“Anak-anakku
sekalian. Ujian telah kalian lalui. Sekarang tinggal do’a yang harus kalian
panjatkan agar kalian semua bisa lulus dengan nilai yang memuaskan,” ucap Pak
Jodi, guru paling killer di sekolah saat menyampaikan amanat upacara.
“Untuk
meninggalkan kesan yang tak terlupakan, sekolah kita akan mengadakan karyawisata
ke Pulau Bali,” lanjutnya lagi.
Spontan
semua siswa kelas XII bersorak senang. Hal yang dinantikan selama tiga tahun,
karena dengan adanya kesempatan karyawisata kita akan menghabiskan waktu lebih
banyak dengan teman dan guru sebelum melepas seragam putih abu-abu.
“Ke
Bali Rin,”teriak Bella kegirangan.
“Ya,tau..”jawabku
tak bersemangat.
“Kayaknya
kamu gak semangat gitu denger kita mau pergi ke Bali?”tanya Bella pengen tau.
“Bukannya
gak seneng Bel,tapi……”ucapku sambil memegang kepalaku.
Tiba-tiba
aku jatuh. Semua anak panik dan berusaha menolongku. Di tengah kerumunan orang
banyak,Panji datang dan membopongku.Dia membawaku ke UKS sekolah dan diikuti
oleh Bella dibelakangnya.
“Kok
bisa pingsan sih Bel ?”tanya Panji sambil melepas sepatuku.
“Karin
sejak kemarin gak enak badan Nji.Tadi sewaktu upacara dia sempat bilang ke aku
kalau dia gak sarapan,” jawab Bella sambil membersihkan keringat di keningku.
“Ada-ada
aja nih si Karin,,” ucap Panji menghela nafas dalam-dalam.
Setelah
agak lama,aku pun sadar.
“Karin,kamu
udah sadar.gimana keadaan kamu ?” tanya Panji mengkhawatirkan aku.
“Panji…. Bella mana?” tanyaku pada
Panji.
“Bella
ke ruang perpustakaan.Ngambil formulir pendaftaran karyawisata,” jawab Panji
menatapku.
Aku pun terdiam sesaat. Aku gak tau
harus bicara apa lagi dengan Panji.
“Oh ya Rin, kamu tadi pagi gak sarapan
kan ? Sini aku suapin..” ucap Panji sambil mengambil makanan yang sengaja
dibelinya untukku.
Aku
tak menjawab. Panji menyuapiku perlahan-lahan. Gak tau kenapa aku gak bisa untuk
menolaknya. Tatapan Panji seolah-olah menggambarkan perasaannya. Tatapan penuh
makna dan gak tau kenapa aku juga gak bisa untuk tidak membalas tatapannya.
“Panji,kamu
ikut ke Bali ?”tanyaku pada Panji.
“Hmm…
Gak tau Rin,masih mikir-mikir dulu,”jawab Panji padaku.
Apa
yang dipikir oleh Panji. Tinggal bilang ya atau tidak aja susah bener.Tapi
Panji pasti punya alasannya sendiri.
“Kalau
kamu Rin ?” tanyanya padaku.
“Ikut
lah..Aku sama Bella udah sepakat untuk ikut,” jawabku sambil tersenyum.
Setelah
Panji menyuapiku dan aku juga udah baikan, aku dan Panji kembali ke dalam
kelas. Di dalam kelas, Bella menghampiriku.
“Maaf
ya Rin, tadi waktu kamu sadar aku gak ada.Aku ke perpus ngambil formulir ini,”
ucap Bella minta maaf dan memberikanku selembar formulir.
“Ya,
gapapa kok Bel.Nyantai aja… Makasih ya tadi udah bawa aku ke UKS.” ujarku
berterima kasih.
“Rin,yang
bawa kamu ke UKS tadi tuh Panji. Dia tadi langsung bopong kamu terus nungguin
kamu sampai kamu sadar,” perjelas Bella.
“Panji….? Dia udah nolongin aku ?”
tanyaku untuk memperjelas semuanya.
“Ya Karin sayang. Panji kan cinta sama
kamu, ya pasti ditolongin lah kamunya,” jawab Bella tertawa.
Aku
hanya terdiam.Berpikir sejenak.Merenungi setiap hal yang dilakukan Panji
untukku. Akhirnya aku sadar,kalau Panji emang beneran serius sama aku.
****
“Rin..Karin…..”
teriak Bella memanggil namaku.
“Ya
Bel,tunggu sebentar..” ucapku setengah berteriak.
Dengan
cepat aku membawa tas ransel yang penuh dengan barang-barang bawaan. Ya, aku
dan temen-temen akan pergi ke Bali.Senengnya..
“Lambat
deh kamu..” ucap Bella saat melihat aku keluar kamar.
“Maaf
Bel… “ ucapku sambil tersenyum.
Aku
dan Bella pergi ke sekolah.Eiitsss… bukan untuk bersekolah tapi untuk memulai
keberangkatan ke Bali.Ngerti kan ?
“Panji
ikut gak ya ?” tanyaku pada Bella.
“Hayo….nyariin
Panji ya ?” jawab Bella tertawa.
“Apaan
sih! Panji kan temenku.Jadi wajar kan kalau aku nanyain dia,” ujarku sewot.
“Ya
deh,ya…” sahut Bella menghentikan perdebatan.
Sesampainya
di sekolah, ternyata semua siswa dan guru udah berkumpul di halaman depan.
Mereka sedang menunggu siswa yang belum hadir. Untung aku gak telat. Aku dan
Bella segera bergabung dengan teman yang lainnya.Tapi tiba-tiba pandanganku
mengarah ke semua anak cowok.
“Bel,Panji
kok gak ada ya ?”tanyaku mencari Panji.
“Belum
datang mungkin Rin,udah nyantai aja.” jawab Bella tanpa menoleh ke arahku.
Aku
tetap mencari Panji. Udah 30 menit berjalan. Bus untuk kita naiki juga udah siap.Tinggal
nunggu satu atau dua anak aja yang belum hadir.
“Bel,Panji
mana ya ? Dia tuh ikut apa gak sih ?” tanyaku kembali menanyakan tentang Panji.
“Katanya kemarin sih ikut,soalnya ada
kamu Rin.Tapi gak tau juga ..” jawab Bella tersenyum.
“Semoga aja dia emang bener-bener ikut,”
ucapku tanpa sadar.
“Hayo…kamu suka Panji ya ? Ngaku deh..”
tebak Bella mengejutkanku.
“Apaan sih Bel,ya gak lha..” bantahku
menta-menta.
“Yang bener? Terus maksudnya tadi apa
hayo..” ujar Bella lagi.
“Maksudku ya..Aku pengen Panji ikut
juga.Ya,cuma itu maksudku gak ada yang lain,” jawabku sambil berpikir untuk
mengalihkan topik pembicaraan.
“Halah….. Karin emang sulit untuk
mencoba jujur dengan perasaannya sendiri. Padahal sejak Panji mengungkapkan isi
hatinya, kamu tuh berubah Rin. Kamu selalu memperhatikan Panji, selalu nyariin
Panji dan yang sulit untuk dipungkiri adalah tatapanmu. “ perjelas Bella
menggodaku.
“Tatapanku kenapa ? Perasaan biasa aja
deh.” bantahku lagi.
“Tatapan seseorang bisa mengartikan
suatu perasaan..” ujar Bella sok ngerti.
Aku
segera meninggalkan Bella dan naik ke dalam bus saat aku melihat temen-temen
semua udah menaiki bus .
“Duh..Panji
ikut gak ya ? Semoga aja dia ikut.” batinku dalam hati.
Tiba-tiba
aku melihat dia berjalan mendekati bus dan memasukinya melalui pintu belakang.
Lega rasanya melihat dia. Akhirnya penantianku beberapa jam telah berlalu.Kenapa
aku punya perasaan kayak gini ya?
“Panji….”teriak
Bella yang duduk disebelahku.
“Apaan
Bel ?”tanya Panji setengah berteriak.
“Duduk
sini…” ajak Bella sambil menunjuk tempat duduk dibelakangku.
“Gak
deh.Itu udah ada yang nempatin.Aku disini aja.” jawabnya tersenyum.
“Oh
ya udah.Eh,dari tadi kamu dicariin sama …….” ucap Bella sambil melirikku.
“Apaan
sih kamu Bel,” ujarku sambil memukul Bella.
Panji
terlihat tersenyum.
****
Perjalanan
begitu menyenangkan. Kegembiraan terlihat dari raut wajah temen-temen. Gak ada
satu pun yang sedih.Semua bersuka cita.Perjalanan diisi dengan senda gurau,tawa
anak-anak SMA yang begitu khas. :D
Aku
dan Bella yang duduk satu bangku saling bercerita.Mengenai hal-hal yang gak
sempat kita bicarain di sekolah.
“Rin,
kamu masih inget gak ma cowok yang kamu tabrak waktu di Mall ?” tanya Bella
tiba-tiba mengingatkanku tentang Eza.
“Ya inget lah aku sama Eza.Emang kenapa
?”tanyaku tersenyum.
“Aku punya nomor handphonenya. Kemarin
aku kan pergi makan-makan sama kakak sepupuku.Lha ternyata kakakku itu temennya
Eza.Aku minta aja nomor hpnya. Aku bilang kalau ada temenku yang suka sama
Eza,” jawab Bella menjelaskan padaku.
“Mati aku…..” sahutku sambil menepuk
kening.
“Kenapa Rin ?”tanya Bella terkejut.
“Kakak kamu kan tau kalau aku temen
kamu.Pasti dia ngadu ke Eza nantinya,” jawabku takut.
“Gak mungkin. Percaya deh.” ucap Bella
menenangkanku.
“Ya,baiklah. Hmm..Aku boleh gak minta
nomor handphonenya.Please Bel…” pintaku pada Bella.
“Gimana ya?” sahut Bella menggodaku.
“Ayo lah Bel,please… Kamu gak kasihan
apa sama aku.Aku pengen deket sama Eza.Ya ya ya ?” rayuku lagi.
“Apa sih yang gak buat kamu sayang..”
ucap Bella tersenyum.
Bella
memberikanku nomor handphonenya Eza. Dengan cekatan aku langsung menyimpan dan
mencoba menelponnya.
“Kamu
ngapain Rin ?”tanya Bella terkejut melihatku menelpon seseorang.
“Lagi
nyoba buat nelpon si Eza,” jawabku santai.
“Bodoh
banget sih..” sahut Bella sambil mengambil handphoneku.
“Hey..kamu
apa-apaan sih Bel?”tanyaku setengah emosi.
“Kalau
kamu telpon.Kamu mau bilang apa ? Gak segampang itu untuk mendekati harus punya siasat.Bisa-bisa Eza mikir kamu
itu cewek yang suka godain cowok.Ngerti Rin ?”perjelas Bella padaku.
“Ngerti
non,” jawabku sambil mengambil handphoneku kembali. Aduh, kenapa aku nggak
mikirin hal itu. Hanya karena pengen deket sama Eza sampai sebodoh ini.
Kemudian
aku mengatur siasat dan aku mencoba mengirim sms ke Eza.Dalam rangka kenalan
sih.Hihihihi… Udah gak sabar aku buat mengenal sosok Eza lebih jauh lagi.
Ternyata
Eza membalas smsku. Dia membalasnya dengan santai.Sama sekali gak ada kesan
sombong. Tapi ditengah-tengah sms itu, dia gak ngerespons lagi smsku.
“Sebel
deh.Sms ku gak dibales sama Eza,” ucapku sedih.
“Besok
lagi Rin.Masih banyak waktu.Tenang aja..Yang penting kamu udah punya nomornya
Eza dan udah smsan kan,” hibur Bella padaku.
“Ya juga sih.”jawabku sambil tersenyum.
Gak
terasa perjalanan udah ditempuh beberapa jam. Sebentar lagi kita akan sampai di
pelabuhan dan artinya kita akan menaiki kapal untuk menyebrang ke Pulau Bali.
Di dalam kapal,aku hanya ngobrol berdua dengan Bella.Temen-temen semua
menikmati pemandangan malam.Ada yang pacaran, ada yang memotret ini itu dan
lain-lain.Bella dan aku hanya duduk berdua ditemani semilir angin malam yang
dingin.
“Panji
mana ya ?”tanya Bella tiba-tiba.
“Tadi
aku liat dia lagi ngobrol sama temen-temennya.” jawabku cuek.
“Tau
gak Rin.Dia akhir-akhir ini banyak menghindar gara-gara abis ngungkapin
perasaannya sama kamu,” cerita Bella padaku.
“Ya,aku
udah ngerti.Udah lah Bel,jangan bahas itu dulu,” ucapku sambil menguap lebar
karena mengantuk.
“Kamu
ngantuk ya Rin?”tanya Bella padaku.
“Ya,ngantuk
banget aku Bel,” jawabku sambil mengusap kedua mataku.
Pandanganku
tiba-tiba mengarah kearah temen-temen.Iiih..nyebelin.
Semuanya pacaran.Menikmati suasana kapal dengan
pasangannya masing-masing.Hanya aku yang cuma bisa mengkhayal. Siapa yang akan
menemaniku dalam suasana kayak gini? Gak ada.Panji? Gengsi untuk
mengajaknya.Toh dia juga gak peduli denganku.Cuek dan gak ada niat untuk ngajak
ngobrol.
“Gimana
ya kalau dalam suasana kayak gini.Disampingku ada Eza.Aaa..mimpi..” ucapku
tiba-tiba.
“Eza
? Kejauhan Rin.Ajak Panji aja.Aku panggil ya.” ujar Bella padaku.
“Jangan
Bel,gak usah.Aku lebih baik mengkhayal aja.Disampingku ada Eza,ngobrol berdua.Aaa…so
sweet..” ujarku sambil tersenyum gak jelas.
“Khayalan
kamu terlalu tinggi Rin,hati-hati nanti jatuhnya sakit lho,”goda Bella lagi.
Aku
gak peduli,Aku terus mengkhayal dan mengkhayal.Ya, orang jatuh cinta emang
sejuta rasanya .
****
Bali
adalah pulau yang indah.Keindahan alamnya begitu menakjubkan.Semua orang yang
pergi dan berlibur ke Bali akan merasa nyaman dan terpesona dengan
keelokannya.Tak terkecuali aku.Pertama kali menginjak Pulau Bali, kesan yang
pertama aku dapat yaitu Fantastic ! Ketakjuban akan karunia Tuhan yang
menganugerahkan suatu pulau yang begitu indah, penuh dengan keindahan alamnya.
“Karin..”
teriak Bella membuyarkan lamunan panjangku.
“Apaan
sih.Kaget tau..” ucapku cemberut.
“Udah
sampai sayang, ayo turun..” ajak Bella menarik tanganku.
Aku
mengikuti Bella. Selama berlibur ke Bali, aku semakin dekat dengan Panji. Aku
nggak mengerti dengan perasaanku. Menganggap Panji sebagai sahabat atau ini
sikapku untuk menghargai perasaannya.
“Semakin aku dekat dengannya, semakin aku tak mengerti
apa yang sedang aku rasain. Berikan aku petunjukmu Tuhan .. ”
****
“Bel,
tanda-tanda orang jatuh cinta itu apa ?” tanyaku saat berada di kamar hotel.
“
Masa kamu gak tau. Lha dulu kamu ngerasainnya sama DIA gimana ?” Bella balik
bertanya.
“Lupa
aku.Cepetan jawab Bel…” sahutku memaksa.
“Biasanya
kalau orang jatuh cinta itu selalu deg-degan kalau ketemu, terus nervous,
selalu mikirin dia,kebayang-bayang mukanya,tingkah lakunya dan terus hati kita
merasakan suatu perasaan yang sulit untuk dijelaskan..” jawab Bella sambil
tersenyum.
Aku
diam sejenak.Merenungi kata-kata Bella kemudian senyum-senyum sendiri.
“Kamu jatuh cinta sama sapa Rin ?”tanya Bella
penasaran.
“Aku ? Gak kok.Aku gak jatuh cinta cuma
nanya aja, biasalah Miss Geje,” jawabku sambil tertawa.
“Kamu gak usah bohong Rin.Aku tau kamu
jatuh cinta sama Panji kan ?” tebak Bella mengejutkanku.
“Aah.. gak kok.” jawabku gugup.
“Bohong kamu.Apa kamu udah gak nganggap
aku lagi sebagai sahabat,sampai kamu gak mau cerita kayak gini,” ucap Bella
sedih.
Kemudian
aku bercerita tentang sikapku terhadap Panji. Bella menanggapinya dengan serius
dan mencoba menganalisa semuanya. Menurut Bella aku jatuh cinta dengan Panji
tapi kenapa hatiku masih bingung untuk mengakui hal itu.
****
Setelah
empat hari berlibur ke Bali, sudah saatnya kita pulang. Berat untuk
meninggalkan pulau dewata ini tapi
tempat kita bukan disini.
Hal
yang mengesankan buatku dan sulit untuk dilupakan yaitu saat berada di kapal.
Pertama kali aku mengalami hal seperti itu.
“Rin,
kamu kok diem aja sih ?” tanya Bella yang berdiri disampingku saat menaiki
kapal menuju ke Pulau Jawa.
“Gapapa
kok Bel, capek aku.” jawabku sambil memandang lautan.
Bella
kemudian terdiam. Dengan isyarat,dia memanggil Panji yang berada agak jauh
dari tempat kita berdiri.
“Hai
Rin… “ sapa Panji sambil berdiri disampingku.
“Hai
juga Nji..” balasku sambil tersenyum.
Aku
ngobrol dengan Panji selama perjalanan. Deg-degan terus yang aku rasain.
Suasananya sungguh berbeda saat dekat dengan Panji sebelum dia ngungkapin
perasaannya.
“Eh
Bel, Panji sama Karin pacaran ya ?” tanya seorang temenku.
“Gak
kok.Mereka kan bersahabat ,jadi wajar kalau mereka deket kayak gitu,” jawab
Bella santai.
“Tapi
raut wajah mereka berdua beda Bel.Kayak orang pacaran. Kelihatan lho dari
tatapan satu sama lain,” sahut temenku sok tau.
“Hala…
sok tau kamu,” ujar Bella tertawa.
Ya
Tuhan, aku gak pengen suasana kayak gini cepat berakhir. Aku pengen perjalanan
menyeberangi lautan membutuhkan waktu lebih lama lagi. Kenapa harus sesingkat
ini sih. Kapan peristiwa bersejarah buat hidupku terulang lagi ?? Mimpi…. !
****
Sesampainya
di rumah, aku segera membanting tubuhku ke tempat tidur.Hu.. kangen tempat
tidur kesayangan karena setiap aku menangis atau pun bahagia,selalu
menumpahkannya di atas tempat tidur dengan si Micki, boneka anjing yang menjadi
tempat curhatku selain Bella. Aneh.. curhat sama boneka ? tapi why not ? Yang
penting aku menikmatinya dan setelah aku menceritakan semuanya, aku jadi lega.
:-D
Sepulang
aku dari Bali, aku semakin dekat dengan Panji. Temen-temenku semua menyangka
kalau aku jadian sama Panji.
Pada
suatu hari, aku sama Bella berjalan-jalan di taman deket rumah Bella. Gak
sengaja aku melihat Eza jalan-jalan juga. Iiihh... gak nyangka deh.
“Rin,
kamu kenapa ?”tanya Bella tiba-tiba.
“Bel,
ada Eza tuh.” jawabku sambil menatap Eza.
“Kok
kebetulan banget ya. Aku sapa ya ?” ucap Bella kemudian.
“Jangan
Bel.Malu-maluin deh kamu. Emang Eza tau kita? Gak kan,,” ucapku menahan Bella
agar tidak menyapa Eza.
“Sebenernya kamu suka sama siapa sih
Rin.Panji apa Eza ?”tanya Bella padaku.
“Eza..” jawabku tertawa.
“What ? Panji gimana ?” ucap Bella
kaget.
“Ya gak lah Bel.Bercanda tau. Aku cuma
ngefans aja sama Eza.Abis cakep sih, kelihatannya juga baik hati, gak sombong
dan penyayang. Tapi kalau memberi harapannya ya sama Panji lah..” perjelasku
pada Bella.
“Oke..oke..” sahut Bella kemudian.
Aku
tetap memperhatikan Eza.Mungkinkah aku bisa dekat dan mengenalnya lebih jauh?
Itu semua mimpi. Eza gak kenal sama aku, walaupun aku berani sms dia, tapi
tetep aja itu semua gak mungkin terjadi.Terlalu jauh aku berharap.
“Eh
Bel,Panji kok gak nembak-nembak sih?” tanyaku pada Bella yang terlihat diam
membisu.
“Dia
masih mikir Karin,”jawab Bella sambil minum.
“Mikir
apaan emang?” tanyaku lagi.
“Dia
pengen membuktikan ke kamu kalau dia bener-bener serius sama kamu,walaupun dia
udah mengubah sikapnya tapi dia pengen ngebuktiin lagi,” jawab Bella
menjelaskan semuanya.
“Pasti so sweet jadinya kalau pake
bukti.Emang bener ya.Aku butuh bukti, aku gak mau dia hanya bisa ngomong aja gak
ada bukti sama sekali. Aku takut disakiti Bel,,” sahutku sedih.
“Insya Allah Panji gak akan ngecewain
dan nyakiti kamu Rin.Aku tau Panji,” ujar Bella menenangkanku.
“Amin…” sahutku pelan.
****
Sepulang
dari taman, aku bergegas menyiapkan makan siang untukku sendiri sambil
mendengarkan radio karena hari ini jadwalnya Panji.
“Untuk
pendengar setia radio suara remaja, kali ini akan ada lagu yang akan menemani
aktivitas kalian semua.Ya, lagu ini juga menggambarkan perasaan di dalam
hatiku.” ucap Panji sambil memutar sebuah lagu.
Lagu
yang diputar Panji adalah sebuah lagu yang menggambarkan bahwa seseorang akan
menyatakan cintanya. Seseorang yang gak mau terus-menerus memendam perasaan
cintanya.Akankah Panji akan nembak seseorang ? Tapi siapa? Akankah itu
aku.Karina Putri ? Ya Tuhan,semoga saja hal itu benar adanya. Aku akan terus
menanti sampai dia menyatakan cinta seperti lagu tersebut agar aku bisa
menghargai perasaannya untukku
“Rin,di
sekolah besok kan gak ada pelajaran buat kita kelas XII. Aku pengen ngomong
sesuatu sama kamu di taman depan sekolah.Bisa ?” ajak Panji di telpon.
“Ngomong
apaan Nji?” tanyaku balik.
“Besok
kamu juga tau.Gimana,mau gak?” jawab Panji sambil mengulang pertanyaannya.
“Mau
Nji..” jawabku singkat.
“Makasih
sayang..” sahut Panji sambil menutup telponnya.
“Panji
mau ngomong apa ya ?” batinku dalam hati.
Hanya
Tuhan dan Panji jua lah yang mengetahui. Aku hanya bisa menunggu sampai hari
esok datang.
****
Keesokan
harinya, aku dan Bella pergi ke taman. Tapi di taman gak ada siapa-siapa.
Kemana Panji ?
“Bel,
aku deg-degan…” ucapku pada Bella.
“Tenang
aja Rin.Kamu pasti akan mendapatkan kebahagiaan dengan Panji,” ujar Bella
menenangkanku.
“Panas
dingin Bel,sumpah..” ujarku lagi.
Dari
kejauhan,terlihat Panji datang bersama temannya. Aduh, rasanya aku pengen
pingsan.Aku gak pernah ngerasain hal yang seperti ini. Begitu menyiksaku, tapi
aku gak bisa menunggu terlalu lama.
Panji
mendekat. Bella menjauhiku dan ngobrol dengan temennya Panji. Panji kemudian
duduk disebelahku.Ya Tuhan, kuatkan aku…..
“Rin,
aku pengen ngomong..” ucap Panji kemudian.
“Ngomong
apa Nji?” tanyaku tanpa menatap matanya.
“Rin,mungkin
aku udah ngungkapin ini semua dulu sama kamu.Tapi aku akan mengungkapkannya
lagi dan dengan bukti,” jawab Panji sambil menatapku.
Tapi
aku gak berani untuk menatap matanya. Perasaanku bener-bener kacau.
“Karin,
aku sayang sama kamu. Aku cinta sama kamu.Aku bener-bener serius dan pengen
jadi pacar kamu.Kamu mau gak jadi pacar aku? Please Karin..” ucapnya sambil
berlutut dihadapanku.
“Aduh..Panji.Jangan
kayak gini.Bangun Nji…” ucapku menyuruh Panji duduk lagi disebelahku. Tapi
Panji menolak hal itu.
“Panji,
aku mau kok jadi pacar kamu,” ucapku sambil tersenyum.
“Makasih
ya Karin. Aku mau nanya satu hal sama kamu,” ucap Panji padaku.
“Nanya
apa Nji?” tanyaku pengen tau.
“Apa
kamu belum bisa ngelupain Radit?? “ ucap Panji mengejutkanku.
Aku
terdiam. Aku bingung.
“Kalau
kamu gak bisa lupain DIA, aku pengen bantu kamu Rin.Aku akan membantu kamu
untuk ngelupain Radit…” ucap Panji sambil memegang tanganku.
“Panji.Aku
udah bisa lupain Radit. Buktinya aku gak nangis saat kamu nyebut nama itu. Di
hatiku udah gak ada kesedihan lagi Nji.” ujarku tersenyum.
Panji pun tersenyum. Dia kemudian
berpikir sejurus.
“Karin, aku mau buktiin ke kamu kalau
aku bener-bener serius sama kamu,” ucap Panji kemudian.
“Bukti apa Nji ?” tanyaku pengen tau.
Panji
kemudian berpikir. Dari tatapan dan raut wajahnya jelas dia tampak ragu-ragu
untuk membuktikannya. Kenapa ya ? Apa yang akan dia buktikan sampai-sampai dia
ragu? Apa dia terpaksa akan melakukannya.Karin..karin… Tetap positif thinking
sama Panji.
Panji
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan sebuah korek api.
Untuk apa? Apa dia mau membakar sesuatu..?
“Karin,
aku mau buktiin sama kamu.” ucap Panji sambil menyalakan korek api itu dan
mencoba membakar tangannya.
“Aduh..Panji.Kamu
ngapain sih ? Stop..stop..” ujarku panik melihat Panji kesakitan.
“Aku
mau buktiin ke kamu Rin kalau aku bener-bener sayang sama kamu,” sahut Panji
padaku.
“Tapi
gak harus menyakiti diri sendiri kan.Stop Panji.Aku udah percaya sama kamu.”
ucapku sambil mengambil korek api dari tangan Panji.
Aku
dan Panji terdiam sesaat. Begitu nekatnya Panji ngelakuin kayak gitu. Hufft…
Bikin panik aja.Untung Panji gak kenapa-kenapa..
“Karin,
aku gak mau ngecewain kamu. Aku tau kamu benci sama yang namanya rokok. Aku
udah gak ngerokok lagi. Aku udah gak gitu lagi Rin,itu semua demi kamu. Untuk
membuktikannya aku berjanji demi kamu aku gak akan merokok lagi. Bella dan
temen-temenku adalah saksinya..” ucap Panji padaku.
Aku
bingung. Kenapa Panji tiba-tiba berjanji kayak gitu ? Aku emang gak suka yang
namanya rokok, tapi aku gak mau mengubah kebiasaan seseorang.
“Gak
usah janji Panji. Aku percaya kok.” ucapku sambil tersenyum.
“Aku
gak mau ngecewain kamu sayang..” ucap Panji lagi sambil memegang tanganku.
Aku
tersenyum bahagia.Akhirnya, hubungan baru antara aku dan Panji siap di mulai..
****
Tak
terasa hubunganku dan Panji udah berjalan dua minggu. Sampai detik ini aku
masih merasakan kebahagiaan bersama Panji. Walaupun nantinya pasti masalah akan
selalu datang menghampiri. Nama Eza tetap ada dalam pikiran dan hatiku. Aku
nggak ngerti kenapa aku tetap memikirkan dia ? Ya Tuhan ..
“Walaupun kau disana dan aku disini… Hatiku tetap
untukmu. Aku tetap mencintaimu. Aku bener-bener mencintai kamu. Kau pemilik
hatiku.Kau pujaan hatiku. Aku mencintai kamu apa adanya.Kelebihan dan
kekurangan kamu menjadi bagian dari cinta itu. Hanya kamu yang bisa membuatku
menjadi seperti ini.Hanya kamu…”
****
Pengumuman
kelulusan membuat semua siswa kelas XII bahagia.Betapa tidak? Kita semua lulus
tanpa ada yang tertinggal. Kebahagiaan tersirat dari wajah temen-temenku,
termasuk aku. Aku akan melanjutkan ke perguruan tinggi.Aku akan belajar dan
belajar agar cita-citaku selama ini bisa tercapai.Amin..
“Karin,kamu
mau ngelanjutin kemana?” tanya Panji saat makan-makan di kantin sekolah.
“Ngelanjutin
ke Universitas Panca Citra,” jawabku sambil tersenyum.
Panji
terdiam.
“Kenapa
kamu Nji? Kok kayaknya gak seneng gitu,” tanyaku sambil menatap Panji.
“Karin
sayang,maaf ya.Aku ngga kuliah di Universitas itu.Gapapa kan kalau kita gak
satu kampus?” ucap Panji padaku.
“Oh..
Ya,gapapa kok Nji.Walaupun sebenernya aku pengen satu kampus sama kamu, tapi
mau gimana lagi. Gapapa kok, kita kan bisa ketemuan kalau ada waktu luang,”
ujarku sedikit kecewa.
“Beneran gapapa?” tanya Panji kurang
percaya.
“Gapapa sayang,” jawabku sambil tersenyum
manja.
Panji
tersenyum.Dia memegang tanganku erat. Sesaat aku terdiam.Ada guncangan hebat di
hatiku yang aku rasain sekarang.
“Karin…..”
teriak Bella dibelakangku.
“Aduh
Bel, seneng ya bikin orang jantungan,” ucapku sedikit terkejut.
“Hehehehe..Maaf
Karin sayang. Ini ada brosur pendaftaran mahasiswa baru Universitas Panca
Citra,” ucap Bella sambil memberikan selembar brosur padaku.
“Kapan
kita daftar Bel ?” tanyaku pada Bella.
“Up
to you…” jawab Bella singkat.
“Besok
yuk Bel,” ajakku pada Bella.
Bella
mengangguk setuju.
****
Beberapa
minggu setelah aku mendaftar jadi mahasiswa di kampus, aku ketemuan dengan
Panji di salah satu kafe deket kampus. Ternyata Panji kuliah di kampus yang
jaraknya jauh dari kampusku. Huft.. tak apalah.Jarak bukanlah pengekang suatu
hubungan,melainkan suatu tantangan untuk hubunganku.Sanggup apa gak aku
menjalani hubungan jarak jauh dan di tempat yang berbeda itu pasti ada
orang-orang baru juga. Selalu positif thinking walaupun hati
khawatir.Ya,,mencoba sabar dan selalu percaya pada Panji.Aku yakin Panji pasti
ngelakuin hal yang sama kayak aku.Insya Allah..
Back
to the point. Saat aku dan Panji makan, Bella datang bersama temennya. Mereka
gabung dengan kita dan makan siang pun jadi rame karena adanya Bella.
“Bel,lihat
handphonemu dong,” ucap Panji meminta handphonenya Bella.
Bella
menyerahkan handphonenya pada Panji. Aku pun memperhatikan Panji.Sesaat raut
wajahnya berubah, seperti mau marah.Kenapa ya? Tiba-tiba aku sadar akan
sesuatu.
“Panji.
Mana handphonenya Bella,” ucapku sambil merebut handphonenya.
“Bentar.Aku
liat dulu,” bentaknya padaku.
Ya
Tuhan. Aku baru sadar.Kemarin aku smsan sama Bella.Aku cerita kalau ada seorang
cowok kenalanku yang juga daftar jadi mahasiswa di kampus Panca Citra, dia
pengen tau aku dan aku pun juga pengen tau dia.Hanya sekedar pengen tau dan
untuk nambah temen.Selain itu aku juga curhat dengan Bella kalau Panji itu
sangat terbuka denganku,meskipun keterbukaannya bikin aku sedih tapi aku seneng
dia terbuka ke aku. Aku takut Panji salah paham dengan semua itu.
“Panji
siniin handphonenya Bella,” bentakku pada Panji.
Panji
menyerahkan handphone dengan kasarnya. Kemudian dia berubah menjadi pendiam dan
cuek denganku.Ya,bener dugaanku.Panji salah paham.
“Panji,dengerin
penjelasanku dulu..” ucapku pada Panji.
“Eh,
aku pulang dulu ya semua..” ujarnya cuek.
“Panji…”
teriakku lagi.
Panji
gak memperdulikanku dan dia langsung pulang. Aku pun pulang ke rumah dengan
perasaan sedih. Aku mencoba menelpon Panji, tapi gak aktif. Aku mencoba telpon
ke temen-temennya tapi gak bisa.Aduh,, aku takut Panji salah paham. Aku takut
Panji gak mau percaya sama aku.
“Udah
dong Rin,jangan nangis terus.. “ hibur Bella saat aku berada di rumahnya.
“Bel,aku
takut Panji gak percaya sama aku.” ucapku sambil terus menangis.
“Ya
tapi jangan nangis terus.Liat tuh mata kamu bengkak,” ucap Bella sambil
menghapus airmataku.
“Bel,nanti
malem aku tidur di rumah kamu ya. Aku takut pulang.Nanti ditanyain lagi kenapa
mataku kok bisa jadi bengkak,” pintaku pada Bella.
“Ya Karin.Boleh kok,” ucap Bella setuju.
Aku
menghabiskan waktu dengan menangis dan menangis. Bella gak sampai hati
melihatku seperti ini.
“Coba kamu telpon Panji lagi,” ucap
Bella memberi saran.
Aku
mengangguk.Kali ini, handphone Panji udah aktif namun dia gak mau ngangkat
teleponku.Tetapi aku gak menyerah.Kalau Panji gak mau ngangkat teleponku, aku
harus nyari cara lain. Aku jelaskan pada Panji lewat sms.Ya,walaupun hasilnya
sama aja.Panji gak ngerespons sama sekali.
“Sabar
ya Karin.Besok kita jelaskan sama Panji,” hibur Bella lagi.
Semalaman
aku gak bisa tidur gara-gara mikirin Panji. Airmata ini tetap mengalir pelan.
“Rin,udah
jam dua belas.Kamu harus tidur Karin,” ucap Bella terbangun dari tidurnya.
“Nanti
aku pasti tidur Bel.” ucapku sambil terus menangis.
“Tapi
kamu nangis udah dari tadi sore Rin.Nanti kering lho airmata kamu.Udah,ayo
tidur..” ajak Bella padaku.
Aku
pun menurut.Namun mata ini seakan menolak untuk terpejam.
****
Keesokan
harinya, aku dan Bella pergi ke kampus untuk mendaftar. Temen-temen semua
bertanya padaku.
“Karin,kenapa
mata kamu itu ? Kamu habis nangis ya ? Hayo,nangis karena Panji ya? Ngaku deh
Rin.Tenang Rin,nanti Panji aku marahi deh karena udah buat kamu nangis,” ucap
salah seorang temenku. Ya, temenku yang satu ini terkenal cerewet,jadi
maklumlah kalau dia nanyanya panjang kayak kereta.
“Gak kok.Habis digigit semut semalem.” jawabku
spontan. Gak nyambung sih.Mana ada digigit semut dimata. Ada-ada aja…
Temenku
keheranan dan bingung. Untung Panji datang dengan temen-temennya, kalau gak
pasti dia nanya terus sama aku.
“Rin, kamu harus jelasin sama Panji,”
bisik Bella padaku.
Aku
bingung. Apa yang harus aku jelasin sama Panji. Ya Tuhan, aku terlalu lemah
untuk menjelaskan semuanya. Aku takut Panji gak percaya sama aku. Panji
mendekatiku. Aku hanya terdiam. Tapi di hati kecilku ini aku menangis saat
dekat dengan Panji. Akankah kedekatan ini akan berakhir begitu saja?
Aku
mencoba menjelaskan semuanya dengan perasaan gak karuan. Aku takut Panji gak
percaya dengan penjelasanku ini.
“Ya,
aku percaya kok.” ucap Panji setelah mendengar penjelasanku.Aku tersenyum.
Namun dari tatapan matanya aku yakin Panji masih belum percaya. Resiko yang
harus aku hadapi…
Tiba-tiba
Panji pulang, tanpa mengucap satu kata pun dia melangkah pergi. Aku hanya bisa
menatap kepergiannya. Semakin dia melangkah jauh, semakin aku takut untuk
kehilangan dia.
“Karin,,”
ucap Bella membuyarkan lamunanku.
“Kenapa
Bel ?” tanyaku pada Bella.
“Aku
mau ke kantin bentar ya. Kamu ikut gak ?” jawab Bella mengajakku.
“Ngga
Bel.Aku nunggu disini aja,” ucapku sambil duduk.
Bella
pergi. Aku sendiri duduk menatap kepergian Bella. Tiba-tiba tatapanku terpaku
pada seseorang. Ya, seseorang yang mempunyai tatapan maut.
“Eza..”
ucapku sedikit berteriak.
Tiba-tiba
raut wajahku yang semula muram menjadi ceria. Kenapa Eza bisa mengubah moodku
ya ? Eza sedang berdiri sambil ngobrol dengan temennya. Tapi kenapa tatapan Eza
dari tadi mengarah padaku ? Apa mungkin dia memandangku ? Bermacam-macam dugaan
ada dipikiranku. Tapi tatapan Eza bener-bener mengarah padaku. Aku menengok ke
kanan dan ke kiri. Gak ada siapa-siapa. Hanya ada aku.
Ha…..Jadi tatapan Eza emang buat aku. Ya Tuhan,
senengnya… :D Tapi aku takut kalau nantinya perasaan kagumku ke Eza berubah
menjadi perasaan cinta karena kebiasaan bertemu. Aku takut …
****
Setelah
daftar dan melalui berbagai macam tes, akhirnya lolos juga menjadi mahasiswi di
sini. Tapi masa ospek belum terlewati. Semoga saja ospek di kampus ini gak
separah ospek di kampus lain.
“Untuk
calon mahasiswa-mahasiswi Universitas Panca Citra. Hari senin besok kalian akan
melalui masa ospek. Diharapkan untuk kalian semua, tidak ada yang melanggar
peraturan dari senior-senior kalian.Mengerti .. !!!” ucap kakak senior yang
mendampingi kita melalui masa ospek.
“Mengerti..”
ucap kami semua.
Dari
kejauhan terlihat Eza berjalan menghampiri teman-temannya. Sebenernya, orang
yang mendukung aku masuk ke kampus ini adalah Eza. Seneng deh aku.. Hehehe..:D
Aku bisa bertemu Eza setiap hari, memandangnya dan memperhatikannya. Eiitz,,aku udah punya Panji. Tapi Panjinya kayak gitu sama aku. Dia sekarang udah berubah. Semakin membuatku jauh darinya.
Aku bisa bertemu Eza setiap hari, memandangnya dan memperhatikannya. Eiitz,,aku udah punya Panji. Tapi Panjinya kayak gitu sama aku. Dia sekarang udah berubah. Semakin membuatku jauh darinya.
*****
Hari
Pertama Ospek. Melelahkan.Setiap hari selalu apel pagi.Tapi aku seneng karena
aku ketemu Eza terus.
“Rin,
inget kamu udah punya Panji.” ucap Bella padaku.
“Ya,
aku inget kok.Apa salahnya aku mengagumi seseorang. Siapa tau juga Panji disana
mengagumi orang lain.” ujarku pada Bella.
“Ya,
sebelum janur kuning melengkung, kamu bebas mengagumi seseorang. Tapi
inget.Jangan sampai terlalu berlebihan mengaguminya.Pikirin juga perasaannya
Panji.” Nasihat Bella padaku.
“Pasti
lah.. Kalau Panji bisa menjaga perasaanku, aku juga pasti akan menjaga
perasaannya.” sahutku tersenyum.
Kemudian
aku dan Bella masuk ruangan. Kegiatan-kegiatan ospek kita jalani dengan
sukacita. Eza selalu terlihat olehku. Kemanapun dia pergi dan melangkah, aku
selalu bisa memperhatikannya. Terkadang sampai senyum-senyum gak jelas. Ya Tuhan
apa yang terjadi dengan hatiku ? Perasaan yang berbeda dari rasa kagum biasa.
Pada
saat pemeriksaan perlengkapan ospek di ruanganku, hanya aku satu-satunya
mahasiswi yang tidak kena hukuman.Gak nyangka.Padahal, aku asal-asalan buat
perlengkapan itu.
“Hanya
satu orang ini.. ?”tanya kakak senior padaku.
Aku
mengangguk bangga.
Kemudian
dari kejauhan, terlihat Eza berjalan melewati ruanganku. Kakak senior itu
ngobrol sebentar dengan Eza, tiba-tiba Eza masuk ke ruanganku yang pada saat
itu hanya ada aku seorang.
“
Gak kena hukuman ya kamu?” tanya Eza padaku.
“iiya…”
jawabku gugup. Pertama kali ngobrol dengan Eza. Wiiii….
“Hebat..hebat…”
ucapnya lagi.
Aku
hanya tersenyum.
“Oh
ini ya yang namanya Karin itu,” ucap Eza tiba-tiba.
“Ya
kak…Hhehhe…” sahutku singkat.
Kemudian
aku ngobrol sebentar dengan Eza.
*****
To be Continued :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar