Laman

Senin, 11 Juni 2012

Lanjutan "Kesempatan yg tertunda"


  “Anak-anakku sekalian. Ujian telah kalian lalui. Sekarang tinggal do’a yang harus kalian panjatkan agar kalian semua bisa lulus dengan nilai yang memuaskan,” ucap Pak Jodi, guru paling killer di sekolah saat menyampaikan amanat upacara.
  “Untuk meninggalkan kesan yang tak terlupakan, sekolah kita akan mengadakan karyawisata ke Pulau Bali,” lanjutnya lagi.
              Spontan semua siswa kelas XII bersorak senang. Hal yang dinantikan selama tiga tahun, karena dengan adanya kesempatan karyawisata kita akan menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman dan guru sebelum melepas seragam putih abu-abu.
              “Ke Bali Rin,”teriak Bella kegirangan.
              “Ya,tau..”jawabku tak bersemangat.
  “Kayaknya kamu gak semangat gitu denger kita mau pergi ke Bali?”tanya Bella pengen tau.
              “Bukannya gak seneng Bel,tapi……”ucapku sambil memegang kepalaku.
              Tiba-tiba aku jatuh. Semua anak panik dan berusaha menolongku. Di tengah kerumunan orang banyak,Panji datang dan membopongku.Dia membawaku ke UKS sekolah dan diikuti oleh Bella dibelakangnya.
              “Kok bisa pingsan sih Bel ?”tanya Panji sambil melepas sepatuku.
  “Karin sejak kemarin gak enak badan Nji.Tadi sewaktu upacara dia sempat bilang ke aku kalau dia gak sarapan,” jawab Bella sambil membersihkan keringat di keningku.
              “Ada-ada aja nih si Karin,,” ucap Panji menghela nafas dalam-dalam.
              Setelah agak lama,aku pun sadar.
  “Karin,kamu udah sadar.gimana keadaan kamu ?” tanya Panji mengkhawatirkan aku.
“Panji…. Bella mana?” tanyaku pada Panji.
  “Bella ke ruang perpustakaan.Ngambil formulir pendaftaran karyawisata,” jawab Panji menatapku.
Aku pun terdiam sesaat. Aku gak tau harus bicara apa lagi dengan Panji.
“Oh ya Rin, kamu tadi pagi gak sarapan kan ? Sini aku suapin..” ucap Panji sambil mengambil makanan yang sengaja dibelinya untukku.
              Aku tak menjawab. Panji menyuapiku perlahan-lahan. Gak tau kenapa aku gak bisa untuk menolaknya. Tatapan Panji seolah-olah menggambarkan perasaannya. Tatapan penuh makna dan gak tau kenapa aku juga gak bisa untuk tidak membalas tatapannya.
              “Panji,kamu ikut ke Bali ?”tanyaku pada Panji.
              “Hmm… Gak tau Rin,masih mikir-mikir dulu,”jawab Panji padaku.
              Apa yang dipikir oleh Panji. Tinggal bilang ya atau tidak aja susah bener.Tapi Panji pasti punya alasannya sendiri.
              “Kalau kamu Rin ?” tanyanya padaku.
              “Ikut lah..Aku sama Bella udah sepakat untuk ikut,” jawabku sambil tersenyum.
              Setelah Panji menyuapiku dan aku juga udah baikan, aku dan Panji kembali ke dalam kelas. Di dalam kelas, Bella menghampiriku.
  “Maaf ya Rin, tadi waktu kamu sadar aku gak ada.Aku ke perpus ngambil formulir ini,” ucap Bella minta maaf dan memberikanku selembar formulir.
  “Ya, gapapa kok Bel.Nyantai aja… Makasih ya tadi udah bawa aku ke UKS.” ujarku berterima kasih.
  “Rin,yang bawa kamu ke UKS tadi tuh Panji. Dia tadi langsung bopong kamu terus nungguin kamu sampai kamu sadar,” perjelas Bella.
“Panji….? Dia udah nolongin aku ?” tanyaku untuk memperjelas semuanya.
“Ya Karin sayang. Panji kan cinta sama kamu, ya pasti ditolongin lah kamunya,” jawab Bella tertawa.
              Aku hanya terdiam.Berpikir sejenak.Merenungi setiap hal yang dilakukan Panji untukku. Akhirnya aku sadar,kalau Panji emang beneran serius sama aku.

****

              “Rin..Karin…..” teriak Bella memanggil namaku.
              “Ya Bel,tunggu sebentar..” ucapku setengah berteriak.
              Dengan cepat aku membawa tas ransel yang penuh dengan barang-barang bawaan. Ya, aku dan temen-temen akan pergi ke Bali.Senengnya.. 
              “Lambat deh kamu..” ucap Bella saat melihat aku keluar kamar.
              “Maaf Bel… “ ucapku sambil tersenyum.
              Aku dan Bella pergi ke sekolah.Eiitsss… bukan untuk bersekolah tapi untuk memulai keberangkatan ke Bali.Ngerti kan ?
              “Panji ikut gak ya ?” tanyaku pada Bella.
              “Hayo….nyariin Panji ya ?” jawab Bella tertawa.
              “Apaan sih! Panji kan temenku.Jadi wajar kan kalau aku nanyain dia,” ujarku sewot.
              “Ya deh,ya…” sahut Bella menghentikan perdebatan.
              Sesampainya di sekolah, ternyata semua siswa dan guru udah berkumpul di halaman depan. Mereka sedang menunggu siswa yang belum hadir. Untung aku gak telat. Aku dan Bella segera bergabung dengan teman yang lainnya.Tapi tiba-tiba pandanganku mengarah ke semua anak cowok.
              “Bel,Panji kok gak ada ya ?”tanyaku mencari Panji.
  “Belum datang mungkin Rin,udah nyantai aja.” jawab Bella tanpa menoleh ke arahku.
              Aku tetap mencari Panji. Udah 30 menit berjalan. Bus untuk kita naiki juga udah siap.Tinggal nunggu satu atau dua anak aja yang belum hadir.
  “Bel,Panji mana ya ? Dia tuh ikut apa gak sih ?” tanyaku kembali menanyakan tentang Panji.
“Katanya kemarin sih ikut,soalnya ada kamu Rin.Tapi gak tau juga ..” jawab Bella tersenyum.
“Semoga aja dia emang bener-bener ikut,” ucapku tanpa sadar.
“Hayo…kamu suka Panji ya ? Ngaku deh..” tebak Bella mengejutkanku.
“Apaan sih Bel,ya gak lha..” bantahku menta-menta.
“Yang bener? Terus maksudnya tadi apa hayo..” ujar Bella lagi.
“Maksudku ya..Aku pengen Panji ikut juga.Ya,cuma itu maksudku gak ada yang lain,” jawabku sambil berpikir untuk mengalihkan topik pembicaraan.
“Halah….. Karin emang sulit untuk mencoba jujur dengan perasaannya sendiri. Padahal sejak Panji mengungkapkan isi hatinya, kamu tuh berubah Rin. Kamu selalu memperhatikan Panji, selalu nyariin Panji dan yang sulit untuk dipungkiri adalah tatapanmu. “ perjelas Bella menggodaku.
“Tatapanku kenapa ? Perasaan biasa aja deh.” bantahku lagi.
“Tatapan seseorang bisa mengartikan suatu perasaan..” ujar Bella sok ngerti.
              Aku segera meninggalkan Bella dan naik ke dalam bus saat aku melihat temen-temen semua udah menaiki bus .
              “Duh..Panji ikut gak ya ? Semoga aja dia ikut.” batinku dalam hati.
              Tiba-tiba aku melihat dia berjalan mendekati bus dan memasukinya melalui pintu belakang. Lega rasanya melihat dia. Akhirnya penantianku beberapa jam telah berlalu.Kenapa aku punya perasaan kayak gini ya?
              “Panji….”teriak Bella yang duduk disebelahku.
              “Apaan Bel ?”tanya Panji setengah berteriak.
              “Duduk sini…” ajak Bella sambil menunjuk tempat duduk dibelakangku.
              “Gak deh.Itu udah ada yang nempatin.Aku disini aja.” jawabnya tersenyum.
              “Oh ya udah.Eh,dari tadi kamu dicariin sama …….” ucap Bella sambil melirikku.
              “Apaan sih kamu Bel,” ujarku sambil memukul Bella.
              Panji terlihat tersenyum.

****
              Perjalanan begitu menyenangkan. Kegembiraan terlihat dari raut wajah temen-temen. Gak ada satu pun yang sedih.Semua bersuka cita.Perjalanan diisi dengan senda gurau,tawa anak-anak SMA yang begitu khas. :D
              Aku dan Bella yang duduk satu bangku saling bercerita.Mengenai hal-hal yang gak sempat kita bicarain di sekolah.
  “Rin, kamu masih inget gak ma cowok yang kamu tabrak waktu di Mall ?” tanya Bella tiba-tiba mengingatkanku tentang Eza.
“Ya inget lah aku sama Eza.Emang kenapa ?”tanyaku tersenyum.
“Aku punya nomor handphonenya. Kemarin aku kan pergi makan-makan sama kakak sepupuku.Lha ternyata kakakku itu temennya Eza.Aku minta aja nomor hpnya. Aku bilang kalau ada temenku yang suka sama Eza,” jawab Bella menjelaskan padaku.
“Mati aku…..” sahutku sambil menepuk kening.
“Kenapa Rin ?”tanya Bella terkejut.
“Kakak kamu kan tau kalau aku temen kamu.Pasti dia ngadu ke Eza nantinya,” jawabku takut.
“Gak mungkin. Percaya deh.” ucap Bella menenangkanku.
“Ya,baiklah. Hmm..Aku boleh gak minta nomor handphonenya.Please Bel…” pintaku pada Bella.
“Gimana ya?” sahut Bella menggodaku.
“Ayo lah Bel,please… Kamu gak kasihan apa sama aku.Aku pengen deket sama Eza.Ya ya ya ?” rayuku lagi.
“Apa sih yang gak buat kamu sayang..” ucap Bella tersenyum.
              Bella memberikanku nomor handphonenya Eza. Dengan cekatan aku langsung menyimpan dan mencoba menelponnya.
              “Kamu ngapain Rin ?”tanya Bella terkejut melihatku menelpon seseorang.
              “Lagi nyoba buat nelpon si Eza,” jawabku santai.
              “Bodoh banget sih..” sahut Bella sambil mengambil handphoneku.
              “Hey..kamu apa-apaan sih Bel?”tanyaku setengah emosi.
  “Kalau kamu telpon.Kamu mau bilang apa ? Gak segampang itu untuk mendekati  harus punya siasat.Bisa-bisa Eza mikir kamu itu cewek yang suka godain cowok.Ngerti Rin ?”perjelas Bella padaku.
              “Ngerti non,” jawabku sambil mengambil handphoneku kembali. Aduh, kenapa aku nggak mikirin hal itu. Hanya karena pengen deket sama Eza sampai sebodoh ini.
              Kemudian aku mengatur siasat dan aku mencoba mengirim sms ke Eza.Dalam rangka kenalan sih.Hihihihi… Udah gak sabar aku buat mengenal sosok Eza lebih jauh lagi.
              Ternyata Eza membalas smsku. Dia membalasnya dengan santai.Sama sekali gak ada kesan sombong. Tapi ditengah-tengah sms itu, dia gak ngerespons lagi smsku.
              “Sebel deh.Sms ku gak dibales sama Eza,” ucapku sedih.
  “Besok lagi Rin.Masih banyak waktu.Tenang aja..Yang penting kamu udah punya nomornya Eza dan udah smsan kan,” hibur Bella padaku.
“Ya  juga sih.”jawabku sambil tersenyum.
              Gak terasa perjalanan udah ditempuh beberapa jam. Sebentar lagi kita akan sampai di pelabuhan dan artinya kita akan menaiki kapal untuk menyebrang ke Pulau Bali. Di dalam kapal,aku hanya ngobrol berdua dengan Bella.Temen-temen semua menikmati pemandangan malam.Ada yang pacaran, ada yang memotret ini itu dan lain-lain.Bella dan aku hanya duduk berdua ditemani semilir angin malam yang dingin.
              “Panji mana ya ?”tanya Bella tiba-tiba.
              “Tadi aku liat dia lagi ngobrol sama temen-temennya.” jawabku cuek.
  “Tau gak Rin.Dia akhir-akhir ini banyak menghindar gara-gara abis ngungkapin perasaannya sama kamu,” cerita Bella padaku.
  “Ya,aku udah ngerti.Udah lah Bel,jangan bahas itu dulu,” ucapku sambil menguap lebar karena mengantuk.
              “Kamu ngantuk ya Rin?”tanya Bella padaku.
              “Ya,ngantuk banget aku Bel,” jawabku sambil mengusap kedua mataku.
              Pandanganku tiba-tiba mengarah kearah temen-temen.Iiih..nyebelin.
Semuanya pacaran.Menikmati suasana kapal dengan pasangannya masing-masing.Hanya aku yang cuma bisa mengkhayal. Siapa yang akan menemaniku dalam suasana kayak gini? Gak ada.Panji? Gengsi untuk mengajaknya.Toh dia juga gak peduli denganku.Cuek dan gak ada niat untuk ngajak ngobrol.
  “Gimana ya kalau dalam suasana kayak gini.Disampingku ada Eza.Aaa..mimpi..” ucapku tiba-tiba.
              “Eza ? Kejauhan Rin.Ajak Panji aja.Aku panggil ya.” ujar Bella padaku.
  “Jangan Bel,gak usah.Aku lebih baik mengkhayal aja.Disampingku ada Eza,ngobrol berdua.Aaa…so sweet..” ujarku sambil tersenyum gak jelas.
              “Khayalan kamu terlalu tinggi Rin,hati-hati nanti jatuhnya sakit lho,”goda Bella lagi.
              Aku gak peduli,Aku terus mengkhayal dan mengkhayal.Ya, orang jatuh cinta emang sejuta rasanya . 

****

              Bali adalah pulau yang indah.Keindahan alamnya begitu menakjubkan.Semua orang yang pergi dan berlibur ke Bali akan merasa nyaman dan terpesona dengan keelokannya.Tak terkecuali aku.Pertama kali menginjak Pulau Bali, kesan yang pertama aku dapat yaitu Fantastic ! Ketakjuban akan karunia Tuhan yang menganugerahkan suatu pulau yang begitu indah, penuh dengan keindahan alamnya.
              “Karin..” teriak Bella membuyarkan lamunan panjangku.
              “Apaan sih.Kaget tau..” ucapku cemberut.
              “Udah sampai sayang, ayo turun..” ajak Bella menarik tanganku.
              Aku mengikuti Bella. Selama berlibur ke Bali, aku semakin dekat dengan Panji. Aku nggak mengerti dengan perasaanku. Menganggap Panji sebagai sahabat atau ini sikapku untuk menghargai perasaannya.

“Semakin aku dekat dengannya, semakin aku tak mengerti apa yang sedang aku rasain. Berikan aku petunjukmu Tuhan ..

****
              “Bel, tanda-tanda orang jatuh cinta itu apa ?” tanyaku saat berada di kamar hotel.
  “ Masa kamu gak tau. Lha dulu kamu ngerasainnya sama DIA gimana ?” Bella balik bertanya.
              “Lupa aku.Cepetan jawab Bel…” sahutku memaksa.
  “Biasanya kalau orang jatuh cinta itu selalu deg-degan kalau ketemu, terus nervous, selalu mikirin dia,kebayang-bayang mukanya,tingkah lakunya dan terus hati kita merasakan suatu perasaan yang sulit untuk dijelaskan..” jawab Bella sambil tersenyum.
  Aku diam sejenak.Merenungi kata-kata Bella kemudian senyum-senyum sendiri.
“Kamu jatuh cinta sama sapa Rin ?”tanya Bella penasaran.
“Aku ? Gak kok.Aku gak jatuh cinta cuma nanya aja, biasalah Miss Geje,” jawabku sambil tertawa.
“Kamu gak usah bohong Rin.Aku tau kamu jatuh cinta sama Panji kan ?” tebak Bella mengejutkanku.
“Aah.. gak kok.” jawabku gugup.
“Bohong kamu.Apa kamu udah gak nganggap aku lagi sebagai sahabat,sampai kamu gak mau cerita kayak gini,” ucap Bella sedih.
              Kemudian aku bercerita tentang sikapku terhadap Panji. Bella menanggapinya dengan serius dan mencoba menganalisa semuanya. Menurut Bella aku jatuh cinta dengan Panji tapi kenapa hatiku masih bingung untuk mengakui hal itu.

****

              Setelah empat hari berlibur ke Bali, sudah saatnya kita pulang. Berat untuk meninggalkan pulau dewata ini  tapi tempat kita bukan disini.
              Hal yang mengesankan buatku dan sulit untuk dilupakan yaitu saat berada di kapal. Pertama kali aku mengalami hal seperti itu.
  “Rin, kamu kok diem aja sih ?” tanya Bella yang berdiri disampingku saat menaiki kapal menuju ke Pulau Jawa.
              “Gapapa kok Bel, capek aku.” jawabku sambil memandang lautan.
  Bella kemudian terdiam. Dengan isyarat,dia memanggil Panji yang berada agak jauh dari  tempat kita berdiri.
              “Hai Rin… “ sapa Panji sambil berdiri disampingku.
              “Hai juga Nji..” balasku sambil tersenyum.
              Aku ngobrol dengan Panji selama perjalanan. Deg-degan terus yang aku rasain. Suasananya sungguh berbeda saat dekat dengan Panji sebelum dia ngungkapin perasaannya.
              “Eh Bel, Panji sama Karin pacaran ya ?” tanya seorang temenku.
  “Gak kok.Mereka kan bersahabat ,jadi wajar kalau mereka deket kayak gitu,” jawab Bella santai.
  “Tapi raut wajah mereka berdua beda Bel.Kayak orang pacaran. Kelihatan lho dari tatapan satu sama lain,” sahut temenku sok tau.
              “Hala… sok tau kamu,” ujar Bella tertawa.
              Ya Tuhan, aku gak pengen suasana kayak gini cepat berakhir. Aku pengen perjalanan menyeberangi lautan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Kenapa harus sesingkat ini sih. Kapan peristiwa bersejarah buat hidupku terulang lagi ?? Mimpi…. !

****
              Sesampainya di rumah, aku segera membanting tubuhku ke tempat tidur.Hu.. kangen tempat tidur kesayangan karena setiap aku menangis atau pun bahagia,selalu menumpahkannya di atas tempat tidur dengan si Micki, boneka anjing yang menjadi tempat curhatku selain Bella. Aneh.. curhat sama boneka ? tapi why not ? Yang penting aku menikmatinya dan setelah aku menceritakan semuanya, aku jadi lega. :-D
              Sepulang aku dari Bali, aku semakin dekat dengan Panji. Temen-temenku semua menyangka kalau aku jadian sama Panji.
              Pada suatu hari, aku sama Bella berjalan-jalan di taman deket rumah Bella. Gak sengaja aku melihat Eza jalan-jalan juga. Iiihh... gak nyangka deh.
              “Rin, kamu kenapa ?”tanya Bella tiba-tiba.
              “Bel, ada Eza tuh.” jawabku sambil menatap Eza.
              “Kok kebetulan banget ya. Aku sapa ya ?” ucap Bella kemudian.
  “Jangan Bel.Malu-maluin deh kamu. Emang Eza tau kita? Gak kan,,” ucapku menahan Bella agar tidak menyapa Eza.
“Sebenernya kamu suka sama siapa sih Rin.Panji apa Eza ?”tanya Bella padaku.
“Eza..” jawabku tertawa.
“What ? Panji gimana ?” ucap Bella kaget.
“Ya gak lah Bel.Bercanda tau. Aku cuma ngefans aja sama Eza.Abis cakep sih, kelihatannya juga baik hati, gak sombong dan penyayang. Tapi kalau memberi harapannya ya sama Panji lah..” perjelasku pada Bella.
“Oke..oke..” sahut Bella kemudian.
              Aku tetap memperhatikan Eza.Mungkinkah aku bisa dekat dan mengenalnya lebih jauh? Itu semua mimpi. Eza gak kenal sama aku, walaupun aku berani sms dia, tapi tetep aja itu semua gak mungkin terjadi.Terlalu jauh aku berharap. 
  “Eh Bel,Panji kok gak nembak-nembak sih?” tanyaku pada Bella yang terlihat diam membisu.
              “Dia masih mikir Karin,”jawab Bella sambil minum.
              “Mikir apaan emang?” tanyaku lagi.
  “Dia pengen membuktikan ke kamu kalau dia bener-bener serius sama kamu,walaupun dia udah mengubah sikapnya tapi dia pengen ngebuktiin lagi,” jawab Bella menjelaskan semuanya.
“Pasti so sweet jadinya kalau pake bukti.Emang bener ya.Aku butuh bukti, aku gak mau dia hanya bisa ngomong aja gak ada bukti sama sekali. Aku takut disakiti Bel,,” sahutku sedih.
“Insya Allah Panji gak akan ngecewain dan nyakiti kamu Rin.Aku tau Panji,” ujar Bella menenangkanku.
“Amin…” sahutku pelan.

****

              Sepulang dari taman, aku bergegas menyiapkan makan siang untukku sendiri sambil mendengarkan radio karena hari ini jadwalnya Panji.
  “Untuk pendengar setia radio suara remaja, kali ini akan ada lagu yang akan menemani aktivitas kalian semua.Ya, lagu ini juga menggambarkan perasaan di dalam hatiku.” ucap Panji sambil memutar sebuah lagu.
              Lagu yang diputar Panji adalah sebuah lagu yang menggambarkan bahwa seseorang akan menyatakan cintanya. Seseorang yang gak mau terus-menerus memendam perasaan cintanya.Akankah Panji akan nembak seseorang ? Tapi siapa? Akankah itu aku.Karina Putri ? Ya Tuhan,semoga saja hal itu benar adanya. Aku akan terus menanti sampai dia menyatakan cinta seperti lagu tersebut agar aku bisa menghargai perasaannya untukku 
              “Rin,di sekolah besok kan gak ada pelajaran buat kita kelas XII. Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu di taman depan sekolah.Bisa ?” ajak Panji di telpon.
              “Ngomong apaan Nji?” tanyaku balik.
  “Besok kamu juga tau.Gimana,mau gak?” jawab Panji sambil mengulang pertanyaannya.
              “Mau Nji..” jawabku singkat.
              “Makasih sayang..” sahut Panji sambil menutup telponnya.
              “Panji mau ngomong apa ya ?” batinku dalam hati.
              Hanya Tuhan dan Panji jua lah yang mengetahui. Aku hanya bisa menunggu sampai hari esok datang.

****
              Keesokan harinya, aku dan Bella pergi ke taman. Tapi di taman gak ada siapa-siapa. Kemana Panji ?
              “Bel, aku deg-degan…” ucapku pada Bella.
  “Tenang aja Rin.Kamu pasti akan mendapatkan kebahagiaan dengan Panji,” ujar Bella menenangkanku.
              “Panas dingin Bel,sumpah..” ujarku lagi.
              Dari kejauhan,terlihat Panji datang bersama temannya. Aduh, rasanya aku pengen pingsan.Aku gak pernah ngerasain hal yang seperti ini. Begitu menyiksaku, tapi aku gak bisa menunggu terlalu lama.
              Panji mendekat. Bella menjauhiku dan ngobrol dengan temennya Panji. Panji kemudian duduk disebelahku.Ya Tuhan, kuatkan aku…..
              “Rin, aku pengen ngomong..” ucap Panji kemudian.
              “Ngomong apa Nji?” tanyaku tanpa menatap matanya.
  “Rin,mungkin aku udah ngungkapin ini semua dulu sama kamu.Tapi aku akan mengungkapkannya lagi dan dengan bukti,” jawab Panji sambil menatapku.
              Tapi aku gak berani untuk menatap matanya. Perasaanku bener-bener kacau.
  “Karin, aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu.Aku bener-bener serius dan pengen jadi pacar kamu.Kamu mau gak jadi pacar aku? Please Karin..” ucapnya sambil berlutut dihadapanku.
  “Aduh..Panji.Jangan kayak gini.Bangun Nji…” ucapku menyuruh Panji duduk lagi disebelahku. Tapi Panji menolak hal itu.
  “Panji, aku mau kok jadi pacar kamu,” ucapku sambil tersenyum.
              “Makasih ya Karin. Aku mau nanya satu hal sama kamu,” ucap Panji padaku.
              “Nanya apa Nji?” tanyaku pengen tau.
              “Apa kamu belum bisa ngelupain Radit?? “ ucap Panji mengejutkanku.
              Aku terdiam. Aku bingung.
  “Kalau kamu gak bisa lupain DIA, aku pengen bantu kamu Rin.Aku akan membantu kamu untuk ngelupain Radit…” ucap Panji sambil memegang tanganku.
  “Panji.Aku udah bisa lupain Radit. Buktinya aku gak nangis saat kamu nyebut nama itu. Di hatiku udah gak ada kesedihan lagi Nji.” ujarku tersenyum.
Panji pun tersenyum. Dia kemudian berpikir sejurus.
“Karin, aku mau buktiin ke kamu kalau aku bener-bener serius sama kamu,” ucap Panji kemudian.
“Bukti apa Nji ?” tanyaku pengen tau.
              Panji kemudian berpikir. Dari tatapan dan raut wajahnya jelas dia tampak ragu-ragu untuk membuktikannya. Kenapa ya ? Apa yang akan dia buktikan sampai-sampai dia ragu? Apa dia terpaksa akan melakukannya.Karin..karin… Tetap positif thinking sama Panji.
              Panji mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan sebuah korek api. Untuk apa? Apa dia mau membakar sesuatu..?
  “Karin, aku mau buktiin sama kamu.” ucap Panji sambil menyalakan korek api itu dan mencoba membakar tangannya.
              “Aduh..Panji.Kamu ngapain sih ? Stop..stop..” ujarku panik melihat Panji kesakitan.
  “Aku mau buktiin ke kamu Rin kalau aku bener-bener sayang sama kamu,” sahut Panji padaku.
  “Tapi gak harus menyakiti diri sendiri kan.Stop Panji.Aku udah percaya sama kamu.” ucapku sambil mengambil korek api dari tangan Panji.
              Aku dan Panji terdiam sesaat. Begitu nekatnya Panji ngelakuin kayak gitu. Hufft… Bikin panik aja.Untung Panji gak kenapa-kenapa..
              “Karin, aku gak mau ngecewain kamu. Aku tau kamu benci sama yang namanya rokok. Aku udah gak ngerokok lagi. Aku udah gak gitu lagi Rin,itu semua demi kamu. Untuk membuktikannya aku berjanji demi kamu aku gak akan merokok lagi. Bella dan temen-temenku adalah saksinya..” ucap Panji padaku.
              Aku bingung. Kenapa Panji tiba-tiba berjanji kayak gitu ? Aku emang gak suka yang namanya rokok, tapi aku gak mau mengubah kebiasaan seseorang.
              “Gak usah janji Panji. Aku percaya kok.” ucapku sambil tersenyum.
              “Aku gak mau ngecewain kamu sayang..” ucap Panji lagi sambil memegang tanganku.
              Aku tersenyum bahagia.Akhirnya, hubungan baru antara aku dan Panji siap di mulai..

****
              Tak terasa hubunganku dan Panji udah berjalan dua minggu. Sampai detik ini aku masih merasakan kebahagiaan bersama Panji. Walaupun nantinya pasti masalah akan selalu datang menghampiri. Nama Eza tetap ada dalam pikiran dan hatiku. Aku nggak ngerti kenapa aku tetap memikirkan dia ? Ya Tuhan ..

“Walaupun kau disana dan aku disini… Hatiku tetap untukmu. Aku tetap mencintaimu. Aku bener-bener mencintai kamu. Kau pemilik hatiku.Kau pujaan hatiku. Aku mencintai kamu apa adanya.Kelebihan dan kekurangan kamu menjadi bagian dari cinta itu. Hanya kamu yang bisa membuatku menjadi seperti ini.Hanya kamu…”

****

              Pengumuman kelulusan membuat semua siswa kelas XII bahagia.Betapa tidak? Kita semua lulus tanpa ada yang tertinggal. Kebahagiaan tersirat dari wajah temen-temenku, termasuk aku. Aku akan melanjutkan ke perguruan tinggi.Aku akan belajar dan belajar agar cita-citaku selama ini bisa tercapai.Amin..
  “Karin,kamu mau ngelanjutin kemana?” tanya Panji saat makan-makan di kantin sekolah.
              “Ngelanjutin ke Universitas Panca Citra,” jawabku sambil tersenyum.
              Panji terdiam.
              “Kenapa kamu Nji? Kok kayaknya gak seneng gitu,” tanyaku sambil menatap Panji.
  “Karin sayang,maaf ya.Aku ngga kuliah di Universitas itu.Gapapa kan kalau kita gak satu kampus?” ucap Panji padaku.
  “Oh.. Ya,gapapa kok Nji.Walaupun sebenernya aku pengen satu kampus sama kamu, tapi mau gimana lagi. Gapapa kok, kita kan bisa ketemuan kalau ada waktu luang,” ujarku sedikit kecewa.
“Beneran gapapa?” tanya Panji kurang percaya.
“Gapapa sayang,” jawabku sambil tersenyum manja.
              Panji tersenyum.Dia memegang tanganku erat. Sesaat aku terdiam.Ada guncangan hebat di hatiku yang aku rasain sekarang.
              “Karin…..” teriak Bella dibelakangku.
              “Aduh Bel, seneng ya bikin orang jantungan,” ucapku sedikit terkejut.
  “Hehehehe..Maaf Karin sayang. Ini ada brosur pendaftaran mahasiswa baru Universitas Panca Citra,” ucap Bella sambil memberikan selembar brosur padaku.
              “Kapan kita daftar Bel ?” tanyaku pada Bella.
              “Up to you…” jawab Bella singkat.
              “Besok yuk Bel,” ajakku pada Bella.
              Bella mengangguk setuju.

****
              Beberapa minggu setelah aku mendaftar jadi mahasiswa di kampus, aku ketemuan dengan Panji di salah satu kafe deket kampus. Ternyata Panji kuliah di kampus yang jaraknya jauh dari kampusku. Huft.. tak apalah.Jarak bukanlah pengekang suatu hubungan,melainkan suatu tantangan untuk hubunganku.Sanggup apa gak aku menjalani hubungan jarak jauh dan di tempat yang berbeda itu pasti ada orang-orang baru juga. Selalu positif thinking walaupun hati khawatir.Ya,,mencoba sabar dan selalu percaya pada Panji.Aku yakin Panji pasti ngelakuin hal yang sama kayak aku.Insya Allah.. 
              Back to the point. Saat aku dan Panji makan, Bella datang bersama temennya. Mereka gabung dengan kita dan makan siang pun jadi rame karena adanya Bella.
              “Bel,lihat handphonemu dong,” ucap Panji meminta handphonenya Bella.
              Bella menyerahkan handphonenya pada Panji. Aku pun memperhatikan Panji.Sesaat raut wajahnya berubah, seperti mau marah.Kenapa ya? Tiba-tiba aku sadar akan sesuatu.
              “Panji. Mana handphonenya Bella,” ucapku sambil merebut handphonenya.
              “Bentar.Aku liat dulu,” bentaknya padaku.
              Ya Tuhan. Aku baru sadar.Kemarin aku smsan sama Bella.Aku cerita kalau ada seorang cowok kenalanku yang juga daftar jadi mahasiswa di kampus Panca Citra, dia pengen tau aku dan aku pun juga pengen tau dia.Hanya sekedar pengen tau dan untuk nambah temen.Selain itu aku juga curhat dengan Bella kalau Panji itu sangat terbuka denganku,meskipun keterbukaannya bikin aku sedih tapi aku seneng dia terbuka ke aku. Aku takut Panji salah paham dengan semua itu.
              “Panji siniin handphonenya Bella,” bentakku pada Panji.
              Panji menyerahkan handphone dengan kasarnya. Kemudian dia berubah menjadi pendiam dan cuek denganku.Ya,bener dugaanku.Panji salah paham. 
              “Panji,dengerin penjelasanku dulu..” ucapku pada Panji.
              “Eh, aku pulang dulu ya semua..” ujarnya cuek.
              “Panji…” teriakku lagi.
              Panji gak memperdulikanku dan dia langsung pulang. Aku pun pulang ke rumah dengan perasaan sedih. Aku mencoba menelpon Panji, tapi gak aktif. Aku mencoba telpon ke temen-temennya tapi gak bisa.Aduh,, aku takut Panji salah paham. Aku takut Panji  gak mau percaya sama aku.
              “Udah dong Rin,jangan nangis terus.. “ hibur Bella saat aku berada di rumahnya.
              “Bel,aku takut Panji gak percaya sama aku.” ucapku sambil terus menangis.
  “Ya tapi jangan nangis terus.Liat tuh mata kamu bengkak,” ucap Bella sambil menghapus airmataku.
  “Bel,nanti malem aku tidur di rumah kamu ya. Aku takut pulang.Nanti ditanyain lagi kenapa mataku kok bisa jadi bengkak,” pintaku pada Bella.
“Ya Karin.Boleh kok,” ucap Bella setuju.
              Aku menghabiskan waktu dengan menangis dan menangis. Bella gak sampai hati melihatku seperti ini.
“Coba kamu telpon Panji lagi,” ucap Bella memberi saran.
              Aku mengangguk.Kali ini, handphone Panji udah aktif namun dia gak mau ngangkat teleponku.Tetapi aku gak menyerah.Kalau Panji gak mau ngangkat teleponku, aku harus nyari cara lain. Aku jelaskan pada Panji lewat sms.Ya,walaupun hasilnya sama aja.Panji gak ngerespons sama sekali. 
              “Sabar ya Karin.Besok kita jelaskan sama Panji,” hibur Bella lagi.
              Semalaman aku gak bisa tidur gara-gara mikirin Panji. Airmata ini tetap mengalir pelan.
  “Rin,udah jam dua belas.Kamu harus tidur Karin,” ucap Bella terbangun dari tidurnya.
              “Nanti aku pasti tidur Bel.” ucapku sambil terus menangis.
  “Tapi kamu nangis udah dari tadi sore Rin.Nanti kering lho airmata kamu.Udah,ayo tidur..” ajak Bella padaku.
              Aku pun menurut.Namun mata ini seakan menolak untuk terpejam.

****
              Keesokan harinya, aku dan Bella pergi ke kampus untuk mendaftar. Temen-temen semua bertanya padaku.
  “Karin,kenapa mata kamu itu ? Kamu habis nangis ya ? Hayo,nangis karena Panji ya? Ngaku deh Rin.Tenang Rin,nanti Panji aku marahi deh karena udah buat kamu nangis,” ucap salah seorang temenku. Ya, temenku yang satu ini terkenal cerewet,jadi maklumlah kalau dia nanyanya panjang kayak kereta.
“Gak kok.Habis digigit semut semalem.” jawabku spontan. Gak nyambung sih.Mana ada digigit semut dimata. Ada-ada aja…
              Temenku keheranan dan bingung. Untung Panji datang dengan temen-temennya, kalau gak pasti dia nanya terus sama aku.
“Rin, kamu harus jelasin sama Panji,” bisik Bella padaku.
              Aku bingung. Apa yang harus aku jelasin sama Panji. Ya Tuhan, aku terlalu lemah untuk menjelaskan semuanya. Aku takut Panji gak percaya sama aku. Panji mendekatiku. Aku hanya terdiam. Tapi di hati kecilku ini aku menangis saat dekat dengan Panji. Akankah kedekatan ini akan berakhir begitu saja? 
              Aku mencoba menjelaskan semuanya dengan perasaan gak karuan. Aku takut Panji gak percaya dengan penjelasanku ini.
              “Ya, aku percaya kok.” ucap Panji setelah mendengar penjelasanku.Aku tersenyum. Namun dari tatapan matanya aku yakin Panji masih belum percaya. Resiko yang harus aku hadapi… 
              Tiba-tiba Panji pulang, tanpa mengucap satu kata pun dia melangkah pergi. Aku hanya bisa menatap kepergiannya. Semakin dia melangkah jauh, semakin aku takut untuk kehilangan dia.
              “Karin,,” ucap Bella membuyarkan lamunanku.
              “Kenapa Bel ?” tanyaku pada Bella.
              “Aku mau ke kantin bentar ya. Kamu ikut gak ?” jawab Bella mengajakku.
              “Ngga Bel.Aku nunggu disini aja,” ucapku sambil duduk.
              Bella pergi. Aku sendiri duduk menatap kepergian Bella. Tiba-tiba tatapanku terpaku pada seseorang. Ya, seseorang yang mempunyai tatapan maut.
              “Eza..” ucapku sedikit berteriak.
              Tiba-tiba raut wajahku yang semula muram menjadi ceria. Kenapa Eza bisa mengubah moodku ya ? Eza sedang berdiri sambil ngobrol dengan temennya. Tapi kenapa tatapan Eza dari tadi mengarah padaku ? Apa mungkin dia memandangku ? Bermacam-macam dugaan ada dipikiranku. Tapi tatapan Eza bener-bener mengarah padaku. Aku menengok ke kanan dan ke kiri. Gak ada siapa-siapa. Hanya ada aku.
Ha…..Jadi tatapan Eza emang buat aku. Ya Tuhan, senengnya… :D Tapi aku takut kalau nantinya perasaan kagumku ke Eza berubah menjadi perasaan cinta karena kebiasaan bertemu. Aku takut …

****

              Setelah daftar dan melalui berbagai macam tes, akhirnya lolos juga menjadi mahasiswi di sini. Tapi masa ospek belum terlewati. Semoga saja ospek di kampus ini gak separah ospek di kampus lain.
  “Untuk calon mahasiswa-mahasiswi Universitas Panca Citra. Hari senin besok kalian akan melalui masa ospek. Diharapkan untuk kalian semua, tidak ada yang melanggar peraturan dari senior-senior kalian.Mengerti .. !!!” ucap kakak senior yang mendampingi kita melalui masa ospek.
              “Mengerti..” ucap kami semua.
              Dari kejauhan terlihat Eza berjalan menghampiri teman-temannya. Sebenernya, orang yang mendukung aku masuk ke kampus ini adalah Eza. Seneng deh aku.. Hehehe..:D
Aku bisa bertemu Eza setiap hari, memandangnya dan memperhatikannya. Eiitz,,aku udah punya Panji. Tapi Panjinya kayak gitu sama aku. Dia sekarang udah berubah. Semakin membuatku jauh darinya.

*****

              Hari Pertama Ospek. Melelahkan.Setiap hari selalu apel pagi.Tapi aku seneng karena aku ketemu Eza terus.
              “Rin, inget kamu udah punya Panji.” ucap Bella padaku.
  “Ya, aku inget kok.Apa salahnya aku mengagumi seseorang. Siapa tau juga Panji disana mengagumi orang lain.” ujarku pada Bella.
  “Ya, sebelum janur kuning melengkung, kamu bebas mengagumi seseorang. Tapi inget.Jangan sampai terlalu berlebihan mengaguminya.Pikirin juga perasaannya Panji.” Nasihat Bella padaku.
  “Pasti lah.. Kalau Panji bisa menjaga perasaanku, aku juga pasti akan menjaga perasaannya.” sahutku tersenyum.
              Kemudian aku dan Bella masuk ruangan. Kegiatan-kegiatan ospek kita jalani dengan sukacita. Eza selalu terlihat olehku. Kemanapun dia pergi dan melangkah, aku selalu bisa memperhatikannya. Terkadang sampai senyum-senyum gak jelas. Ya Tuhan apa yang terjadi dengan hatiku ? Perasaan yang berbeda dari rasa kagum biasa.
              Pada saat pemeriksaan perlengkapan ospek di ruanganku, hanya aku satu-satunya mahasiswi yang tidak kena hukuman.Gak nyangka.Padahal, aku asal-asalan buat perlengkapan itu.
              “Hanya satu orang ini.. ?”tanya kakak senior padaku.
              Aku mengangguk bangga.
              Kemudian dari kejauhan, terlihat Eza berjalan melewati ruanganku. Kakak senior itu ngobrol sebentar dengan Eza, tiba-tiba Eza masuk ke ruanganku yang pada saat itu hanya ada aku seorang.
              “ Gak kena hukuman ya kamu?” tanya Eza padaku.
              “iiya…” jawabku gugup. Pertama kali ngobrol dengan Eza. Wiiii….
              “Hebat..hebat…” ucapnya lagi.
              Aku hanya tersenyum.
              “Oh ini ya yang namanya Karin itu,” ucap Eza tiba-tiba.
              “Ya kak…Hhehhe…” sahutku singkat.
              Kemudian aku ngobrol sebentar dengan Eza.

*****
To be Continued :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar