang sedang ditonton oleh Sam? Yaaa, dia sedang menonton iklan Thailand (ga penting banget kan).

Sam       : “Yuv, coba deh nonton ini. Dijamin nangis”
Me          : “Halah, apaan coba. Cuma iklan doang. Udah sana kamu siap-siap”
Sam       : “Coba deh tonton dulu. Awas ya kalo nangis”
Me          : duduk nonton tuh iklan

Beberapa saat kemudian. Tes.. tess.. tesss..
Huaa, dari mata yang mulai berkaca-kaca sampai keluar airmata beneran guys. Sam pun tertawa melihatku menangis, tapi bukan itu aku permasalahkan. Kok bisa ya iklan doang malah bikin aku nangis. Bahkan gak cuma netes, tapi terisakkkkk bangett. Yang paling memalukan adalah cowo-cowo yang tadinya tidur malah kebangun denger aku nangis. Mungkin pikiran mereka adalah kenapa ada cewe pagi-pagi buta kayak gini menangis? Atau apa yang dilakukan Sam sampai membuatku menangis. Dengan mata bengkak, hidung merah, maskara luntur, dan tissu bertebaran akhirnya aku menjadi bahan ledekan mereka -_-

Satu hal lagi yang bikin aku betah KKN adalah karena di tempat tersebut banyak orang yang jual bunga.

Aku adalah tipe orang melankolis yang romantis. Hampir tiap saat aku beli bunga. Iseng doang. Aku taruh di meja ruang tamu, di dapur, atau di kamar. Bahkan ketika pacarku sidang skripsi, aku bela-belain datang dengan membawa rangkaian bunga mawar merah sebanyak 100 tangkai.

Back!!!!


Kenangan berikutnya adalah ketika kami diajak tracking gunung oleh orang sana. Wohoooo, menarik bangett nih. Gunungnya ngga tinggi sih tapi lumayan lah untuk latihan kaki. Jalannya aduhai banget, harus ekstra hati-hati. Kami berangkat pagi dan pulang sore, tapi justru yang menarik adalah ketika malam harinya. Rumah kontrakan kami beraroma terapi alias minyak urut hahaha.

Oh ya, terakhir deh. KKN nggak akan lengkap tanpa adanya cinta lokasi. Ada beberapa dari kami yang terkena virus itu, tak terkecuali menimpa aku. Eits, sejujurnya bukan aku yang merasakannya sih.
Jadi, ada seseorang yang aku tak mau sebut merk disini menaruh hati padaku. Aku tau hal ini saat H-1 kepulangan kami dari desa itu. Bukan dia yang mengakuinya, tapi justru orang lain. Alasannya apa ya waktu itu? Sebenarnya aku sudah merasakan kode-kode darinya, tapi aku tak mau ambil pusing saat itu. Bahkan sampai KKN berakhir, ada jeda waktu lumayan panjang dimana dia tetap merasakan hal tersebut. Argh aku tak mau terlalu bercerita detail tentang hal ini. Karena aku tidak mau ada pihak yang akan dirugikan nantinya.

Itulah kisah KKNku. Jika bisa diulang lagi, dengan senang hati aku mau kembali ke masa itu yang tentunya bersama orang-orang itu lagi.
Semoga suatu saat ada reunian KKN ya, biar kita bisa bercerita lagi tentang kenangan itu. See you on top guys.


Salam kangen dari Yumepra ♥️