Laman

Kamis, 21 Juni 2012

AKhir Cerita CInta Velisya



          Aku adalah Velisya.Aku baru masuk SMA disalah satu sekolah yang terkenal di kota kembang,Bandung.Awal masuk tahun pelajaran baru sangat membuatku asing dan melelahkan.
            Tapi ternyata setelah aku jalani beberapa bulan disekolah ini,aku sudah terbiasa dan aku juga mudah untuk beradaptasi dilingkungan yang sangat dingin suasananya buatku.
            Oh ya,namaku adalah Velisya Tiara.Temen-temenku biasanya manggil aku dengan nama Velis.Aku adalah anak kedua dari dua bersaudara,kakakku bernama Chikko.Dia siswa pindahan dari Jakarta yang sekarang kelas sebelas di SMA yang sama seperti aku.Aku dan kak Chikko dibesarkan diJakarta,tapi karena orang tua kita ada keperluan di Bandung jadi aku dan kak Chikko pindah kesini.
            Beberapa bulan setelah kepindahanku ke Bandung,aku nemuin dua orang sahabat yang slalu ada buatku.Disaat suka maupun duka.Namanya adalah Rea dan Rinda.Teristimewa pula kami bertiga berada dalam kelas yang sama.Aku seneng banget.
Pada suatu hari,sepulang sekolah aku gak langsung pulang.Aku,Rea dan Rinda ada acara dirumah Rea.Sebelum ke rumahnya Rea,aku dan mereka pergi ke toilet.Setelah itu kita pulang lewat jalan memutar,yaitu lewat taman belakang sekolah.Agak jauh,tapi pemandangannya indah.Tanpa diduga aku ketemu sama seorang cowok yang gak tau kenapa aku jadi deg-degan.Oh Tuhan, mimpi apa aku semalem.Berbunga-bunga hati ini melihat wajahnya yang cakep,mendengar suaranya yang merdu.Apa ini yang namanya cinta pada pandangan pertama?
   “Kamu kenapa Velis?”tanya Rea padaku.
   “Iya nich,senyum-senyum gak jelas kayak gitu,”tambah Rinda.
   “Ah..aku gak kenapa-kenapa kok,”jawabku sambil tersenyum.
            Pada suatu hari,saat bel istirahat pertama berdentang,aku,Rea dan Rinda pergi ke kantin.Disana rame banget,tapi untunglah kami sudah terbiasa dengan keramaian disana.Setelah kita nemuin tempat duduk,kita ngobrol-ngobrol sambil makan.Disaat kita asyik-asyiknya ngobrol,dari kejauhan kak Chikko memanggil aku dengan melambaikan tangannya.Aku bergegas mendekati kak Chikko yang waktu itu sedang ngumpul dengan dua orang temannya.
   “Ada apa sich kak,kok manggil-manggil?”tanyaku agak bete.
   “Temenku ada yang mau kenalan,boleh kan?”jawabnya mengagetkanku.
   “Apaan sich kak,”ucapku sewot.
   “Udah,tenang aja.Ada aku disini.”jawabnya sambil mendekati temen-temennya.
   “Sob,kenalin.Ini adek gue,namanya Velisya,”ucap kak Chikko pada temen-temennya.
   “Hai Velisya,”jawab salah seorang temennya.
            Aku hanya tersenyum kecut.Saat aku tak sengaja menatap teman kak Chikko yang satunya,ternyata dia cowok yang waktu itu.Dia gak ada respons sama sekali,diem aja.Gak kayak temennya.Dia gak sekedar cakep,tapi dia udah buat aku penasaran.Perasaanku jadi gak karuan.
   “Ah,aku mikirin apaan,aku gak boleh punya perasaan ini,”ucapku dalam hati.
   “Kak,aku kesana dulu ya,kamu udah buang-buang waktuku tau,”ucapku sewot.
   “Bye Velis,”ucap temen kak Chikko.
   “Bye juga,”jawabku sambil pergi.
            Aku segera menemui Rea dan Rinda yang sejak tadi menungguku.
   “Kamu kenapa Lis,kok senyum-senyum gitu?”tanya Rea penasaran.
   “Iya,abis ketemu sama Lee Min Ho ya?”tanya Rinda menggodaku.
   “Apaan sich,aku gak kenapa-kenapa kok,biasa aja.”jawabku sok gak tau.Padahal dihati kecilku ini aku mikirin temen kak Chikko yang cakep tadi.Andaikan aku tau namanya.
   “Ayo balik ke kelas,”ajak Rinda padaku dan Rea.
   “Lho,kok buru-buru sich,Ntar aja,”tolakku sambil tersenyum.
   “Velisya,udah bel masuk.Gimana,masih mau tetep disini?,”tanya Rea sambil pergi.
   “Lho,tunggu!”ucapku sambil mengejar Rea dan Rinda.
            Keesokan harinya sepulang sekolah, aku pulang dengan kak Chikko.Aku bertekat untuk nanya tentang cowok itu ke kak Chikko.Aku gak tahan dengan perasaan ini.
   “Kak,aku boleh nanya gak?”tanyaku sesampainya dirumah.
   “Nanya apa?”jawab kak Chikko cuek.
   “Temen kak Chikko yang kemarin tuh siapa namanya?”tanyaku serius.
   “Yang mana?”tanyanya balik.
   “Itu lho yang diem aja,waktu kak Chikko manggil aku kemarin,” perjelasku.
   “Oww..Kamu suka dia ya?”tanya kak Chikko nebak-nebak.
   “Enak aja.Aku kan cuma nanya doang,”jawabku jutek.
   “Ya ya,gitu aja marah.Dia tuh namanya Raka.”jawab kak Chikko.
   “Ow..”ucapku sambil pergi ke kamar.
            Didalam kamar aku tetep gak bisa berhenti tersenyum.Aku bener-bener gak tau lagi dengan perasaan ini.Aku bingung..
   “Tuhan,apa yang terjadi dengan perasaanku?”ucapku bingung.
            Keesokan harinya,kak Chikko bilang kalau ada temennya yang suka sama aku.Siapa ya?Aku berpikir dia temen kak Chikko yang kemarin,tapi bukan Raka.Aku gak nanggapi serius sama sekali.
   “Biarin deh,” ucapku acuh tak acuh.
   “Awas ya nyesel,”ucap kak Chikko menggodaku.
   “Maksudnya?”tanyaku bingung.
   “Ya awas aja ntar kamu nyesel.Dia cakep lho,”ujar kak Chikko.
   “Biarin,”jawabku sambil masuk kamar.
            Aku langsung berbaring ditempat tidur.Tak lama kemudian,lampu tiba-tiba padam.Aku langsung berteriak histeris,apalagi dirumah hanya ada aku dan kak Chikko.Orangtuaku belum pulang.Menyebalkan……
            Setelah aku dan kak Chikko menghidupkan lilin.Tiba-tiba handphoneku berdering.Nomor yang gak aku kenal sama sekali menelponku.Siapa ya?
   “Halo,”sapaku dengan hati-hati.
   “Hai Velis,lagi ngapain nich?”tanyanya padaku.
   “Lagi diem,nich siapa ya?”jawabku penasaran.
   “Masak gak tau sich.Aku temen kakak kamu,”ucapnya mengagetkanku.
   “Siapa?Kamu tuh temennya kak Chikko yang kemarin minta kenalan itu ya?”tebakku padanya.
   “Bukan.Yang kemarin minta kenalan sama kamu itu namanya Brian,”jawabnya semakin bikin aku penasaran.
   “Terus kamu siapa dong kalau bukan Brian, jangan-jangan kamu itu….”ucapku terputus.
   “Aku siapa?ya udah.Aku itu Raka,temennya Chikko dan Brian,”jawabnya mengejutkanku.
   “Apa?jadi kamu Raka,”ucapku kaget.
   “Ya,kenapa.Gak suka ya,”ucapnya kecewa.
   “Bukan gak suka,tapi aku kaget aja,kamu dari kemarin diem aja waktu Brian minta kenalan sama aku,tapi kenapa sekarang kayak kamu tuh udah kenal gitu sama aku,sok akrab banget,”perjelasku.
   “Ya maaf,mungkin aku emang sok akrab,tapi aku cuma pengen kenal dan jadi temen kamu doang kok,”ucapnya padaku.
   “Ya,boleh kok,”jawabku sambil tersenyum.
            Saat itu juga aku dan dia menjadi akrab.Kita ngobrol dari pasal satu ke pasal yang lainnya,dan obrolan kita gak ada ujung-ujungnya,selalu aja ada yang kita bahas.
            Keesokan harinya,aku cerita tentang Raka ke Rea dan Rinda.
   “Tau gak,waktu kita mau kerumahnya Rea,aku ketemu sama dia.Gak tau kenapa aku deg-degan,aku tuh dari pertama ketemu rasanya ada yang bikin hati ini mikirin dia mulu.Terus waktu aku dipanggil sama kak Chikko saat kita ke kantin,ada cowok itu dan ternyata dia temennya kakakku.Gak nyangka aku.Lha,kemarin dia telpon-telponan sama aku,kita jadi akrab.Aku seneng dech,”ceritaku pada Rea dan Rinda dengan penuh ceria.
   “Hm..Hm…ada yang lagi jatuh cinta nich,”goda Rea padaku.
   “Apaan sich,”ucapku tersenyum.
   “Trus yang mana sich anaknya,kasih tau kita dong,”pinta Rinda padaku.
   “Ya,kalau ketemu pasti aku kasih tau,”jawabku padanya.
            Bel masukpun berdentang.Pelajaran pertama dimulai dengan pelajaran TIK,dan kita harus pergi ke laboratorium Komputer.Aku,Rea dan Rinda pergi ke lab. Dengan sangat nyantainya,tanpa terburu-buru.Saat melewati koperasi,aku papasan dengan Raka,cowok yang udah buat aku jatuh cinta.Dia sama temen-temennya,waktu dia tau aku dia pura-pura ngobrol sama temen-temennya sambil ketawa-ketawa.Mungkin dia malu kali.Seneng banget aku liat dia ketawa kayak gitu.Hatiku rasanya tentram liat dia bahagia.Ckckckck,,,Raka,Raka…
   “Kenapa Lis,kok senyum-senyum liat mereka?”tanya Rinda yang dari tadi memperhatikanku.
   “Dia pangeranku,pujaan hatiku,”ucapku sambil terus memperhatikan Raka.
   “Siapa,Raka?mana-mana dia,”tebak Rinda heboh sendiri.
   “Wah,udah pergi deh,”ucapku baru sadar.
   “Wah,,,”ucap Rinda sewot.
   “Maaf ya,mungkin lain kali aku kasih tau lagi deh kalau ketemu atau papasan sama dia,”ucapku sambil terus berjalan.
   “Okey deh,”ucap Rinda tersenyum.
            Sepulang sekolah,aku pulang dengan kak Chikko.Kak Chikko sekolah bawa sepeda motor,jadi aku bisa berangkat atau pulang sama-sama.
   “Lama nich Putri siput,”ucapnya sewot.
   “Kok Putri siput sich?”tanyaku bete.
   “Abisnya lama kamu,sampai-sampai Pangerannya udah pulang deh,”jawab kak Chikko sambil memakai helmnya.
   “Pangeran siapa?”tanyaku bingung.
   “Tadi Raka tuh mau ngajak kamu pulang bareng,naik motor bareng sama dia.Tapi kamunya kelamaan,pulang deh dia,”perjelas kak Chikko.
   “Apa?Raka mau ngajak aku pulang bareng?”tanyaku kaget.
   “Iya,ayo cepetan naik.Aku tinggal nich,”godanya padaku.
            Sesampainya dirumah,aku segera mengambil handphone tanpa melepas sepatu atau ganti baju dulu.Aku telpon Raka secepatnya.
   “Halo,”ucap Raka acuh tak acuh.
   “Halo Raka.Maaf ya tadi kamu nunggu aku lama banget.Abisnya tadi aku ada pelajaran tambahan,jadi agak telat deh,”ucapku minta maaf.
   “Oh,gak masalah Lis kan ada lain waktu,”ucapnya padaku.
   “Thanks ya Raka,”ucapku tersenyum.
            Setelah lama ngobrol dengan Raka,aku mengakhirinya.Aku capek banget hari ini.
            Beberapa bulan kemudian,aku dan Raka jadi sahabat.Ya,sahabat dengan perasaan masing-masing pihak yang gak jelas.Perasaan sebagai sahabat ataukah perasaan suka.I don’t know......
            Suatu hari aku nanya-nanya tentang Raka ke temenku yang bernama
Kia.Dia dulu pernah sekelas dengan Raka.Dia bercerita kalau Raka itu orangnya baik,pintar,setia sama cewek,gak pernah lupa sama namanya sholat dan dia taat pada kedua ortu.Aku bener-bener terharu mendengar ceritanya Kia.Aku punya pikiran kalau aku gak pantas buat Raka,cowok yang dimataku perfect dan gak ada yang bisa melebihi dia walaupun kak Chikko sekalipun.Kia juga cerita ke aku kalau mantannya Raka satu kelas dengannya,namanya Syifa.
            Kedekatanku dengan Raka menjadi gosip hampir satu sekolah.Mereka pikir aku pacaran sama Raka.Pernah suatu ketika waktu aku mau ke kantin sama Rea dan Rinda,di kantin ada Raka dan temen-temennya.Mantannya Raka yaitu Syifa kayak mau bikin aku jealous,dia melambai-lambaikan tangannya ke Raka,waktu itu aku dibelakangnya Syifa.Entah karena Syifa atau karena aku,Raka melihat kearahku dan Syifa sambil tersenyum.Aku berpikir Raka tersenyum sama Syifa,aku sedih dan air mataku hampir jatuh.Untung ada Rea dan Rinda yang menghiburku.Aku jadi agak tenang karena aku gak mau kedua sahabatku sedih dan kepikiran aku terus.
            Suatu hari aku dengar kabar kalau Raka pacaran sama Liana,cewek yang sangat cantik di sekolah.Aku bener-bener sedih mendengar itu semua,apalagi saat aku nanya ke Raka.Dia bener-bener seneng nyeritain semua itu ke aku sepertinya aku emang gak ditakdirin dengan Raka.Cowok impianku.
   “Udah ya,jangan nangis lagi.Hapus air mata kamu Lis,tunjukin kalau kamu gak patah semangat cuma gara-gara Raka,”hibur Rea saat disekolah.
   “Aku gak kuat Rea,aku bener-bener sakit hati,”ucapku sambil berurai airmata.
   “Udah lha,aku yakin.Di dalam hatinya Raka,dia pasti punya rasa sama kamu,tenang ya?”hibur Rinda juga.
   “Aku berharap semua itu benar,”sahutku sambil meninggalkan mereka berdua.
            Aku benar-benar sakit hati dan merasa dipermainkan.Kenapa dia begitu perhatian dan selalu beri kasih sayang yang lebih buatku,tapi kenyataannya.Sekarang dia pacaran sama Liana.Ya Tuhan,aku mohon..
Buatlah semua ini menjadi mimpi.
            Sepulang sekolah aku menemui kak Chikko.Aku curhat sama dia kalau Raka,orang yang aku sayang ternyata udah punya cewek,dan kak Chikko menanggapinya dengan terkejut sekaligus bingung.
   “Lho,jadi kamu suka sama Raka,kenapa gak bilang Lis,”ucap kak Chikko kecewa.
   “Aku suka sama Raka udah lama kak,waktu aku papasan sama dia,aku ngerasain getaran-getaran ini,”ucapku sambil menangis.
   “Gini ya adek ku tersayang,kamu inget gak.Dulu aku kan bilang kalau ada temanku yang suka kamu,tapi kamu acuh tak acuh kan.Jadi kesimpulanku kamu gak suka sama temanku,dan temanku itu Raka.”perjelas kak Chikko mengagetkanku.
   “Apa?Jadi teman kakak yang suka sama aku itu Raka,kenapa gak bilang sich kak,aku tuh berpikir kalau yang suka aku itu teman kakak yang namanya Brian bukan Raka,”ucapku menyesali semuanya.
   “Ya salah kamu sendiri gak nanya sama kakak,jadinya aku ngomong sama Raka kalau cintanya tuh ditolak alias kamu gak suka sama dia,”ucap kak Chikko memegang bahuku.
   “Ya,semua itu salahku.Aku terlalu suka dia,”ucapku sambil pergi.
            Aku masuk kamar tanpa memperdulikan ucapan kak Chikko.Aku ngerasa dunia ini hancur buatku.
            Suatu ketika saat aku pulang sekolah,aku melihat Raka jalan bareng sama Liana,tapi dia menoleh ke aku dan tersenyum.Gak tau kenapa bibir ini membalas senyumnya yang manis itu.Walaupun hati ini hancur melihat cowok impianku jalan bareng sama orang lain,aku harus kuat.Aku gak mau terlihat lemah dimata Raka.Aku pengen banget narik dia biar dia jalan bareng sama aku,tapi aku gak bisa ngelakuin itu dan aku juga takut dengan Liana,dia yang berhak atas Raka bukan aku.
            Raka terlalu sempurna buatku,aku hanyalah upik abu yang hanya       
bermimpi bisa hidup bahagia dengan seorang pangeran.Khayalan untuk bisa menyatukan hatiku dengan hatinya Raka hanya suatu impian yang mustahil untuk diwujudkan.
            Keesokan harinya aku papasan sama Raka,dia nepuk bahuku sambil menyapaku,Oow..aku bagai terbang kelangit ketujuh.Kalau semua berpikir aku ini lebay atau sebagainya,tak apa.Karena aku gak ngerasa,apa yang aku rasain sekarang emang beneran.Gak ada sedikitpun kebohongan dengan perasaanku ke Raka.
            Untuk beberapa hari ini aku sibuk belajar karena beberapa hari lagi aku ada ulangan akhir semester dan aku akan naik kelas sebelas.Aku gak pernah tau gimana kelanjutan hubungan Raka dengan Liana,karena aku terlalu sibuk belajar dan aku yakin Raka juga sibuk belajar seperti aku.
            Dua minggu telah berlalu dan akhirnya aku,Rea dan Rinda naik kelas. Raka dan kak Chikko juga naik kelas.Aku,Rea dan Rinda gak ada yang sekelas,semuanya terpisah tapi kita tetep bersahabat.Raka dan kak Chikko tetep satu kelas dikelas dua belas.
            Dikelas yang baru ini aku duduk sebangku dengan Neisya.Dia orangnya baik,kita udah akrab karena kita dulu sekelas.Dikelas sebelas ini,banyak banget penderitaan yang aku alami terutama dalam memilih.Dua orang yang amat berarti berada dalam hidupku.
   “Lis,aku suka sama Rea,kenalin dong,”ucap temenku satu kelas yang bernama Vano.
   “Kamu beneran suka sama Rea?”tanyaku ragu-ragu.
   “Ya,”jawab Vano mantap.
   “Ya udah,nanti aku bilang sama Rea,”ucapku sambil pergi.
            Setelah aku ngumpul sama Rea dan Rinda,aku bilang ke Rea kalau ada temenku yang suka dia,namanya Vano.
   “Tapi aku gak suka dia,please..jangan pernah maksa aku ya,”ucap Rea memohon.
   “Ya gak mungkin lha aku maksa kamu.Yang penting aku udah usahain buat bilang sama kamu,”ucapku tersenyum.
            Vano gak menyerah,dia tetep ngejar-ngejar Rea.Disini aku kayak    “Mak Comblang” mereka berdua.Vano gak pantang nyerah,dia tetep minta bantuan aku.Dia juga nyuruh temennya yang bernama Fendi untuk bantuin dia.Akhirnya secara gak langsung aku deket juga dengan Fendi.Setelah beberapa kali Vano gagal untuk dapetin Rea aku yang jadi sasarannya.
            Suatu hari ketika di sekolah ada acara Fendi dan Vano ngejar Rea,aku dan Rinda.Gak mungkin dong aku maksa Rea buat nerima Vano,karena Rea adalah sahabatku,sedangkan aku udah berusaha semaksimal mungkin buat bantuin Vano.Walaupun hasilnya nol.
   “Eh,Velisya,katanya kamu mau bantuin aku,tapi mana hasilnya.Kamu itu pembohong.Nyesel aku minta bantuan kamu,”ucap Vano marah-marah gak jelas waktu didalam kelas.
   “Ya,kamu itu gimana.Tadi tuh Vano mau ngomong sama Rea,tapi kalian lari-lari gak jelas kayak tadi.”ujar Fendi menimpali.
  “Maaf Vano.Aku gak punya maksud ngebohongin kamu.Aku udah mati-matian bilang ke Rea,aku udah buat kamu dimata Rea tuh baik,”ujarku.
   “So,,”sahut Vano bener-bener marah.
   “Ya aku gak bisa dong maksa Rea buat cinta sama kamu.Dia juga sahabat aku dan aku lebih mentingin perasaan dia daripada kamu Vano,”perjelasku sambil pergi.
   “Satu lagi Fendi.Kamu jangan pernah ikut campur.Aku gak akan pernah maafin kalian.Kalian tuh keterlaluan.Apalagi kamu Vano,kamu udah dibantuin gak terimakasih,malah marah-marah kayak gini ke aku,”tambahku kemudian.
            Mereka berdua terdiam sejenak.
            Setelah acara disekolah selesai,aku langsung pulang kerumah dengan amat kesel dan bete.Sesampainya dirumah, Fendi menelponku.
   “Ada apa sich,dia nelpon-nelpon aku?”batinku dalam hati.
   “Halo,”sapaku dengan nada suara yang terdengar bete.
   “Halo Lis,maafin aku ya.Tadi aku tuh bener-bener emosi,”ucap Fendi meminta maaf.
   “Terus,”ucapku cuek.
   “Kamu mau kan maafin aku,”pinta dia serius.
   “Gimana ya,aku udah terlanjur kecewa sama kalian,”ucapku kemudian.
   “Please,aku mohon.Maafin aku ya,”pintanya lagi.
   “Ya udah,aku maafin kamu.”ucapku gak ikhlas.
   “Kamu gak ikhlas ya,aku bakal buktiin ke kamu kalau aku bener-bener minta maaf,”ucap Fendi serius.
   “Oh ya,aku tunggu,”ujarku sambil menutup telponnya.
            Setelah menutup telponnya,aku termenung. Fendi waktu kelas sebelas tuh satu kelas sama Raka.Gimana ya kabarnya Raka sekarang?Aku jadi kepikiran Raka deh.Aku segera menelpon Raka dan kita ngobrol sampai petang hari.
            Saat aku mau makan malem,ada suara orang mengetuk pintu. Pada waktu itu di rumah hanya ada aku dan kak Chikko.Pintu aku buka perlahan-lahan.Gak ada orang diluar.Tapi dilantai terdapat setangkai bunga mawar merah dan sepucuk surat.Dari siapa ya?Aku segera membuka suratnya dan tulisan dalam surat tersebut adalah “Aku minta maaf ”.
   “Siapa ya yang ngirim surat?”tanyaku dalam hati.
            Saat aku mau masuk,agak jauh dari tempat adanya bunga mawar tadi,ada setangkai bunga mawar merah lagi dan sepucuk surat lagi.Aku tambah bingung.Agak jauh lagi,ada setangkai lagi.Aku segera mengambil mawar-mawar yang ada disekitar rumahku.Dan akhirnya mawar terakhir aku ambil,disebelah mawar itu ada seorang cowok yang tak lain adalah Fendi.
   “Fendi,”ucapku kaget.
   “Hai Velisya,gimana kamu udah maafin aku?”tanya dia penuh harapan.
   “Maksud kamu?”tanyaku bingung.
   “Aku udah buktiin kan,aku udah nulis kata maaf berkali-kali ke kamu dan aku emang bener-bener mau minta maaf ke kamu,”perjelasnya padaku.
   “Jadi kamu yang beri aku mawar-mawar ini dan surat-surat ini?”tanyaku  padanya.
   “Ya,dan mawar terakhir sebagai permohonan maafku.Maukah kamu maafin aku,”pintanya sambil berlutut dan memberikan mawar merah kepadaku.
   “Ya,aku maafin kamu,”ucapku tersenyum sambil mengambil mawar yang ada ditangannya Fendi.
            Aduh,aku jadi malu sama Fendi.Dia minta maaf hanya untuk hal yang sepeleh aja sampai rela mati-matian buat nyiapin semua ini.Romantis banget sich Fendi ya Tuhan.
   “Fendi,kamu kok rela sih nyiapin semua ini hanya untuk minta maaf sama aku,”tanyaku kemudian.
   “Aku gak mau kamu marah terus sama aku,apalagi gak mau maafin aku,”jawabnya tulus.
   “Padahal kita kan baru kenal,”ujarku padanya.
   “Tapi aku gak bisa bohongin perasaanku,”jawabnya serius.
   “Maksudnya?”tanyaku bingung.
   “Oh,gak ada maksud apa-apa Lis,”jawabnya kayak menyembunyikan sesuatu.
   “Beneran?”tanyaku gak percaya.
   “Ya.Eh,udah malem nih,aku mau pulang dulu.See you tomorrow..” jawabnya sambil pergi.
            Aku hanya bisa menatap kepergian Fendi dengan perasaan yang bercampur aduk.Andaikan yang ngelakuin itu semua Raka,pasti aku gak bisa tidur tujuh hari tujuh malam (Lebay banget ea..) Hehehehe…
Tapi itu mustahil dan aku hanya bisa bermimpi.
   “Siapa Lis?”tanya kak Chikko di ambang pintu.
   “Fendi kak,”jawabku senyum-senyum gak jelas.
   “Ngapain dia kesini?”tanya kak Chikko.
   “Dia minta maaf sama aku,karena dia udah marah-marah sama aku tadi siang disekolah,”perjelasku sambil duduk diruang tamu.
   “Terus bunga-bunga ini dari Fendi juga?”tanya kak Chikko pengen tau.
   “Ya,romantis ya.Mau minta maaf aja pake bunga mawar sebanyak ini,”jawabku memandangi bunga mawar itu.
   “Kamu suka sama Fendi?”tanya kak Chikko membuat aku bete.
   “Kak,ngapain sich introgasi aku segala,mau aku suka sama Fendi apa gak itu urusan Velis,”jawabku sambil masuk kamar.
   “Gitu aja ngambek,aku cuma mau ngingetin aja.Ati-ati sama namanya Fendi karena dia itu nakal,”ujar kak Chikko padaku.
            Aku gak menyahuti kata-kata kak Chikko karena setelah aku masuk kamar,Raka menelponku dan kita ngobrol sampai larut malam.Perut yang tadinya lapar sekarang gak terasa lapar lagi karena ada Raka.
            Keesokan harinya disekolah aku cerita semuanya kepada Rea dan Rinda.Mereka berdua gak nyangka banget Fendi berani ngelakuin kayak gitu.
   “Tapi kalau dipikir-pikir,Fendi kayaknya suka kamu deh Lis,”ujar Rinda memberi pendapat.
   “Ah,masak sich.Gak mungkin banget deh,”ucapku gak ngerespons.
   “Ya terserah kamu,”ucap Rinda padaku.
            Kalau beneran apa yang Rinda ucapin itu aku gak bisa apa-apa.Haruskah aku nerima Fendi tapi hati ini hanya untuk Raka.Kalau aku gak nerima Fendi,apa harus aku selalu memendam perasaanku ke Raka yang gak ada ujung-ujungnya ini.Gak baik deh aku mikirin ini semua karena  semua masih pendapat belum ada kepastian.
            Sepulang sekolah aku melihat Raka mondar-mandir dipintu gerbang sekolah,kayak lagi nungguin seseorang.Siapa ya?Aku gak langsung pulang tetapi aku pura-pura nungguin seseorang juga disana.Tapi sesampainya aku didekat Raka,dia cuek banget.Gak nyapa sama sekali,dia gak tau apa yang ada dalam hatiku kalau dia cuek,sakit hati..
            Dia tetep mondar-mandir kayak orang bingung.Saat aku mau nyapa dan nanya sama dia tiba-tiba dia tersenyum kearah Liana yang sedang jalan kearahnya .Aku jadi kikuk. Raka memegang tangan Liana dan jalan bareng.Ya Tuhan,aku bener-bener sakit hati.Agak jauh dari tempatku,Rea dan Rinda melihat semuanya dan mereka mendekatiku yang sedang menangis.
   “Sabar ya  Velis,”hibur Rea sedih melihatku.
   “Apa salahku temen-temen,Raka udah nusuk dalam-dalam hatiku.Pura-pura gak kenal kayak gitu,”ucapku berurai air mata.
   “Raka terlalu kejam buat kamu Lis,udah deh.Lupain dia,hapus dia dari pikiran dan hati kamu,kita gak mau kamu sedih gara-gara cowok yang gak mau tau perasaan seorang cewek yang bener-bener cinta dan sayang dia apa adanya,”ucap Rinda emosi.
   “Susah Rin,susah banget.Apalagi aku gak pernah suka cowok sampai kayak gini.”ujarku tersakiti.
   “Terus,kamu mau nunggu Raka yang kayak gitu.Liat dan buka mata kamu,dia gak pernah beri harapan itu sama kamu Velisya,”ucap Rea juga begitu.
   “Ya,aku bakal ngelakuin semua itu.Tapi itu semua butuh waktu dan aku gak yakin bisa lupain Raka,”ucapku sambil menghapus airmataku.
   “Ya udah,ayo kita pulang,”ajak Rea padaku dan Rinda.
            Sesampainya dirumah,aku bener-bener gak bisa nahan perasaan ini.Aku menangis sejadi-jadinya karena hanya itu yang bisa aku lakuin.Kak Chikko sampai kasihan liat aku menangis terus hanya karena Raka.
   “Udah lha Velis,bener kata temen-temen kamu.Lupain Raka,kakak sayang kamu Lis aku gak mau adekku sakit hati terus hanya karena Raka,”perjelas kak Chikko sambil memegang bahuku.
   “Kak,aku bener-bener sayang sama Raka.Aku bener-bener sayang dia.Aku rela mati demi dia kak,aku rela..Tapi aku juga gak bisa bohongin diri aku sendiri kalau aku gak bisa liat dia sama Liana,aku pengen miliki dia.Walau hanya satu menit saja aku rela kak.Asal aku bisa sama dia terus,”ucapku sambil memeluk kak Chikko.
   “Ya Tuhan,kamu bener-bener serius sama Raka dek,Raka seharusnya beruntung ada cewek yang bener-bener tulus sama dia,”ucap kak Chikko padaku.
   “Kak,apa yang harus aku lakuin?”tanyaku sambil terus menangis.
   “Velisya,lupain Raka.Itu satu-satunya jalan agar kamu gak sakit hati terus hanya karena dia,”ucap kak Chikko mengagetkanku.
   “Kak,gak mungkin.Ya Tuhan,aku pikir kakak bakal dukung aku biar aku tetep mempertahankan cintaku ke Raka,apa salahku kak,apa salah aku mencintai Raka.Aku emang gak perfect tapi aku berhak mencintai,aku yakin kak.Dalam hati kecilnya Raka,dia punya perasaan yang sama kayak aku,aku yakin itu!”ucapku sambil terus menangis.
            Aku bener-bener gak tau lagi apa yang harus aku lakuin.
            Keesokan harinya,Fendi minta ketemuan sama aku .Tapi aku bingung untuk ketemuan sama dia. Akhirnya aku mau .Aku duduk dibangku taman depan sekolah,Fendi juga duduk disana.Tapi jarak antara aku sama dia itu jauh banget.Aku kan gak tau maksud dia mau ketemuan itu apa.
   “Lis,aku mau ngomong sesuatu sama kamu,tapi kamu jangan marah ya?”ucap Fendi serius.
   “Mau ngomong apa,kok serius banget.”ucapku penasaran.
            Fendi mengeluarkan gambar hati dari dalam tasnya.
   “Jujur ya,sejak pertama aku kenal sama kamu,aku gak ada rasa sama kamu Lis tapi karena kita sering telpon-telponan dan akhirnya deket perasaan suka itu muncul.Awalnya,aku hanya sekedar mengagumi kamu aja tapi ketika ada temen kamu satu kelas nembak kamu aku jadi jealous dan aku nyadari kalau rasaku ke kamu bukan hanya sekedar rasa suka biasa,tapi aku sayang kamu Velisya,”perjelasnya sambil memegang tanganku.
   “Fendi,sungguh-sungguh kah kamu?”tanyaku gak percaya.
   “Ya Lis,aku bener-bener serius.Mau gak kamu jadi pacarku?”ucapnya mengagetkanku.
            Aku bingung saat itu juga.Aku emang tau dan ngerasa kalau Fendi bener-bener serius sama aku,tapi aku juga gak bisa bohong kalau aku sayangnya sama Raka,bukan Fendi.
   “Kenapa kamu diem Lis,kamu gak suka?Okey..kalau kamu mau nerima aku jadi pacar kamu,kamu ambil gambar hati ini dan simpen,tapi kalau kamu nolak aku,sobek gambar ini dan buang,”ucapnya membingungkanku.
   “Gimana ya?”tanyaku pada Fendi.
            Fendi memberikan gambar hati itu padaku.Aku berpikir sejenak,tanpa basa-basi lagi aku sobek dan aku buang gambar hati itu.
   “Maaf Fen,aku gak bisa jadi pacar kamu,”ucapku pergi.
   “Gak ada masalah Velisya,tapi jangan salahin aku kalau aku bakal ngejar-ngejar kamu dan aku bakal membuat kamu nyerahin hati kamu untukku,”teriaknya kecewa.
            Aku hanya sedih.Aku gak tau apakah aku bener ngelakuin semua ini.Rea dan Rinda yang sedang makan dikantinpun terkejut melihatku sedih dan gak bersemangat.
   “Kamu kenapa Lis?”tanya Rea pengen tau.
   “Aku salah apa gak.Aku nolak orang yang bener-bener serius sama aku hanya karena Raka,”ucapku sambil menitikkan air mata.
   “Maksud kamu?”tanya Rinda tak mengerti.
   “Fendi nembak aku dan aku nolak dia.Maaf ya,aku gak pernah cerita kalau dia udah nembak aku untuk kedua kalinya.Pertama dia nembak aku lewat sms,terus yang kedua dia nembak aku secara langsung dan dengan tulus.Semuanya aku tolak karena aku gak bisa bohong kalau aku sayangnya ke Raka,”perjelasku pada mereka berdua.
   “Jadi Fendi barusan nembak kamu?”tanya Rea mencari kesimpulan.
   “Ya,”jawabku singkat.
   “kenapa kamu gak nyoba buat pacaran sama Fendi,”ucap Rea berpendapat.
   “Tapi,”ucapku terputus.
   “Tapi kenapa?Pasti karena Raka,”sahut Rea menebaknya.
   “Aku harap kalian ngerti perasaanku.Aku sayang sama Raka.Aku cinta sama Raka,apa salah?Walaupun aku mungkin gak bisa bersatu dengan Raka.Tapi aku yakin,Tuhan Maha Adil pada setiap umatnya,”ucapku pergi.
            Aku bener-bener merasa bersalah dan merasa disalahkan.Aku merasa bersalah karena aku udah nolak orang yang bener-bener sayang dan bisa nerima aku apa adanya,tapi aku merasa disalahkan karena apa?Aku gak bisa mencintai Fendi dan aku lebih memilih Raka yang udah buat aku menderita,karena cintaku padanya udah mendarah daging dan gak mungkin bisa tergantikan oleh siapapun.
            Sesampainya dirumah aku membanting diriku ke tempat tidur.Aku masih kepikiran semuanya.Tiba-tiba saat aku memejamkan mataku,ada suatu perasaan yang menyuruhku untuk mengungkapkan semua perasaanku pada Raka.Aku sejenak merenungi semua dan aku bertekad untuk mengungkap semuanya yang udah lama aku pendam.
            Aku mengambil handphoneku dan segera menelpon Raka.
   “Hallo,”sapa Raka ditelpon.
   “Hai Raka,”sapaku juga.
   “Tumben nelpon?”tanya Raka pengen tau.
   “Iya nih.Ada yang mau aku omongin dan gak bisa ditunda-tunda lagi,”jawabku serius.
   “Emang kamu mau ngomong apa Lis?”tanyanya penasaran.
   “Aku minta maaf sebelumnya Raka,karena mungkin aku gak pantes buat ngomong ini sama kamu tapi kalau aku gak ngomong ini sama kamu,aku bisa-bisa mati karena perasaan ini Raka,”jawabku menangis.
   “Maksud kamu?”ucapnya bingung.
   “Sejak pertama aku ketemu sama kamu Raka,aku udah ngerasain getaran-getaran ini dan ternyata kamu adalah temen kakakku sendiri,aku kaget dan aku bener-bener ngerasain getaran ini.Kamu tau,getaran ini adalah getaran cinta yang belum pernah aku rasain sebelumnya,aku bener-bener gak bohong,”ucapku serius.
   “Apakah itu bener Lis?”tanyanya padaku.
   “Iya,beneran.Aku bener-bener jealous liat kamu sama Liana.Sakit Raka….”jawabku menangis.
  “Jujur ya Lis.Aku juga sayang sama kamu.Pertamanya rasa ini hanya rasa suka,tapi setelah kita deket akhirnya rasa ini tumbuh menjadi rasa sayang.Tapi gimana ya.Aku udah punya Liana,”ucapnya menyesal.
   “Apa! jadi kamu punya rasa juga sama kayak aku?”tanyaku gak percaya.
   “Iya,aku ada rasa sama kamu.Tapi maaf.Aku gak bisa memilih antara kamu sama Liana karena aku bener-bener menyayangi kalian berdua,”jawabnya .
   “Raka,andaikan kamu tau.Kamu bilang gitu aja,aku udah seneng banget,aku beneran seneng banget,”ucapku sambil menutup telpon.
            Akhirnya aku tau gimana perasaan Raka ke aku.Aku bener-bener bersyukur,akhirnya Tuhan mengabulkan semua doaku yang setiap saat aku panjatkan.Terima kasih Tuhan,Raka bener-bener buat aku kasmaran sekarang.
            Keesokan harinya,aku bercerita ke Rea dan Rinda kalau aku udah ngungkapin perasaan yang selama ini aku pendam.Mereka bener-bener gak nyangka.
12
 
            Tapi setelah beberapa hari kemudian,Raka udah gak peduli lagi dengan apa yang udah aku ungkapin sama dia.Aku jadi tersiksa sendiri.
            Pada hari minggu,Raka nelpon aku.
   “Hallo,”jawabku karena sejak tadi aku menunggu dia.
   “Lis,lagi ngapain?”tanyanya dengan suara bising.
   “Aku lagi diem.kamu sendiri lagi ngapain?”jawabku sambil nanya balik sama dia.
   “Lagi nungguin Liana belanja nich.”jawabnya mengagetkanku.
   “Emang kamu ada dimana?”tanyaku padanya.
   “Di Mall,Liana ngajak jalan,”jawabnya tanpa memperdulikanku.
            Aku langsung mematikan telponnya.Aku menangisi semuanya.
   “Ya Tuhan,Raka ngomong kayak gitu sama aku ? Dia bener-bener gak menghargai perasaanku.”ucapku berderai air mata.
            Aku gak yakin sama sekali kalau Raka bener-bener punya suatu perasaan yang sama kayak aku.Aku gak yakin…
            Keesokan harinya wajahku terlihat sangat lesu dan gak bersemangat.Pelajaran gak ada yang bisa aku terima dengan maksimal.Hanya ada satu pintaku.Aku pengen cepet-cepet pulang.
            Bel pulang pun berdentang.Walaupun aku pengen cepet sampai dirumah,tapi aku gak tergesa-gesa sama sekali.Aku nunggu semuanya pulang dulu.Setelah semua udah pulang dan sekolah terlihat sepi,aku segera menyeberang jalan dengan sangat nyantainya karena pikiranku sejak tadi gak ada disana,tapi hanya di Raka.
            Tiba-tiba aku ditarik sama seseorang dan kita jatuh sama-sama.Seseorang itu adalah Fendi .Orang yang udah aku tolak menta-menta.
   “Aduh,,”ucapku kaget.
   “Lis,kamu mau mati ya !”bentak Fendi padaku.
   “Maksud kamu itu apa !”tanyaku membentaknya juga.
   “Kamu itu mau mati ya.Tadi ada mobil lewat kamu diem aja,kalau gak ada aku,gimana sekarang nasib kamu,”bentaknya lagi.
            Aku gak menyahuti perkataan Fendi. Aku menangisi kebodohanku.Hanya karena mikirin Raka,aku hampir aja ninggalin dunia ini.
   “Kamu kenapa Lis,kok nangis?Maafin aku.Aku gak ada maksud buat marah-marah dan bentak kamu.Aku gak mau kamu kenapa-kenapa,”ucapnya sambil memegang bahuku.
   “Fen,aku yang seharusnya minta maaf.Makasih ya kamu udah nolongin aku.”jawabku sambil memeluknya.
            Setelah itu aku pulang dianter Fendi.Sesampainya dirumah,aku melihat kak Chikko nungguin aku karena dari tadi aku belum pulang.
   “Hei Chikko,”sapa Fendi tersenyum.
   “Hei.Jadian ya kalian?”tanya kak Chikko menggodaku.
   “Gak kok.Adek kamu gak mau sama aku.Maunya cuma sama Raka,”jawab Fendi tersenyum kecut.Aku tau sebenarnya dia sakit hati ngomong itu.
   “Fen,masuk yuk..”ajakku kemudian.
   “Gak deh.Makasih..”tolaknya sambil pergi.
   “Kamu kok pulang sama Fendi?”tanya kak Chikko sambil masuk rumah.
   “Tadi dia nolongin aku kak,”jawabku gak bersemangat.
   “Kamu kenapa Lis?”tanya kak Chikko panik.
   “Tadi aku hampir aja ketabrak mobil.Untung ada Fendi,”jawabku sambil mengambil obat merah karena lututku berdarah.
   “terus,”sahut kak Chikko.
   “Ya terus dia nganter aku pulang,”jawabku sambil kesakitan.
   “Kok bisa sih?”tanya kak Chikko lagi.
   “Gara-gara Raka,”jawabku seenaknya.
   “Maksudnya?”tanya kak Chikko kurang jelas.
   “Gak ada.Aku kekamar dulu ya,”jawabku pergi.
            Aku gak mau kak Chikko tau kalau aku hampir aja ketabrak gara-gara mikirin Raka.Bisa-bisa kak Chikko marah dan nyalahin Raka.Lebih parahnya lagi aku gak mau kak Chikko nyuruh aku buat ngelupain Raka.
            Keesokan harinya Fendi nembak aku lagi.Ya Tuhan,apa yang harus aku lakuin?
   “Lis,kenapa sih kamu gak mau nerima aku?”tanyanya serius.
   “Maaf Fendi,tapi..”ucapku terputus.
   “Ini untuk terakhir kalinya,setelah itu aku gak mau ganggu kamu lagi.Kamu mau gak nerima aku sebagai pacar kamu?Aku mohon…”pintanya padaku.
   “Aku gak bisa jawab sekarang.Beri aku waktu.Fen,besok aku akan jawab semuanya,aku janji..”ucapku pergi.
   “Gimana ini?”tanya diriku sendiri.
            Aku mau ngajak diskusi dan aku mau tau gimana pendapat Raka ketika tau aku ditembak sama Fendi.Secepatnya aku menelpon Raka.
   “Raka kamu dimana?Kamu harus bantu aku Raka,”ucapku tergesa-gesa.
   “Aku sekarang lagi nungguin Liana dia sekarang lagi sakit Velis, maaf ya,”jawabnya padaku dengan volume suara yang agak kecil.
   “Apa?Jadi sekarang kamu dirumah Liana,”ucapku kaget.
   “Iya manis,sekarang dia lagi sakit dan aku harus ada buat dia,”jawabnya dingin.
   “Apa pernah kamu ada buatku Raka ?Apa pernah kamu ada buatku saat aku sedih kayak sekarang, kamu hanya bisa ngomong doang Raka,”ucapku sambil menutup telpon.
            Aku bingung dengan Raka.Aku bener-bener bingung.Keputusanku udah bulat,aku mau nerima Fendi. Ini udah keputusanku.Aku emang gak sepenuhnya sayang sama Fendi,tapi aku akan belajar menyayanginya.Aku akan belajar.Aku gak mau terus-terusan berharap dengan sesuatu yang gak pasti akan terwujud.
            Keesokan harinya aku curhat dengan Rea dan Rinda.Aku berharap mereka juga setuju dengan keputusanku.
   “Rea,Rinda.Aku bingung. Raka seakan-akan gak nganggep aku ada.Aku tuh mau gimana lagi.Aku mau nerima Fendi,gimana pendapat kalian?”tanyaku sesampainya disekolah.
   “Kamu nerima Fendi karena Raka nyuekin perasaan kamu apa karena kamu punya rasa ke dia?”tanya Rea bingung.
   “Gini ya.Aku bingung nih mau jelasinnya.Aku sebenarnya gak begitu suka sama Fendi,tapi aku akan nyoba.Aku bener-bener tersiksa dengan cintaku ke Raka.Kalau aku ngejar-ngejar dan nunggu Raka,itu tambah buat aku sakit hati.Walaupun sayangku dan cintaku ke Raka gak bakal aku hilangkan dari hatiku untuk selamanya,”jawabku panjang lebar.
   “Jadi intinya kamu mau nerima Fendi karena pengen belajar buat mencintai dia,”perjelas Rinda padaku.
   “Ya, aku sebenernya udah punya rasa ke Fendi,walaupun hanya satu titik aja dihatiku,”jawabku tersenyum.
   “ya udah,kapan kamu ngomong ?”tanya Rea lagi.
   “Sekarang.Kalian nemenin aku ya?”pintaku pada mereka.
            Akhirnya mereka mau nganterin aku ketemuan sama Fendi.Aku jadi deg-degan sendiri.
   “Fen,aku mau jawab sekarang,”ucapku serius.
   “Gimana Lis jawabannya?Aku mohon terima ya,”pintanya tulus.
   “Iya iya,”ucapku singkat.
   “Maksud kamu?”tanya Fendi gak ngerti.
   “Iya,aku nerima kamu kok,”jawabku tersenyum.
            Fendi begitu bahagia waktu itu.Tanpa basa-basi dia langsung memeluk aku.Aku jadi kikuk.
   “Oow..maaf,”ucap Fendi setelah sadar.
            Aku hanya bisa tersenyum melihat dia sebahagia ini.Terlintas dibenakku,aku akan mencintai Fendi setulus hatiku,walaupun Raka gak akan pernah hilang dari lubuk hatiku.
            Bel masukpun membubarkan pikiranku.Aku bergegas masuk ke kelas dan melanjutkan pelajaran.
            Sepulang sekolah,kak Chikko nanya ke aku.
   “Lis,kamu jadian ya sama Fendi?”tanyanya waktu makan siang.
   “Ya,”jawabku singkat.
   “Bagus lha,kamu jadi gak teropsesi terus sama Raka,”ucapnya mengingatkanku akan Raka.
   “Mau kemana kamu?”tanya kak Chikko melihatku berdiri dari meja makan.
   “Mau ke kamar,”jawabku sambil mengedipkan mataku sebelah.
            Aku langsung menelpon Raka.
   “Hai Raka,”sapaku mengawali pembicaraan.
   “Hai juga,”jawabnya lemas.
   “Kamu kenapa?”tanyaku pengen tau.
   “Kamu jadian ya sama Fendi?”tanyanya kemudian.
   “Ya,”sahutku singkat.
   “Katanya kamu sayang sama aku kenapa kamu malah jadian sama dia?”tanya Raka pengen tau.
   “Harusnya kamu yang bisa menjawab semua pertanyaan kamu itu.Kenapa kamu gak menghargai perasaanku.Aku jadi milih Fendi,”jawabku dingin.
   “Maaf,tapi aku harus gimana lagi.Susah buatku untuk berlaku adil,”ucapnya spontan.
   “Raka,sebenernya kamu cuma menghargai perasaanku aja itu udah lebih dari cukup,aku gak mau jadi pacar kedua kamu,”ujarku kemudian.
   “Tapi aku sayang kamu Lis,”ucapnya serius.
   “Hei,udah lha.Sekarang ini kita udah punya pasangan masing-masing.Kamu punya Liana,dan aku sekarang udah punya Fendi.Aku udah gak mau lagi jadi orang ketiga dalam hubungan kamu Raka,”perjelasku sambil mengeluh.
   “Kamu gak jadi orang ketiga kok Lis,aku emang udah suka dan sayang sama kamu sebelum aku jadian sama Liana,”bantahnya.
   “Ya udah,kita coba buat nerima takdir aja.Kita jalani semuanya dengan pelan-pelan.Aku yakin kita akan bersatu,”ucapku mematikan telpon.
            Aku ngelakuin ini semua demi diriku sendiri dan demi Raka.Aku gak mau lagi dia bingung memilih antara aku dan Liana.Apalagi Fendi sekarang jadi orang yang menempati hatiku.
            Malam berganti dengan siang.Siangpun berganti dengan malam.Silih berganti tanpa lelah.Seakan-akan mencerminkan hidup ini hanya untuk sementara.Tak terasa hubunganku dengan Fendi berjalan hampir dua bulan.Cukup sulit buatku mencintainya,tapi buktinya.Aku bisa mencintainya walaupun Raka tetap ada buatku.Pertengkaran telah mewarnai hubunganku dengannya.Tak luput juga dengan kebahagiaan yang selalu mewarnai indahnya cerita roman para kawula muda.
            Suatu malam,saat aku sedang baca buku dikamar,tiba-tiba aku kepikiran dengan Fendi.Kenapa ya?Perasaanku jadi gak enak.Aku mencoba untuk menghilangkan perasaan ini,tapi gak bisa.Aku tetep kepikiran dia.Aku memutuskan untuk keluar rumah sekedar buat nyari angin dan melupakan pikiranku yang amat mengganggu.
            Ketika sedang asyik-asyiknya jalan sambil mendengarkan musik,tiba-tiba dari arah kejauhan salah seorang temannya Fendi berlari kayak dikejar setan.
   “Velis…”teriaknya seketika itu juga.
   “Kamu kenapa sih,kok lari-lari gitu?”tanyaku bingung.
   “Fendi Lis,Fendi…”ucapnya terbata-bata.
   “Kenapa sama dia?”tanyaku bingung.
   “Dia kecelakaan,”ucapnya membuatku seperti disambar petir.
   “Kamu pasti bercanda,”ucapku tertawa.
   “Gak Lis,sumpah..”ucapnya meyakinkanku.
            Aku segera berlari mengikuti dia.Sesampainya ditempat kejadian,aku melihat Fendi dikerubungi oleh orang-orang yang ingin menolongnya.
   “Fendi..”teriakku sambil memeluknya yang sedang pingsan.
   “Ya Tuhan apa yang telah terjadi ?”tanyaku panik.
            Aku segera membawa Fendi ke Rumah Sakit.Dokter memeriksa Fendi hampir 2 jam dan aku menungguinya dengan perasaan was-was.Gak tau kenapa,rasa takut untuk kehilangannya tiba-tiba muncul.Tak lama kemudian,dokter keluar.Aku segera masuk kedalam ruangan tempat Fendi dirawat.
   “Fendi,”ucapku sambil duduk didekatnya.
   “Velis..”ucapnya dengan wajah pucat.
   “Fen,kenapa sampai begini sih.Aku khawatir, aku gak pengen kehilangan kamu sayang,”ucapku sedih.
   “Apa bener yang kamu ucapkan itu?”tanyanya kemudian.
   “Ya Fendi,aku gak mau kehilangan kamu,”ulangku padanya.
   “Aku juga gak mau kehilangan kamu Velis,”ucapnya terharu.
            Aku bener-bener merasakan keindahan dan ketulusan cintanya.Ya Tuhan,aku bersyukur ada sesosok Fendi yang begitu tulus mencintaiku.Tanpa aku sadari,aku memeluknya begitu aja.Aku bener-bener terharu.
   “Fen,aku sayang kamu..”ucapku meneteskan airmata.
   “Velis,aku juga.Aku bener-bener sayang kamu.Aku rela mati demi kamu Lis,”ucapnya bersungguh-sungguh.
            Beberapa hari kemudian Fendi sembuh.Bertambah hari perasaanku bertambah besar,walaupun Raka tetap ada dihatiku.Suatu ketika,disekolah mengadakan acara tahunan,seperti jalan santai dan acara musik.Kita semua mengikuti semua acara tanpa lelah.
            Aku,Rea dan Rinda selalu sama-sama.Saat jalan santaipun kita bersama-sama.Kita jalan santai bersama dengan Raka dan temen-temennya,karena salah seorang temannya Raka yang bernama Dimas adalah pacarnya Rea,jadi mereka mau jalan bareng.Otomatis aku juga deket sama Raka.Aku bener-bener deg-degan.

To be COntinued :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar