Aku
adalah Velisya.Aku baru masuk SMA disalah satu sekolah yang terkenal di kota kembang,Bandung.Awal
masuk tahun pelajaran baru sangat membuatku asing dan melelahkan.
Tapi
ternyata setelah aku jalani beberapa bulan disekolah ini,aku sudah terbiasa dan
aku juga mudah untuk beradaptasi dilingkungan yang sangat dingin suasananya
buatku.
Oh
ya,namaku adalah Velisya Tiara.Temen-temenku biasanya manggil aku dengan nama Velis.Aku
adalah anak kedua dari dua bersaudara,kakakku bernama Chikko.Dia siswa pindahan
dari Jakarta yang sekarang kelas sebelas di SMA yang sama seperti aku.Aku dan
kak Chikko dibesarkan diJakarta,tapi karena orang tua kita ada keperluan di
Bandung jadi aku dan kak Chikko pindah kesini.
Beberapa
bulan setelah kepindahanku ke Bandung,aku nemuin dua orang sahabat yang slalu
ada buatku.Disaat suka maupun duka.Namanya adalah Rea dan Rinda.Teristimewa
pula kami bertiga berada dalam kelas yang sama.Aku seneng banget.
Pada suatu hari,sepulang
sekolah aku gak langsung pulang.Aku,Rea dan Rinda ada acara dirumah Rea.Sebelum
ke rumahnya Rea,aku dan mereka pergi ke toilet.Setelah itu kita pulang lewat
jalan memutar,yaitu lewat taman belakang sekolah.Agak jauh,tapi pemandangannya
indah.Tanpa diduga aku ketemu sama seorang cowok yang gak tau kenapa aku jadi
deg-degan.Oh Tuhan, mimpi apa aku semalem.Berbunga-bunga hati ini melihat
wajahnya yang cakep,mendengar suaranya yang merdu.Apa ini yang namanya cinta
pada pandangan pertama?
“Kamu
kenapa Velis?”tanya Rea padaku.
“Iya
nich,senyum-senyum gak jelas kayak gitu,”tambah Rinda.
“Ah..aku
gak kenapa-kenapa kok,”jawabku sambil tersenyum.
Pada
suatu hari,saat bel istirahat pertama berdentang,aku,Rea dan Rinda pergi ke
kantin.Disana rame banget,tapi untunglah kami sudah terbiasa dengan keramaian
disana.Setelah kita nemuin tempat duduk,kita ngobrol-ngobrol sambil makan.Disaat
kita asyik-asyiknya ngobrol,dari kejauhan kak Chikko memanggil aku dengan
melambaikan tangannya.Aku bergegas mendekati kak Chikko yang waktu itu sedang
ngumpul dengan dua orang temannya.
“Ada apa
sich kak,kok manggil-manggil?”tanyaku agak bete.
“Temenku
ada yang mau kenalan,boleh kan?”jawabnya mengagetkanku.
“Apaan
sich kak,”ucapku sewot.
“Udah,tenang aja.Ada aku disini.”jawabnya sambil mendekati
temen-temennya.
“Sob,kenalin.Ini adek
gue,namanya Velisya,”ucap kak Chikko pada temen-temennya.
“Hai
Velisya,”jawab salah seorang temennya.
Aku
hanya tersenyum kecut.Saat aku tak sengaja menatap teman kak Chikko yang satunya,ternyata
dia cowok yang waktu itu.Dia gak ada respons sama sekali,diem aja.Gak kayak
temennya.Dia gak sekedar cakep,tapi dia udah buat aku penasaran.Perasaanku jadi
gak karuan.
“Ah,aku
mikirin apaan,aku gak boleh punya perasaan ini,”ucapku dalam hati.
“Kak,aku
kesana dulu ya,kamu udah buang-buang waktuku tau,”ucapku sewot.
“Bye Velis,”ucap
temen kak Chikko.
“Bye
juga,”jawabku sambil pergi.
Aku
segera menemui Rea dan Rinda yang sejak tadi menungguku.
“Kamu
kenapa Lis,kok senyum-senyum gitu?”tanya Rea penasaran.
“Iya,abis ketemu sama Lee Min Ho ya?”tanya
Rinda menggodaku.
“Apaan
sich,aku gak kenapa-kenapa kok,biasa aja.”jawabku sok gak tau.Padahal dihati
kecilku ini aku mikirin temen kak Chikko yang cakep tadi.Andaikan aku tau
namanya.
“Ayo
balik ke kelas,”ajak Rinda padaku dan Rea.
“Lho,kok buru-buru
sich,Ntar aja,”tolakku sambil tersenyum.
“Velisya,udah
bel masuk.Gimana,masih mau tetep disini?,”tanya Rea sambil pergi.
“Lho,tunggu!”ucapku sambil mengejar Rea dan Rinda.
Keesokan
harinya sepulang sekolah, aku pulang dengan kak Chikko.Aku bertekat untuk nanya
tentang cowok itu ke kak Chikko.Aku gak tahan dengan perasaan ini.
“Kak,aku
boleh nanya gak?”tanyaku sesampainya dirumah.
“Nanya
apa?”jawab kak Chikko cuek.
“Temen
kak Chikko yang kemarin tuh siapa namanya?”tanyaku serius.
“Yang
mana?”tanyanya balik.
“Itu lho
yang diem aja,waktu kak Chikko manggil aku kemarin,” perjelasku.
“Oww..Kamu suka dia ya?”tanya kak Chikko nebak-nebak.
“Enak
aja.Aku kan cuma nanya doang,”jawabku jutek.
“Ya
ya,gitu aja marah.Dia tuh namanya Raka.”jawab kak Chikko.
“Ow..”ucapku sambil pergi ke kamar.
Didalam
kamar aku tetep gak bisa berhenti tersenyum.Aku bener-bener gak tau lagi dengan
perasaan ini.Aku bingung..
“Tuhan,apa yang terjadi dengan perasaanku?”ucapku bingung.
Keesokan
harinya,kak Chikko bilang kalau ada temennya yang suka sama aku.Siapa ya?Aku
berpikir dia temen kak Chikko yang kemarin,tapi bukan Raka.Aku gak nanggapi
serius sama sekali.
“Biarin
deh,” ucapku acuh tak acuh.
“Awas ya
nyesel,”ucap kak Chikko menggodaku.
“Maksudnya?”tanyaku bingung.
“Ya awas
aja ntar kamu nyesel.Dia cakep lho,”ujar kak Chikko.
“Biarin,”jawabku
sambil masuk kamar.
Aku
langsung berbaring ditempat tidur.Tak lama kemudian,lampu tiba-tiba padam.Aku
langsung berteriak histeris,apalagi dirumah hanya ada aku dan kak
Chikko.Orangtuaku belum pulang.Menyebalkan……
Setelah
aku dan kak Chikko menghidupkan lilin.Tiba-tiba handphoneku berdering.Nomor
yang gak aku kenal sama sekali menelponku.Siapa ya?
“Halo,”sapaku
dengan hati-hati.
“Hai
Velis,lagi ngapain nich?”tanyanya padaku.
“Lagi
diem,nich siapa ya?”jawabku penasaran.
“Masak gak tau sich.Aku temen kakak
kamu,”ucapnya mengagetkanku.
“Siapa?Kamu tuh temennya kak Chikko yang kemarin minta kenalan itu
ya?”tebakku padanya.
“Bukan.Yang kemarin minta kenalan sama kamu itu namanya Brian,”jawabnya
semakin bikin aku penasaran.
“Terus
kamu siapa dong kalau bukan Brian, jangan-jangan kamu itu….”ucapku terputus.
“Aku
siapa?ya udah.Aku itu Raka,temennya Chikko dan Brian,”jawabnya mengejutkanku.
“Apa?jadi
kamu Raka,”ucapku kaget.
“Ya,kenapa.Gak suka ya,”ucapnya kecewa.
“Bukan
gak suka,tapi aku kaget aja,kamu dari kemarin diem aja waktu Brian minta
kenalan sama aku,tapi kenapa sekarang kayak kamu tuh udah kenal gitu sama
aku,sok akrab banget,”perjelasku.
“Ya
maaf,mungkin aku emang sok akrab,tapi aku cuma pengen kenal dan jadi temen kamu
doang kok,”ucapnya padaku.
“Ya,boleh
kok,”jawabku sambil tersenyum.
Saat
itu juga aku dan dia menjadi akrab.Kita ngobrol dari pasal satu ke pasal yang
lainnya,dan obrolan kita gak ada ujung-ujungnya,selalu aja ada yang kita bahas.
Keesokan
harinya,aku cerita tentang Raka ke Rea dan Rinda.
“Tau
gak,waktu kita mau kerumahnya Rea,aku ketemu sama dia.Gak tau kenapa aku deg-degan,aku
tuh dari pertama ketemu rasanya ada yang bikin hati ini mikirin dia mulu.Terus
waktu aku dipanggil sama kak Chikko saat kita ke kantin,ada cowok itu dan
ternyata dia temennya kakakku.Gak nyangka aku.Lha,kemarin dia telpon-telponan
sama aku,kita jadi akrab.Aku seneng dech,”ceritaku pada Rea dan Rinda dengan
penuh ceria.
“Hm..Hm…ada yang lagi jatuh cinta nich,”goda
Rea padaku.
“Apaan
sich,”ucapku tersenyum.
“Trus yang mana sich anaknya,kasih tau kita
dong,”pinta Rinda padaku.
“Ya,kalau
ketemu pasti aku kasih tau,”jawabku padanya.
Bel
masukpun berdentang.Pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran TIK,dan kita
harus pergi ke laboratorium Komputer.Aku,Rea dan Rinda pergi ke lab. Dengan
sangat nyantainya,tanpa terburu-buru.Saat melewati koperasi,aku papasan dengan
Raka,cowok yang udah buat aku jatuh cinta.Dia sama temen-temennya,waktu dia tau
aku dia pura-pura ngobrol sama temen-temennya sambil ketawa-ketawa.Mungkin dia
malu kali.Seneng banget aku liat dia ketawa kayak gitu.Hatiku rasanya tentram
liat dia bahagia.Ckckckck,,,Raka,Raka…
“Kenapa
Lis,kok senyum-senyum liat mereka?”tanya Rinda yang dari tadi memperhatikanku.
“Dia
pangeranku,pujaan hatiku,”ucapku sambil terus memperhatikan Raka.
“Siapa,Raka?mana-mana dia,”tebak Rinda heboh sendiri.
“Wah,udah
pergi deh,”ucapku baru sadar.
“Wah,,,”ucap Rinda sewot.
“Maaf
ya,mungkin lain kali aku kasih tau lagi deh kalau ketemu atau papasan sama
dia,”ucapku sambil terus berjalan.
“Okey
deh,”ucap Rinda tersenyum.
Sepulang
sekolah,aku pulang dengan kak Chikko.Kak Chikko sekolah bawa sepeda motor,jadi
aku bisa berangkat atau pulang sama-sama.
“Lama
nich Putri siput,”ucapnya sewot.
“Kok
Putri siput sich?”tanyaku bete.
“Abisnya
lama kamu,sampai-sampai Pangerannya udah pulang deh,”jawab kak Chikko sambil
memakai helmnya.
“Pangeran
siapa?”tanyaku bingung.
“Tadi
Raka tuh mau ngajak kamu pulang bareng,naik motor bareng sama dia.Tapi kamunya
kelamaan,pulang deh dia,”perjelas kak Chikko.
“Apa?Raka
mau ngajak aku pulang bareng?”tanyaku kaget.
“Iya,ayo
cepetan naik.Aku tinggal nich,”godanya padaku.
Sesampainya
dirumah,aku segera mengambil handphone tanpa melepas sepatu atau ganti baju
dulu.Aku telpon Raka secepatnya.
“Halo,”ucap Raka acuh tak acuh.
“Halo
Raka.Maaf ya tadi kamu nunggu aku lama banget.Abisnya tadi aku ada pelajaran
tambahan,jadi agak telat deh,”ucapku minta maaf.
“Oh,gak
masalah Lis kan ada lain waktu,”ucapnya padaku.
“Thanks
ya Raka,”ucapku tersenyum.
Setelah
lama ngobrol dengan Raka,aku mengakhirinya.Aku capek banget hari ini.
Beberapa
bulan kemudian,aku dan Raka jadi sahabat.Ya,sahabat dengan perasaan
masing-masing pihak yang gak jelas.Perasaan sebagai sahabat ataukah perasaan
suka.I don’t know......
Suatu
hari aku nanya-nanya tentang Raka ke temenku yang bernama
Kia.Dia dulu pernah sekelas dengan Raka.Dia
bercerita kalau Raka itu orangnya baik,pintar,setia sama cewek,gak pernah lupa
sama namanya sholat dan dia taat pada kedua ortu.Aku bener-bener terharu
mendengar ceritanya Kia.Aku punya pikiran kalau aku gak pantas buat Raka,cowok
yang dimataku perfect dan gak ada yang bisa melebihi dia walaupun kak Chikko
sekalipun.Kia juga cerita ke aku kalau mantannya Raka satu kelas
dengannya,namanya Syifa.
Kedekatanku
dengan Raka menjadi gosip hampir satu sekolah.Mereka pikir aku pacaran sama
Raka.Pernah suatu ketika waktu aku mau ke kantin sama Rea dan Rinda,di kantin
ada Raka dan temen-temennya.Mantannya Raka yaitu Syifa kayak mau bikin aku
jealous,dia melambai-lambaikan tangannya ke Raka,waktu itu aku dibelakangnya
Syifa.Entah karena Syifa atau karena aku,Raka melihat kearahku dan Syifa sambil
tersenyum.Aku berpikir Raka tersenyum sama Syifa,aku sedih dan air mataku
hampir jatuh.Untung ada Rea dan Rinda yang menghiburku.Aku jadi agak tenang
karena aku gak mau kedua sahabatku sedih dan kepikiran aku terus.
Suatu
hari aku dengar kabar kalau Raka pacaran sama Liana,cewek yang sangat cantik di
sekolah.Aku bener-bener sedih mendengar itu semua,apalagi saat aku nanya ke
Raka.Dia bener-bener seneng nyeritain semua itu ke aku sepertinya aku emang gak
ditakdirin dengan Raka.Cowok impianku.
“Udah
ya,jangan nangis lagi.Hapus air mata kamu Lis,tunjukin kalau kamu gak patah
semangat cuma gara-gara Raka,”hibur Rea saat disekolah.
“Aku gak kuat
Rea,aku bener-bener sakit hati,”ucapku sambil berurai airmata.
“Udah
lha,aku yakin.Di dalam hatinya Raka,dia pasti punya rasa sama kamu,tenang
ya?”hibur Rinda juga.
“Aku
berharap semua itu benar,”sahutku sambil meninggalkan mereka berdua.
Aku
benar-benar sakit hati dan merasa dipermainkan.Kenapa dia begitu perhatian dan
selalu beri kasih sayang yang lebih buatku,tapi kenyataannya.Sekarang dia
pacaran sama Liana.Ya Tuhan,aku mohon..
Buatlah semua ini menjadi mimpi.
Sepulang
sekolah aku menemui kak Chikko.Aku curhat sama dia kalau Raka,orang yang aku
sayang ternyata udah punya cewek,dan kak Chikko menanggapinya dengan terkejut
sekaligus bingung.
“Lho,jadi
kamu suka sama Raka,kenapa gak bilang Lis,”ucap kak Chikko kecewa.
“Aku suka
sama Raka udah lama kak,waktu aku papasan sama dia,aku ngerasain
getaran-getaran ini,”ucapku sambil menangis.
“Gini ya adek ku tersayang,kamu inget gak.Dulu
aku kan bilang kalau ada temanku yang suka kamu,tapi kamu acuh tak acuh
kan.Jadi kesimpulanku kamu gak suka sama temanku,dan temanku itu Raka.”perjelas
kak Chikko mengagetkanku.
“Apa?Jadi
teman kakak yang suka sama aku itu Raka,kenapa gak bilang sich kak,aku tuh
berpikir kalau yang suka aku itu teman kakak yang namanya Brian bukan
Raka,”ucapku menyesali semuanya.
“Ya salah
kamu sendiri gak nanya sama kakak,jadinya aku ngomong sama Raka kalau cintanya
tuh ditolak alias kamu gak suka sama dia,”ucap kak Chikko memegang bahuku.
“Ya,semua
itu salahku.Aku terlalu suka dia,”ucapku sambil pergi.
Aku
masuk kamar tanpa memperdulikan ucapan kak Chikko.Aku ngerasa dunia ini hancur
buatku.
Suatu
ketika saat aku pulang sekolah,aku melihat Raka jalan bareng sama Liana,tapi
dia menoleh ke aku dan tersenyum.Gak tau kenapa bibir ini membalas senyumnya
yang manis itu.Walaupun hati ini hancur melihat cowok impianku jalan bareng
sama orang lain,aku harus kuat.Aku gak mau terlihat lemah dimata Raka.Aku
pengen banget narik dia biar dia jalan bareng sama aku,tapi aku gak bisa
ngelakuin itu dan aku juga takut dengan Liana,dia yang berhak atas Raka bukan
aku.
Raka
terlalu sempurna buatku,aku hanyalah upik abu yang hanya
bermimpi bisa hidup bahagia dengan seorang
pangeran.Khayalan untuk bisa menyatukan hatiku dengan hatinya Raka hanya suatu
impian yang mustahil untuk diwujudkan.
Keesokan
harinya aku papasan sama Raka,dia nepuk bahuku sambil menyapaku,Oow..aku bagai
terbang kelangit ketujuh.Kalau semua berpikir aku ini lebay atau sebagainya,tak
apa.Karena aku gak ngerasa,apa yang aku rasain sekarang emang beneran.Gak ada
sedikitpun kebohongan dengan perasaanku ke Raka.
Untuk
beberapa hari ini aku sibuk belajar karena beberapa hari lagi aku ada ulangan
akhir semester dan aku akan naik kelas sebelas.Aku gak pernah tau gimana
kelanjutan hubungan Raka dengan Liana,karena aku terlalu sibuk belajar dan aku
yakin Raka juga sibuk belajar seperti aku.
Dua
minggu telah berlalu dan akhirnya aku,Rea dan Rinda naik kelas. Raka dan kak
Chikko juga naik kelas.Aku,Rea dan Rinda gak ada yang sekelas,semuanya terpisah
tapi kita tetep bersahabat.Raka dan kak Chikko tetep satu kelas dikelas dua
belas.
Dikelas
yang baru ini aku duduk sebangku dengan Neisya.Dia orangnya baik,kita udah
akrab karena kita dulu sekelas.Dikelas sebelas ini,banyak banget penderitaan
yang aku alami terutama dalam memilih.Dua orang yang amat berarti berada dalam
hidupku.
“Lis,aku
suka sama Rea,kenalin dong,”ucap temenku satu kelas yang bernama Vano.
“Kamu
beneran suka sama Rea?”tanyaku ragu-ragu.
“Ya,”jawab Vano mantap.
“Ya
udah,nanti aku bilang sama Rea,”ucapku sambil pergi.
Setelah
aku ngumpul sama Rea dan Rinda,aku bilang ke Rea kalau ada temenku yang suka
dia,namanya Vano.
“Tapi aku
gak suka dia,please..jangan pernah maksa aku ya,”ucap Rea memohon.
“Ya gak
mungkin lha aku maksa kamu.Yang penting aku udah usahain buat bilang sama
kamu,”ucapku tersenyum.
Vano
gak menyerah,dia tetep ngejar-ngejar Rea.Disini aku kayak “Mak Comblang” mereka berdua.Vano gak
pantang nyerah,dia tetep minta bantuan aku.Dia juga nyuruh temennya yang
bernama Fendi untuk bantuin dia.Akhirnya secara gak langsung aku deket juga
dengan Fendi.Setelah beberapa kali Vano gagal untuk dapetin Rea aku yang jadi
sasarannya.
Suatu
hari ketika di sekolah ada acara Fendi dan Vano ngejar Rea,aku dan Rinda.Gak
mungkin dong aku maksa Rea buat nerima Vano,karena Rea adalah
sahabatku,sedangkan aku udah berusaha semaksimal mungkin buat bantuin
Vano.Walaupun hasilnya nol.
“Eh,Velisya,katanya
kamu mau bantuin aku,tapi mana hasilnya.Kamu itu pembohong.Nyesel aku minta
bantuan kamu,”ucap Vano marah-marah gak jelas waktu didalam kelas.
“Ya,kamu
itu gimana.Tadi tuh Vano mau ngomong sama Rea,tapi kalian lari-lari gak jelas
kayak tadi.”ujar Fendi menimpali.
“Maaf
Vano.Aku gak punya maksud ngebohongin kamu.Aku udah mati-matian bilang ke
Rea,aku udah buat kamu dimata Rea tuh baik,”ujarku.
“So,,”sahut Vano bener-bener marah.
“Ya aku
gak bisa dong maksa Rea buat cinta sama kamu.Dia juga sahabat aku dan aku lebih
mentingin perasaan dia daripada kamu Vano,”perjelasku sambil pergi.
“Satu
lagi Fendi.Kamu jangan pernah ikut campur.Aku gak akan pernah maafin
kalian.Kalian tuh keterlaluan.Apalagi kamu Vano,kamu udah dibantuin gak
terimakasih,malah marah-marah kayak gini ke aku,”tambahku kemudian.
Mereka
berdua terdiam sejenak.
Setelah
acara disekolah selesai,aku langsung pulang kerumah dengan amat kesel dan bete.Sesampainya
dirumah, Fendi menelponku.
“Ada apa
sich,dia nelpon-nelpon aku?”batinku dalam hati.
“Halo,”sapaku dengan nada suara yang terdengar bete.
“Halo Lis,maafin
aku ya.Tadi aku tuh bener-bener emosi,”ucap Fendi meminta maaf.
“Terus,”ucapku cuek.
“Kamu mau
kan maafin aku,”pinta dia serius.
“Gimana
ya,aku udah terlanjur kecewa sama kalian,”ucapku kemudian.
“Please,aku mohon.Maafin aku ya,”pintanya lagi.
“Ya
udah,aku maafin kamu.”ucapku gak ikhlas.
“Kamu gak
ikhlas ya,aku bakal buktiin ke kamu kalau aku bener-bener minta maaf,”ucap
Fendi serius.
“Oh
ya,aku tunggu,”ujarku sambil menutup telponnya.
Setelah
menutup telponnya,aku termenung. Fendi waktu kelas sebelas tuh satu kelas sama
Raka.Gimana ya kabarnya Raka sekarang?Aku jadi kepikiran Raka deh.Aku segera menelpon
Raka dan kita ngobrol sampai petang hari.
Saat
aku mau makan malem,ada suara orang mengetuk pintu. Pada waktu itu di rumah
hanya ada aku dan kak Chikko.Pintu aku buka perlahan-lahan.Gak ada orang
diluar.Tapi dilantai terdapat setangkai bunga mawar merah dan sepucuk
surat.Dari siapa ya?Aku segera membuka suratnya dan tulisan dalam surat
tersebut adalah “Aku minta maaf ”.
“Siapa ya
yang ngirim surat?”tanyaku dalam hati.
Saat
aku mau masuk,agak jauh dari tempat adanya bunga mawar tadi,ada setangkai bunga
mawar merah lagi dan sepucuk surat lagi.Aku tambah bingung.Agak jauh lagi,ada
setangkai lagi.Aku segera mengambil mawar-mawar yang ada disekitar rumahku.Dan
akhirnya mawar terakhir aku ambil,disebelah mawar itu ada seorang cowok yang
tak lain adalah Fendi.
“Fendi,”ucapku
kaget.
“Hai Velisya,gimana
kamu udah maafin aku?”tanya dia penuh harapan.
“Maksud
kamu?”tanyaku bingung.
“Aku udah
buktiin kan,aku udah nulis kata maaf berkali-kali ke kamu dan aku emang
bener-bener mau minta maaf ke kamu,”perjelasnya padaku.
“Jadi
kamu yang beri aku mawar-mawar ini dan surat-surat ini?”tanyaku padanya.
“Ya,dan
mawar terakhir sebagai permohonan maafku.Maukah kamu maafin aku,”pintanya
sambil berlutut dan memberikan mawar merah kepadaku.
“Ya,aku
maafin kamu,”ucapku tersenyum sambil mengambil mawar yang ada ditangannya Fendi.
Aduh,aku
jadi malu sama Fendi.Dia minta maaf hanya untuk hal yang sepeleh aja sampai
rela mati-matian buat nyiapin semua ini.Romantis banget sich Fendi ya Tuhan.
“Fendi,kamu kok rela sih nyiapin semua ini hanya untuk minta maaf sama
aku,”tanyaku kemudian.
“Aku gak
mau kamu marah terus sama aku,apalagi gak mau maafin aku,”jawabnya tulus.
“Padahal
kita kan baru kenal,”ujarku padanya.
“Tapi aku
gak bisa bohongin perasaanku,”jawabnya serius.
“Maksudnya?”tanyaku bingung.
“Oh,gak ada maksud apa-apa Lis,”jawabnya
kayak menyembunyikan sesuatu.
“Beneran?”tanyaku gak percaya.
“Ya.Eh,udah
malem nih,aku mau pulang dulu.See you tomorrow..” jawabnya sambil pergi.
Aku
hanya bisa menatap kepergian Fendi dengan perasaan yang bercampur aduk.Andaikan
yang ngelakuin itu semua Raka,pasti aku gak bisa tidur tujuh hari tujuh malam (Lebay
banget ea..) Hehehehe…
Tapi itu mustahil dan aku hanya bisa bermimpi.
“Siapa Lis?”tanya
kak Chikko di ambang pintu.
“Fendi
kak,”jawabku senyum-senyum gak jelas.
“Ngapain
dia kesini?”tanya kak Chikko.
“Dia
minta maaf sama aku,karena dia udah marah-marah sama aku tadi siang
disekolah,”perjelasku sambil duduk diruang tamu.
“Terus
bunga-bunga ini dari Fendi juga?”tanya kak Chikko pengen tau.
“Ya,romantis ya.Mau minta maaf aja pake bunga mawar sebanyak
ini,”jawabku memandangi bunga mawar itu.
“Kamu
suka sama Fendi?”tanya kak Chikko membuat aku bete.
“Kak,ngapain sich introgasi aku segala,mau aku suka sama Fendi apa gak itu
urusan Velis,”jawabku sambil masuk kamar.
“Gitu aja
ngambek,aku cuma mau ngingetin
aja.Ati-ati sama namanya Fendi karena dia itu nakal,”ujar kak Chikko padaku.
Aku
gak menyahuti kata-kata kak Chikko karena setelah aku masuk kamar,Raka
menelponku dan kita ngobrol sampai larut malam.Perut yang tadinya lapar
sekarang gak terasa lapar lagi karena ada Raka.
Keesokan
harinya disekolah aku cerita semuanya kepada Rea dan Rinda.Mereka berdua gak
nyangka banget Fendi berani ngelakuin kayak gitu.
“Tapi
kalau dipikir-pikir,Fendi kayaknya suka kamu deh Lis,”ujar Rinda memberi
pendapat.
“Ah,masak sich.Gak mungkin banget
deh,”ucapku gak ngerespons.
“Ya
terserah kamu,”ucap Rinda padaku.
Kalau
beneran apa yang Rinda ucapin itu aku gak bisa apa-apa.Haruskah aku nerima
Fendi tapi hati ini hanya untuk Raka.Kalau aku gak nerima Fendi,apa harus aku
selalu memendam perasaanku ke Raka yang gak ada ujung-ujungnya ini.Gak baik deh
aku mikirin ini semua karena semua masih
pendapat belum ada kepastian.
Sepulang
sekolah aku melihat Raka mondar-mandir dipintu gerbang sekolah,kayak lagi
nungguin seseorang.Siapa ya?Aku gak langsung pulang tetapi aku pura-pura
nungguin seseorang juga disana.Tapi sesampainya aku didekat Raka,dia cuek
banget.Gak nyapa sama sekali,dia gak tau apa yang ada dalam hatiku kalau dia
cuek,sakit hati..
Dia
tetep mondar-mandir kayak orang bingung.Saat aku mau nyapa dan nanya sama dia tiba-tiba
dia tersenyum kearah Liana yang sedang jalan kearahnya .Aku jadi kikuk. Raka memegang
tangan Liana dan jalan bareng.Ya Tuhan,aku bener-bener sakit hati.Agak jauh
dari tempatku,Rea dan Rinda melihat semuanya dan mereka mendekatiku yang sedang
menangis.
“Sabar
ya Velis,”hibur Rea sedih melihatku.
“Apa
salahku temen-temen,Raka udah nusuk dalam-dalam hatiku.Pura-pura gak kenal
kayak gitu,”ucapku berurai air mata.
“Raka
terlalu kejam buat kamu Lis,udah deh.Lupain dia,hapus dia dari pikiran dan hati
kamu,kita gak mau kamu sedih gara-gara cowok yang gak mau tau perasaan seorang
cewek yang bener-bener cinta dan sayang dia apa adanya,”ucap Rinda emosi.
“Susah
Rin,susah banget.Apalagi aku gak pernah suka cowok sampai kayak gini.”ujarku
tersakiti.
“Terus,kamu mau nunggu Raka yang kayak gitu.Liat dan buka mata kamu,dia
gak pernah beri harapan itu sama kamu Velisya,”ucap Rea juga begitu.
“Ya,aku
bakal ngelakuin semua itu.Tapi itu semua butuh waktu dan aku gak yakin bisa lupain
Raka,”ucapku sambil menghapus airmataku.
“Ya
udah,ayo kita pulang,”ajak Rea padaku dan Rinda.
Sesampainya
dirumah,aku bener-bener gak bisa nahan perasaan ini.Aku menangis sejadi-jadinya
karena hanya itu yang bisa aku lakuin.Kak Chikko sampai kasihan liat aku
menangis terus hanya karena Raka.
“Udah lha
Velis,bener kata temen-temen kamu.Lupain Raka,kakak sayang kamu Lis aku gak mau
adekku sakit hati terus hanya karena
Raka,”perjelas kak Chikko sambil memegang bahuku.
“Kak,aku
bener-bener sayang sama Raka.Aku bener-bener sayang dia.Aku rela mati demi dia
kak,aku rela..Tapi aku juga gak bisa bohongin diri aku sendiri kalau aku gak
bisa liat dia sama Liana,aku pengen miliki dia.Walau hanya satu menit saja aku
rela kak.Asal aku bisa sama dia terus,”ucapku sambil memeluk kak Chikko.
“Ya
Tuhan,kamu bener-bener serius sama Raka dek,Raka
seharusnya beruntung ada cewek yang bener-bener tulus sama dia,”ucap kak Chikko
padaku.
“Kak,apa
yang harus aku lakuin?”tanyaku sambil terus menangis.
“Velisya,lupain
Raka.Itu satu-satunya jalan agar kamu gak sakit hati terus hanya karena
dia,”ucap kak Chikko mengagetkanku.
“Kak,gak
mungkin.Ya Tuhan,aku pikir kakak bakal dukung aku biar aku tetep mempertahankan
cintaku ke Raka,apa salahku kak,apa salah aku mencintai Raka.Aku emang gak
perfect tapi aku berhak mencintai,aku yakin kak.Dalam hati kecilnya Raka,dia
punya perasaan yang sama kayak aku,aku yakin itu!”ucapku sambil terus menangis.
Aku
bener-bener gak tau lagi apa yang harus aku lakuin.
Keesokan
harinya,Fendi minta ketemuan sama aku .Tapi aku bingung untuk ketemuan sama
dia. Akhirnya aku mau .Aku duduk dibangku taman depan sekolah,Fendi juga duduk
disana.Tapi jarak antara aku sama dia itu jauh banget.Aku kan gak tau maksud
dia mau ketemuan itu apa.
“Lis,aku mau ngomong sesuatu sama kamu,tapi
kamu jangan marah ya?”ucap Fendi serius.
“Mau
ngomong apa,kok serius banget.”ucapku penasaran.
Fendi
mengeluarkan gambar hati dari dalam tasnya.
“Jujur
ya,sejak pertama aku kenal sama kamu,aku gak ada rasa sama kamu Lis tapi karena
kita sering telpon-telponan dan akhirnya deket perasaan suka itu
muncul.Awalnya,aku hanya sekedar mengagumi kamu aja tapi ketika ada temen kamu
satu kelas nembak kamu aku jadi jealous dan aku nyadari kalau rasaku ke kamu
bukan hanya sekedar rasa suka biasa,tapi aku sayang kamu Velisya,”perjelasnya
sambil memegang tanganku.
“Fendi,sungguh-sungguh
kah kamu?”tanyaku gak percaya.
“Ya Lis,aku
bener-bener serius.Mau gak kamu jadi pacarku?”ucapnya mengagetkanku.
Aku
bingung saat itu juga.Aku emang tau dan ngerasa kalau Fendi bener-bener serius
sama aku,tapi aku juga gak bisa bohong kalau aku sayangnya sama Raka,bukan
Fendi.
“Kenapa
kamu diem Lis,kamu gak suka?Okey..kalau kamu mau nerima aku jadi pacar
kamu,kamu ambil gambar hati ini dan simpen,tapi kalau kamu nolak aku,sobek
gambar ini dan buang,”ucapnya membingungkanku.
“Gimana
ya?”tanyaku pada Fendi.
Fendi
memberikan gambar hati itu padaku.Aku berpikir sejenak,tanpa basa-basi lagi aku
sobek dan aku buang gambar hati itu.
“Maaf Fen,aku gak bisa jadi pacar
kamu,”ucapku pergi.
“Gak ada
masalah Velisya,tapi jangan salahin aku kalau aku bakal ngejar-ngejar kamu dan
aku bakal membuat kamu nyerahin hati kamu untukku,”teriaknya kecewa.
Aku
hanya sedih.Aku gak tau apakah aku bener ngelakuin semua ini.Rea dan Rinda yang
sedang makan dikantinpun terkejut melihatku sedih dan gak bersemangat.
“Kamu
kenapa Lis?”tanya Rea pengen tau.
“Aku
salah apa gak.Aku nolak orang yang bener-bener serius sama aku hanya karena
Raka,”ucapku sambil menitikkan air mata.
“Maksud
kamu?”tanya Rinda tak mengerti.
“Fendi
nembak aku dan aku nolak dia.Maaf ya,aku gak pernah cerita kalau dia udah
nembak aku untuk kedua kalinya.Pertama dia nembak aku lewat sms,terus yang
kedua dia nembak aku secara langsung dan dengan tulus.Semuanya aku tolak karena
aku gak bisa bohong kalau aku sayangnya ke Raka,”perjelasku pada mereka berdua.
“Jadi
Fendi barusan nembak kamu?”tanya Rea mencari kesimpulan.
“Ya,”jawabku singkat.
“kenapa
kamu gak nyoba buat pacaran sama Fendi,”ucap Rea berpendapat.
“Tapi,”ucapku terputus.
“Tapi kenapa?Pasti karena Raka,”sahut Rea
menebaknya.
“Aku
harap kalian ngerti perasaanku.Aku sayang sama Raka.Aku cinta sama Raka,apa
salah?Walaupun aku mungkin gak bisa bersatu dengan Raka.Tapi aku yakin,Tuhan
Maha Adil pada setiap umatnya,”ucapku pergi.
Aku
bener-bener merasa bersalah dan merasa disalahkan.Aku merasa bersalah karena
aku udah nolak orang yang bener-bener sayang dan bisa nerima aku apa
adanya,tapi aku merasa disalahkan karena apa?Aku gak bisa mencintai Fendi dan
aku lebih memilih Raka yang udah buat aku menderita,karena cintaku padanya udah
mendarah daging dan gak mungkin bisa tergantikan oleh siapapun.
Sesampainya dirumah aku membanting
diriku ke tempat tidur.Aku masih kepikiran semuanya.Tiba-tiba saat aku
memejamkan mataku,ada suatu perasaan yang menyuruhku untuk mengungkapkan semua
perasaanku pada Raka.Aku sejenak merenungi semua dan aku bertekad untuk
mengungkap semuanya yang udah lama aku pendam.
Aku mengambil handphoneku dan segera
menelpon Raka.
“Hallo,”sapa Raka ditelpon.
“Hai Raka,”sapaku juga.
“Tumben nelpon?”tanya Raka pengen tau.
“Iya nih.Ada yang mau aku omongin dan gak
bisa ditunda-tunda lagi,”jawabku serius.
“Emang kamu mau ngomong apa Lis?”tanyanya
penasaran.
“Aku minta maaf sebelumnya Raka,karena
mungkin aku gak pantes buat ngomong ini sama kamu tapi kalau aku gak ngomong
ini sama kamu,aku bisa-bisa mati karena perasaan ini Raka,”jawabku menangis.
“Maksud kamu?”ucapnya bingung.
“Sejak
pertama aku ketemu sama kamu Raka,aku udah ngerasain getaran-getaran ini dan
ternyata kamu adalah temen kakakku sendiri,aku kaget dan aku bener-bener
ngerasain getaran ini.Kamu tau,getaran ini adalah getaran cinta yang belum
pernah aku rasain sebelumnya,aku bener-bener gak bohong,”ucapku serius.
“Apakah itu bener Lis?”tanyanya padaku.
“Iya,beneran.Aku bener-bener jealous liat
kamu sama Liana.Sakit Raka….”jawabku menangis.
“Jujur ya Lis.Aku juga sayang sama
kamu.Pertamanya rasa ini hanya rasa suka,tapi setelah kita deket akhirnya rasa
ini tumbuh menjadi rasa sayang.Tapi gimana ya.Aku udah punya Liana,”ucapnya
menyesal.
“Apa! jadi kamu punya rasa juga sama kayak
aku?”tanyaku gak percaya.
“Iya,aku ada rasa sama kamu.Tapi maaf.Aku
gak bisa memilih antara kamu sama Liana karena aku bener-bener menyayangi
kalian berdua,”jawabnya .
“Raka,andaikan kamu tau.Kamu bilang gitu
aja,aku udah seneng banget,aku beneran seneng banget,”ucapku sambil menutup
telpon.
Akhirnya aku tau gimana perasaan Raka
ke aku.Aku bener-bener bersyukur,akhirnya Tuhan mengabulkan semua doaku yang
setiap saat aku panjatkan.Terima kasih Tuhan,Raka bener-bener buat aku kasmaran
sekarang.
Keesokan harinya,aku bercerita ke
Rea dan Rinda kalau aku udah ngungkapin perasaan yang selama ini aku
pendam.Mereka bener-bener gak nyangka.
|
Pada hari minggu,Raka nelpon aku.
“Hallo,”jawabku karena sejak tadi aku
menunggu dia.
“Lis,lagi ngapain?”tanyanya dengan suara
bising.
“Aku lagi diem.kamu sendiri lagi
ngapain?”jawabku sambil nanya balik sama dia.
“Lagi nungguin Liana belanja nich.”jawabnya
mengagetkanku.
“Emang kamu ada dimana?”tanyaku padanya.
“Di Mall,Liana ngajak jalan,”jawabnya tanpa
memperdulikanku.
Aku langsung mematikan telponnya.Aku
menangisi semuanya.
“Ya Tuhan,Raka ngomong kayak gitu sama aku ?
Dia bener-bener gak menghargai perasaanku.”ucapku berderai air mata.
Aku gak yakin sama sekali kalau Raka
bener-bener punya suatu perasaan yang sama kayak aku.Aku gak yakin…
Keesokan harinya wajahku terlihat
sangat lesu dan gak bersemangat.Pelajaran gak ada yang bisa aku terima dengan
maksimal.Hanya ada satu pintaku.Aku pengen cepet-cepet pulang.
Bel pulang pun berdentang.Walaupun
aku pengen cepet sampai dirumah,tapi aku gak tergesa-gesa sama sekali.Aku
nunggu semuanya pulang dulu.Setelah semua udah pulang dan sekolah terlihat
sepi,aku segera menyeberang jalan dengan sangat nyantainya karena pikiranku
sejak tadi gak ada disana,tapi hanya di Raka.
Tiba-tiba aku ditarik sama seseorang
dan kita jatuh sama-sama.Seseorang itu adalah Fendi .Orang yang udah aku tolak
menta-menta.
“Aduh,,”ucapku kaget.
“Lis,kamu mau mati ya !”bentak Fendi padaku.
“Maksud kamu itu apa !”tanyaku membentaknya
juga.
“Kamu itu mau mati ya.Tadi ada mobil lewat
kamu diem aja,kalau gak ada aku,gimana sekarang nasib kamu,”bentaknya lagi.
Aku gak menyahuti perkataan Fendi. Aku
menangisi kebodohanku.Hanya karena mikirin Raka,aku hampir aja ninggalin dunia
ini.
“Kamu kenapa Lis,kok nangis?Maafin aku.Aku
gak ada maksud buat marah-marah dan bentak kamu.Aku gak mau kamu
kenapa-kenapa,”ucapnya sambil memegang bahuku.
“Fen,aku yang seharusnya minta maaf.Makasih
ya kamu udah nolongin aku.”jawabku sambil memeluknya.
Setelah itu aku pulang dianter Fendi.Sesampainya
dirumah,aku melihat kak Chikko nungguin aku karena dari tadi aku belum pulang.
“Hei Chikko,”sapa Fendi tersenyum.
“Hei.Jadian ya kalian?”tanya kak Chikko
menggodaku.
“Gak kok.Adek
kamu gak mau sama aku.Maunya cuma sama Raka,”jawab Fendi tersenyum kecut.Aku
tau sebenarnya dia sakit hati ngomong itu.
“Fen,masuk yuk..”ajakku kemudian.
“Gak deh.Makasih..”tolaknya sambil pergi.
“Kamu kok pulang sama Fendi?”tanya kak
Chikko sambil masuk rumah.
“Tadi dia nolongin aku kak,”jawabku gak
bersemangat.
“Kamu kenapa Lis?”tanya kak Chikko panik.
“Tadi aku hampir aja ketabrak mobil.Untung
ada Fendi,”jawabku sambil mengambil obat merah karena lututku berdarah.
“terus,”sahut kak Chikko.
“Ya terus dia nganter aku pulang,”jawabku
sambil kesakitan.
“Kok bisa sih?”tanya kak Chikko lagi.
“Gara-gara Raka,”jawabku seenaknya.
“Maksudnya?”tanya kak Chikko kurang jelas.
“Gak ada.Aku kekamar dulu ya,”jawabku pergi.
Aku gak mau kak Chikko tau kalau aku
hampir aja ketabrak gara-gara mikirin Raka.Bisa-bisa kak Chikko marah dan
nyalahin Raka.Lebih parahnya lagi aku gak mau kak Chikko nyuruh aku buat
ngelupain Raka.
Keesokan harinya Fendi nembak aku
lagi.Ya Tuhan,apa yang harus aku lakuin?
“Lis,kenapa sih kamu gak mau nerima
aku?”tanyanya serius.
“Maaf Fendi,tapi..”ucapku terputus.
“Ini untuk terakhir kalinya,setelah itu aku
gak mau ganggu kamu lagi.Kamu mau gak nerima aku sebagai pacar kamu?Aku
mohon…”pintanya padaku.
“Aku gak bisa jawab sekarang.Beri aku
waktu.Fen,besok aku akan jawab semuanya,aku janji..”ucapku pergi.
“Gimana ini?”tanya diriku sendiri.
Aku mau ngajak diskusi dan aku mau
tau gimana pendapat Raka ketika tau aku ditembak sama Fendi.Secepatnya aku
menelpon Raka.
“Raka kamu dimana?Kamu harus bantu aku
Raka,”ucapku tergesa-gesa.
“Aku sekarang lagi nungguin Liana dia
sekarang lagi sakit Velis, maaf ya,”jawabnya padaku dengan volume suara yang
agak kecil.
“Apa?Jadi sekarang kamu dirumah Liana,”ucapku kaget.
“Iya manis,sekarang dia lagi sakit dan aku
harus ada buat dia,”jawabnya dingin.
“Apa pernah kamu ada buatku Raka ?Apa pernah
kamu ada buatku saat aku sedih kayak sekarang, kamu hanya bisa ngomong doang
Raka,”ucapku sambil menutup telpon.
Aku bingung dengan Raka.Aku
bener-bener bingung.Keputusanku udah bulat,aku mau nerima Fendi. Ini udah
keputusanku.Aku emang gak sepenuhnya sayang sama Fendi,tapi aku akan belajar
menyayanginya.Aku akan belajar.Aku gak mau terus-terusan berharap dengan sesuatu
yang gak pasti akan terwujud.
Keesokan harinya aku curhat dengan
Rea dan Rinda.Aku berharap mereka juga setuju dengan keputusanku.
“Rea,Rinda.Aku bingung. Raka seakan-akan gak
nganggep aku ada.Aku tuh mau gimana lagi.Aku mau nerima Fendi,gimana pendapat
kalian?”tanyaku sesampainya disekolah.
“Kamu nerima Fendi karena Raka nyuekin
perasaan kamu apa karena kamu punya rasa ke dia?”tanya Rea bingung.
“Gini ya.Aku bingung nih mau jelasinnya.Aku
sebenarnya gak begitu suka sama Fendi,tapi aku akan nyoba.Aku bener-bener
tersiksa dengan cintaku ke Raka.Kalau aku ngejar-ngejar dan nunggu Raka,itu
tambah buat aku sakit hati.Walaupun sayangku dan cintaku ke Raka gak bakal aku
hilangkan dari hatiku untuk selamanya,”jawabku panjang lebar.
“Jadi intinya kamu mau nerima Fendi karena
pengen belajar buat mencintai dia,”perjelas Rinda padaku.
“Ya, aku sebenernya udah punya rasa ke Fendi,walaupun
hanya satu titik aja dihatiku,”jawabku tersenyum.
“ya udah,kapan kamu ngomong ?”tanya Rea
lagi.
“Sekarang.Kalian nemenin aku ya?”pintaku
pada mereka.
Akhirnya mereka mau nganterin aku
ketemuan sama Fendi.Aku jadi deg-degan sendiri.
“Fen,aku mau jawab sekarang,”ucapku serius.
“Gimana Lis jawabannya?Aku mohon terima
ya,”pintanya tulus.
“Iya iya,”ucapku singkat.
“Maksud kamu?”tanya Fendi gak ngerti.
“Iya,aku nerima kamu kok,”jawabku tersenyum.
Fendi begitu bahagia waktu itu.Tanpa
basa-basi dia langsung memeluk aku.Aku jadi kikuk.
“Oow..maaf,”ucap Fendi setelah sadar.
Aku hanya bisa tersenyum melihat dia
sebahagia ini.Terlintas dibenakku,aku akan mencintai Fendi setulus
hatiku,walaupun Raka gak akan pernah hilang dari lubuk hatiku.
Bel masukpun membubarkan
pikiranku.Aku bergegas masuk ke kelas dan melanjutkan pelajaran.
Sepulang sekolah,kak Chikko nanya ke
aku.
“Lis,kamu jadian ya sama Fendi?”tanyanya
waktu makan siang.
“Ya,”jawabku singkat.
“Bagus lha,kamu jadi gak teropsesi terus
sama Raka,”ucapnya mengingatkanku akan Raka.
“Mau kemana kamu?”tanya kak Chikko melihatku
berdiri dari meja makan.
“Mau ke kamar,”jawabku sambil mengedipkan
mataku sebelah.
Aku langsung menelpon Raka.
“Hai Raka,”sapaku mengawali pembicaraan.
“Hai juga,”jawabnya lemas.
“Kamu kenapa?”tanyaku pengen tau.
“Kamu jadian ya sama Fendi?”tanyanya
kemudian.
“Ya,”sahutku singkat.
“Katanya kamu sayang sama aku kenapa kamu
malah jadian sama dia?”tanya Raka pengen tau.
“Harusnya kamu yang bisa menjawab semua
pertanyaan kamu itu.Kenapa kamu gak menghargai perasaanku.Aku jadi milih Fendi,”jawabku
dingin.
“Maaf,tapi aku harus gimana lagi.Susah
buatku untuk berlaku adil,”ucapnya spontan.
“Raka,sebenernya kamu cuma menghargai
perasaanku aja itu udah lebih dari cukup,aku gak mau jadi pacar kedua
kamu,”ujarku kemudian.
“Tapi aku sayang kamu Lis,”ucapnya serius.
“Hei,udah lha.Sekarang ini kita udah punya
pasangan masing-masing.Kamu punya Liana,dan aku sekarang udah punya Fendi.Aku
udah gak mau lagi jadi orang ketiga dalam hubungan kamu Raka,”perjelasku sambil
mengeluh.
“Kamu gak jadi orang ketiga kok Lis,aku
emang udah suka dan sayang sama kamu sebelum aku jadian sama Liana,”bantahnya.
“Ya udah,kita coba buat nerima takdir
aja.Kita jalani semuanya dengan pelan-pelan.Aku yakin kita akan bersatu,”ucapku
mematikan telpon.
Aku ngelakuin ini semua demi diriku
sendiri dan demi Raka.Aku gak mau lagi dia bingung memilih antara aku dan
Liana.Apalagi Fendi sekarang jadi orang yang menempati hatiku.
Malam berganti dengan siang.Siangpun
berganti dengan malam.Silih berganti tanpa lelah.Seakan-akan mencerminkan hidup
ini hanya untuk sementara.Tak terasa hubunganku dengan Fendi berjalan hampir
dua bulan.Cukup sulit buatku mencintainya,tapi buktinya.Aku bisa mencintainya
walaupun Raka tetap ada buatku.Pertengkaran telah mewarnai hubunganku dengannya.Tak
luput juga dengan kebahagiaan yang selalu mewarnai indahnya cerita roman para
kawula muda.
Suatu malam,saat aku sedang baca
buku dikamar,tiba-tiba aku kepikiran dengan Fendi.Kenapa ya?Perasaanku jadi gak
enak.Aku mencoba untuk menghilangkan perasaan ini,tapi gak bisa.Aku tetep
kepikiran dia.Aku memutuskan untuk keluar rumah sekedar buat nyari angin dan
melupakan pikiranku yang amat mengganggu.
Ketika sedang asyik-asyiknya jalan
sambil mendengarkan musik,tiba-tiba dari arah kejauhan salah seorang temannya
Fendi berlari kayak dikejar setan.
“Velis…”teriaknya seketika itu juga.
“Kamu kenapa sih,kok lari-lari gitu?”tanyaku
bingung.
“Fendi Lis,Fendi…”ucapnya terbata-bata.
“Kenapa sama dia?”tanyaku bingung.
“Dia
kecelakaan,”ucapnya membuatku seperti disambar petir.
“Kamu pasti bercanda,”ucapku tertawa.
“Gak Lis,sumpah..”ucapnya meyakinkanku.
Aku segera berlari mengikuti
dia.Sesampainya ditempat kejadian,aku melihat Fendi dikerubungi oleh
orang-orang yang ingin menolongnya.
“Fendi..”teriakku sambil memeluknya yang
sedang pingsan.
“Ya Tuhan apa yang telah terjadi ?”tanyaku panik.
Aku segera membawa Fendi ke Rumah
Sakit.Dokter memeriksa Fendi hampir 2 jam dan aku menungguinya dengan perasaan
was-was.Gak tau kenapa,rasa takut untuk kehilangannya tiba-tiba muncul.Tak lama
kemudian,dokter keluar.Aku segera masuk kedalam ruangan tempat Fendi dirawat.
“Fendi,”ucapku sambil duduk didekatnya.
“Velis..”ucapnya dengan wajah pucat.
“Fen,kenapa sampai begini sih.Aku khawatir, aku
gak pengen kehilangan kamu sayang,”ucapku sedih.
“Apa bener yang kamu ucapkan itu?”tanyanya
kemudian.
“Ya Fendi,aku gak mau kehilangan
kamu,”ulangku padanya.
“Aku juga gak mau kehilangan kamu Velis,”ucapnya
terharu.
Aku bener-bener merasakan keindahan
dan ketulusan cintanya.Ya Tuhan,aku bersyukur ada sesosok Fendi yang begitu
tulus mencintaiku.Tanpa aku sadari,aku memeluknya begitu aja.Aku bener-bener
terharu.
“Fen,aku sayang kamu..”ucapku meneteskan
airmata.
“Velis,aku juga.Aku bener-bener sayang
kamu.Aku rela mati demi kamu Lis,”ucapnya bersungguh-sungguh.
Beberapa hari kemudian Fendi
sembuh.Bertambah hari perasaanku bertambah besar,walaupun Raka tetap ada
dihatiku.Suatu ketika,disekolah mengadakan acara tahunan,seperti jalan santai
dan acara musik.Kita semua mengikuti semua acara tanpa lelah.
Aku,Rea dan Rinda selalu
sama-sama.Saat jalan santaipun kita bersama-sama.Kita jalan santai bersama
dengan Raka dan temen-temennya,karena salah seorang temannya Raka yang bernama
Dimas adalah pacarnya Rea,jadi mereka mau jalan bareng.Otomatis aku juga deket
sama Raka.Aku bener-bener deg-degan.
To be COntinued :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar